Mohon tunggu...
ahmat hilal
ahmat hilal Mohon Tunggu... kuli bangunan -

humoris, ceria dan smart

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sepotong Kisah Didalam Guci Tua

20 Oktober 2015   23:10 Diperbarui: 20 Oktober 2015   23:10 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chapture 1

Aku berlari dan menundukkan kepala agar tak terlihat oleh orang-orang yang berjalan menuju arah sungai. Laiknya seorang pencuri aku menoleh kekanan kiri untuk memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang melihat ku saat ini.

"dasar sialan, kenapa gua kayak maling gini ya? gara-gara ini barang ni, gw musti cepet-sepet sampe rumah kalo gini nih"

Kupercepat langkah agar segera tiba di kediaman ku tanpa ada seorang pun yang melihat.

Sore harinya aku sengaja berlama-lama diwarung kopi tempat biasa orang-orang kampung desa ku kumpul untuk ngobrol-ngobrol dan melepas penat dengan bercanda satu sama lain. Dengan sedikit berkonsentrasi dan memasang telinga, aku mencoba memastikan bahwa mungkin akan ada pembincangan menyangkut barang yang ku dapat kan kemarin sore disungai.

Namun setelah sekian lama aku menunggu disana, tidak ada satupun orang yang berkata atau membicarakan tentang hal itu. Tidak ada yang berteriak kehilangan atau dengan tidak sengaja menjatuhkan barang miliknya kedalam sungai. Mereka hanya membicarakan perihal kosong seputar politik, dolar naik lah, harga barang mahal lah dan komen-komen yang tak jelas asal usul pembicaraanya.

Aku yang sudah merasa jengah mendengar obrolan para pria renta tak jelas di warung kopi ini akhirnya memutuskan untuk pulang dan merebahkan badan. Namun ketika aku sedang berdiri menuju meja kasir, samar kudengar seseorang berkata sembari tertawa genit dengan kerasnya.

"iya, kayaknya tuh janda mau buang aib dikampung kita. Denger-denger dia hamil padahal suaminya koit udah lama"

Sambung salah seorang diantara mereka.

"Kopi tambah satu"

ucap ku pada pelayan karena penasaran dengan obrolan itu. Mungkin ada hubungan antara barang itu dengan wanita yang mereka bicarakan, ucap ku dalam hati dan membawa segelas kopi menuju meja yang jaraknya tak jauh dari tempat mereka.

 

Sesampainya dirumah, aku masih saja memikirkan obrolan orang-orang diwarung kopi tadi. Siapa sebenarnya wanita yang menjadi bahan perbincangan mereka, dan mengapa wanita itu tiba-tiba ada di desa kami. Aku harus mencari tau kebenaranya, mungkin saja wanita itu ada hubungan dengan barang yang ada diatas meja didalam kamar ku sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun