Mohon tunggu...
Hilal Fathurrahman
Hilal Fathurrahman Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Pribadi

Manusia biasa yang ingin terbang bebas

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tuntutan Ahok Usai, Mengapa Masih Reuni?

11 Desember 2018   23:30 Diperbarui: 12 Desember 2018   15:25 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Reuni 212

Semangat utama aksi massa 212 pada tahun 2016 adalah kala itu Ahok yang dituduh menista agama. Tuntutan untuk mengadili Ahok sesungguhnya telah dipenuhi. Pertanyaannya untuk apa dilakukan reuni lagi apabila tuntutan utamanya telah terpenuhi? Menurut saya, narasi reuni ini mengalami pelebaran, yakni mengarah pada ekonomi dan ketidakadilan negara pada mereka. 

Gaung ketidakadilan dan kekecewaan terhadap rezim yang berkuasa berbunyi nyaring dari kelompok ini, dan tentu saja dari partai oposisi. Kehadiran capres nomor urut 2, Prabowo Subianto, menurut saya adalah antitesis dan alternatif dari kelompok ini untuk menghadirkan keadilan. Toh pada saat ini kita memang menghadapi gempuran kapitalisme dan beberapa catatan pemerintah terkait kebijakan ekonomi. 

Terlebih sistem ekonomi  sudah masuk pada apa yang disebut dengan financial liberization yang memungkinkan upaya melelahkan untuk bisa menciptakan stabilitas ekonomi. Bila hipotesis saya benar, maka ini mirip-mirip dengan apa yang terjadi di masa lalu, SI sebagai contoh. Dan itu sama sekali baik.

Hanya saja, sebagaimana Kuntowijoyo, "gagasan-gagasan religio-ekonominya mesti mempunyai dasar Islam yang dapat disajikan dalam rumusan objektif sehingga bahkan dapat diterima oleh kalangan non-Muslim". Saya melihat peserta 212 ini seringkali membawa aspek-aspek primordial yang tidak elok, ungkapan anti terhadap etnis tertentu dan latah mengucapkan kata kafir bahkan pada muslim sendiri. 

Fanatisme semacam ini justru merusak persatuan umat Islam karena bertindak dengan kesadaran class for itself. Hal ini bertentangan dengan cita-cita normatif umat per definisi merupakan suatu non class group. Kita mengharapkan perbedaan-perbedaan pemahaman sesama umat Islam dapat ditransendensikan sebagaimana termaktub dalam surat Al Imran; 103.

Hilal Fathurrahman
Alumni Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut
Kabid Bidang Perkaderan Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Banten

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun