Konsep polariasi wilayah digunakan untuk menggambarkan adanya zona pusat pertumbuhan. Polarisasi menyatakan bahwa industri mendorong polarisasi unit ekonomi dalam kutub pertumbuhan. Faktor "leading industries" umumnya disebabkan oleh lokalisasi Sumber Daya Aalam (SDA). Dalam analisis perencanaan wilayah. Ruang pertumbuhan digambarkan melalui pusat pelayanan yang terbagi menjadi Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL), dan lainnya. Hierarki ini didasarkan pada fungsional wilayah sebagai ruang yang mewadahi wilayah lain.
Konsep ini menjadi salah satu dasar analisis wilayah berdasarkan fungsinya dalam tata ruang. Di Provinsi Jawa Timur, terdapat peruntukkan ekonomi yang telah diatur sebagaimana dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang menyebutkan:
- PKN berada pada Kawasan Perkotaan Gresik--Bangkalan--Mojokerto--Surabaya--Sidoarjo--Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang
- PKW berada di Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan
- PKWP berada di Pasuruan dan Batu
- Serta PKL tersebar di banyak titik.
Konsep ini menyebabkan adanya polarisasi ekonomi yang didasarkan pada aglomerasi wilayah. Kawasan ini terbagi menjadi kawasan Gerbangkertasusila Plus, kawasan Malang Raya kawasan Madiun dan sekitarnya, kawasan Kediri dan sekitarnya, kawasan Probolinggo-Lumajang, kawasan Blitar, kawasan Jember, dan kawasan Banyuwangi.
Pusat pertumbuhan berada di Gerbangkertasusila Plus yang memiliki diversifikasi fungsi paling kompleks. Selain itu, malang raya menjadi pusat pertumbuhan di luar pusat pertumbuhan utama (outlyer business district) yang juga melayani sektor perdagangan dan jasa regional. Munculnya kawasan ini menyebabkan adanya aglomerasi yang berdampak pada efisiensi ruang.
Contohnya adalah kawasan strategis ekonomi yang ada di Gerbangkertasusila, kawsan industri berteknologi tinggi di Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), LIS (lamongan Integrated Shorebase), kawasan agropolitan regional, agroindustri Gelang (Gresik-Lamongan), dan kawasan strategis lain. Dalam perkembangannya, pengembangan ekonomi wilayah dititikberatkan pada strategi pemasaran kota melalui city branding. Berdasarkan hal tersebut, dapat ditelaah bahwa industri memberikan peran penting dalam pembangunan ekonomi wilayah.
Pada tahun 2022, PDRB Jawa Timur naik menjadi 2.730,91 triliun rupiah dari sebelumnya sebesar 2.454,72 triliun rupiah (BPS, 2023). Pertumbuhan ini naik sebesar 5,34% dari tahun sebelumnya. Lapangan usaha terbesar yang menyumbang PDRB Provinsi Jawa Timur adalah Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, serta sektor Agraris (Pertanian, Kehutanan, Perikanan, dan Peternakan).
Adanya sektor industri memberi dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Aglomerasi industri yang terletak di sekitar Gerbangkertasusila memberikan asumsi bahwa transport cost di dalam penentuan lokasi industri sangat penting. Selain itu, sirkulasi barang dan jasa hasil industri sangat berpengaruh terhadap perekonomian wilayah Jawa Timur.
Konsep keruangan yang mempolarisasi wilayah menjadi beberapa bagian berdasarkan fungsinya memberikan efektivitas ruang ekonomi yang berkelanjutan. Wilayah nodal seperti PKN dan PKW akan menjadi penyuplai barang dan jasa bagi wilayah periferal dan hinterland. Oleh karena itu, polarisasi ekonomi memberikan tipologi ruang yang fungsionalis berdasarkan peruntukkan, seperti industri, agropolitan, pariwisata, dll sebagai efisiensi variabel ekonomi wilayah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H