Mohon tunggu...
Hikmal Muhammad Al Qisti
Hikmal Muhammad Al Qisti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Untirta

Hanya belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kecelakaan Kereta Api Bojong Gede: Catatan Sejarah 2 Mei 1915

18 Desember 2024   14:42 Diperbarui: 18 Desember 2024   14:42 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 2 Mei 1915, sebuah peristiwa tragis terjadi di Bojong Gede, Buitenzorg (sekarang dikenal sebagai Bogor), yang mengingatkan kita akan pentingnya keselamatan dalam transportasi publik. Kecelakaan ini melibatkan kereta pengangkut barang yang sedang dalam perjalanan dari Buitenzorg menuju Batavia. Peristiwa ini tidak hanya menimbulkan kerugian material, tetapi juga menciptakan dampak yang mendalam bagi para pekerja dan masyarakat setempat.


Kecelakaan terjadi sekitar pukul 8 pagi saat kereta express yang terdiri dari 33 gerbong berangkat dengan semangat menuju Batavia. Namun, perjalanan tersebut segera berubah menjadi bencana ketika kopling antara gerbong depan dan belakang putus. Akibatnya, 14 gerbong di bagian belakang tergelincir dari rel, menyebabkan kerusakan parah dan menciptakan suasana panik di antara para penumpang dan awak kereta.


Investigasi awal menunjukkan bahwa kondisi lintasan rel di Bojong Gede sangat buruk, yang diduga menjadi penyebab utama kecelakaan ini. Rel yang tidak terawat dengan baik dapat meningkatkan risiko kecelakaan, terutama pada kereta pengangkut barang yang memiliki bobot berat. Keterbatasan dalam pemeliharaan infrastruktur kereta api pada masa itu menjadi sorotan penting, dan peristiwa ini menegaskan perlunya perhatian lebih terhadap keselamatan transportasi.


Dalam insiden tersebut, terdapat tujuh tukang rem yang bertugas untuk mengawasi dan mengendalikan kereta. Sayangnya, dua dari mereka tertinggal di Cilebut (dulu dikenal sebagai Tjileboet) sebelum kecelakaan terjadi. Tiga tukang rem lainnya mengalami luka-luka akibat tergulingnya gerbong. Salah satu dari mereka menderita patah kaki yang serius, sementara dua lainnya mengalami luka ringan dan parah. Salah satu tukang rem yang terluka parah harus dilarikan ke kotamadya Buitenzorg untuk mendapatkan perawatan medis.


Kecelakaan di Bojong Gede pada tahun 1915 bukan hanya sekadar catatan sejarah; ia juga berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya perawatan dan pemeliharaan infrastruktur transportasi publik. Dalam konteks modern, kejadian ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana kita menjaga keselamatan dalam sistem transportasi kita saat ini.
Meskipun banyak kemajuan telah dicapai dalam teknologi kereta api dan sistem keselamatan, peristiwa seperti ini mengingatkan kita bahwa perhatian terhadap detail dan pemeliharaan rutin tetap menjadi faktor kunci dalam mencegah kecelakaan serupa. Evaluasi berkala terhadap fasilitas publik seperti jalur kereta api harus dilakukan agar kejadian tragis tidak terulang kembali.

Refrensi:

Preangerbode (1915). Het spoorwegongeluk bij Bodjong-Gedeh, 5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun