Semua orang menanyakan perihalmu padaku dan aku hanya bisa terdiam. Bagaimana mungkin aku bisa menjawab sementara akupun sama awamnya seperti mereka, tak tahu menahu perihal di mana kamu.
Di belahan bumi bagian mana kamu tinggal? Apakah kita menatap langit dan menikmati hembusan angin yang sama? Apakah kita sama-sama menanti terbitnya sang fajar di waktu yang bersamaan? Apakah ketika aku tengah sibuk menanti terbitnya fajar kamu ternyata sudah lebih dahulu mengantarkan matahari terbenam di ujung senja? Atau,, apakah jangan-jangan kita masih saja terjebak dalam situasi konyol sebagaimana pungguk merindukan rembulan?
Kita masih saja menunggu dan mengharap sesuatu yang nyaris mustahil digapai serupa ranting yang ingin menggapai langit??? Kita terjebak dalam kotak yang kita bangun sendiri, oleh sebab itu kita tak bisa saling menemukan satu sama lain. Sampai kapan? Sampai datang waktu maghrib, lalu Allahumma lakasumtuuuu....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H