Mohon tunggu...
Hikmal Akbar Ibnu Sabil
Hikmal Akbar Ibnu Sabil Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

MAHASISWA PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS JEMBER

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Second City Genteng: Gravitasi Ekonomi di Selatan Banyuwangi

7 September 2023   22:31 Diperbarui: 7 September 2023   22:32 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemahaman akan konsep Second City atau "Kota Kedua" merupakan suatu wilayah yang menjadi penyangga wilayah utama dengan ciri fisik perkotaan yang hampir mirip dengan kota utama. Penerapan konsep Second City biasanya digunakan untuk membentuk pusat pertumbuhan baru di luar pusat pertumbuhan utama guna menyamaratakan pembangunan di segala bidang, baik ekonomi, sosial, maupun fisik.

Banyuwangi sebagai kabupaten terluas di Pulau Jawa membentang dari Semenanjung Blambangan hingga Pegunungan Raung-Ijen. Besarnya luas wilayah tersebut menyebabkan pembangunan kota tidak harus terpusat untuk mencapai kesenjangan sosial.

Saat ini, ibu kota Kabupaten Banyuwangi cenderung berada di wilayah utara. Kawasan perkotaan Banyuwangi menjadi pusat perdagangan dan jasa sekaligus pusat pemerintahan dan pelayanan. Akan tetapi, kondisi ini dapat menyebabkan kesenjangan yang tinggi antar wilayah di Kabupaten Banyuwangi karena jauhnya jarak yang harus ditempuh untuk mendapatkan akses pemerintahan, khususnya dari wilayah selatan.

Bayangkan saja untuk mengurus administrasi, masyarakat Desa Sarongan yang menjadi salah satu kawasan paling luar di Kecamatan Pesanggaran harus menempuh jarak sepanjang 78 km. jarak tersebut tergolong sangat panjang ditambah dengan aksesibilitas wilayah yang kurang memadai dan kontur yang bergunung-gunung.

Hal ini mendorong pemerintah membentuk perkotaan baru guna menjadi pusat fasilitas dan perdagangan jasa modern lain di luar Kota Banyuwangi. Kawasan ini menjadi titik temu antara tiga jalur penghubung bagian selatan, utara, dan timur Banyuwangi (apabila dari Jember). Pusat tersebut saat ini dikenal sebagai Kota Genteng yang merupakan bagian dari Kecamatan Genteng.

Kota Genteng sendiri merujuk pada wilayah pusat Kecamatan Genteng yang dilewati jalur nasional penghubung Surabaya-Bali serta jalur provinsi penghubung Genteng-Banyuwangi. Kawasan perkotaan ini berada di Desa Gentengkulon dan Desa Gentengwetan. Ciri fisik perkotaan dapat terlihat melalui kepadatan bangunan, keramaian aktivitas masyarakat, kondisi jalan, dan estetika kota.

Kawasan Genteng telah berkembang sejak zaman Hindia-Belanda yang menjadikan genteng sebagai salah satu onderafdeling atau kewedanan. Genteng menjadi pusat pemerintahan bagi perkebunan belanda di bagian barat Benyuwangi. Hingga saat ini, Genteng menjadi Kecamatan yang terus berkembang, baik dalam aspek fisik maupun nonfisik.

Kondisi tersebut mendorong Genteng dijadikan sebagai PKL (Pusat Kegiatan Lokal) dalam RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Banyuwangi. Dalam data BPS Kabupaten Banyuwangi kelengkapan fasilitas di Kecamatan Genteng cukup mumpuni dibandingkan kecamatan lain di Banyuwangi. Hal ini mendorong Genteng disebut sebagai Second City atau "Kota Kedua" di Banyuwangi.

Salah satu pembangunan yang menjadikan Genteng sebagai Second City adalah Pasar Pelayanan Publik di Pasar Getengkulon yang menjadi unit pelayanan publik pertama yang terintegrasi dengan pasar tradisional. Kondisi ini menyebabkan akses terhadap pengurusan dokumen lebih cepat dan efisien, khususnya dari wilayah selatan.  Selain itu, terdapat juga RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Genteng di Gentengwetan yang menjadi salah satu pusat pelayanan kesehatan di bagian barat Banyuwangi.

Dalam keterkaitannya dengan ekonomi regional, keberadaan fasilitas penunjang yang cukup lengkap mendorong berdirinya fasilitas penunjang lain, khususnya sarana perdagangan dan jasa. Sebagai pusat pelayanan ke-2 di Banyuwangi, pertumbuhan perdagangan dan jasa di Genteng cukup signifikan.

Saat ini, terdapat dua pusat perdagangan besar di Kecamatan Genteng, yaitu Sun East Mall dan KDS Department Store. Selain itu, terdapat perdagangan dan jasa deret yang membentang di sepanjang Jalan Gajah Mada. Perdagangan dan jasa deret tersebut sangat berkontribusi terhadap sirkulasi ekonomi penduduk Genteng sehingga seringkali terdapat penumpukan aktivitas saat jam-jam sibuk.

Sarana perdagangan dan jasa ini berupa 16 kompleks pertokoan, 10 pasar, dan 13 minimarket (BPS, 2022). Selain itu, terdapat 79 restoran dan tempat makan yang menjadi salah satu bisnis paling berkembang di Kecamatan Genteng (BPS, 2023).

Keterkaitan antara berbagai sektor di Kecamatan Genteng menyebabkan adanya growth pole atau kutub pertumbuhan yang merupakan konsep perkembangan wilayah Perroux. Aglomerasi perdagangan dan jasa menyebabkan adanya gravitasi sektor ekonomi, didorong regional complementary yang belum diintervensi pihak ketiga. Hal ini mendorong spread effect di berbagai sektor baik fisik maupun nonfisik. Dalam segi fisik, tata ruang yang dapat dilihat terus mengalami perkembangan wilayah terbangun, serta alih fungsi lahan menjadi kawasan perdagangan dan jasa pada bangunan di bahu jalan.

Secara nonfisik, spread effect tersebut cukup lemah, tetapi membawa dampak baik bagi aspek kependudukan. Contohnya adalah pembukaan lapangan kerja yang lebih banyak, peningkatan pendapatan masyarakat, dan peningkatan citra kota yang terinternalisasi dalam satu pusat.

Sebagai wilayah yang berpengaruh penting di Banyuwangi Selatan, Genteng dijadikan wilayah nodal yang mempu menarik aktivitas dari kawasan di sekitarnya. Hal ini akan mendorong adanya multiplier effect yang membawa dampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan wilayah.

Perkotaan Genteng sebagai pusat pertumbuhan ekonomi terbesar ke-2 di Banyuwangi mendorong penerapan Second City yang mampu meningkatkan kemudahan aksesibilitas, layanan, dan pemenuhan kebutuhan dari wilayah sekitarnya. Secara spasial, Second City Genteng mampu membawa perubahan kondisi fisik perkotaan yang lebih maju.

Konsep Second City Genteng akan menjadi Outlying Business District atau pusat kegiatan di luar pusat kegiatan utama dalam teori Inti Ganda oleh Harris dan Ullman. Keterkaitan antara aspek spasial dengan ekonomi ini menyebabkan adanya potensi kuat dalam perkembangan ekonomi wilayah dari Kecamatan Genteng.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun