Mohon tunggu...
Badia Hikmah Safitri
Badia Hikmah Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

You can do it !! Let's get it !!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Lebih Dalam Apa itu Stunting

19 Oktober 2023   08:21 Diperbarui: 19 Oktober 2023   08:39 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menteri kesehatan pada 2018 melansir data stunting di Indonesia memiliki prevalensi sebesar 36,4%. 

Hal ini bisa diartikan bahwa satu dari tiga balita di Indonesia memiliki permasalahan pada gizi yang menyebabkan mereka pada kondisi stunting dan memiliki tinggi badan di bawah standar ketetapan WHO. Indonesia termasuk dalam kategori dengan kasus tertinggi kedua pada tahun 2018 setelah negara Laos pada prevalensi 43,8%. 

Namun, pada tahun 2022 menteri kesehatan melansir bahwa prevalensi stunting di Indonesia mengalami penurunan dari 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6% di tahun 2022. 

Dengan demikian persoalan stunting masih diatas batas minimal yang di tetapkan oleh WHO sebesar  20% di dalam satu negara.

Oleh sebab itu prevalensi kasus stunting ini tidak akan bisa turun dengan mudah tanpa adanya kerja sama dengan masyarakat. Masyarakat, khususnya orang tua sebagai orang yang paling dekat dengan anak, seharusnya lebih sadar bahwa permasalahan ini sangat genting. 

Tingginya pengaruh stunting pada tumbuh kembang anak berpotensi membuat generasi memiliki daya saing yang terhambat. Permasalahan stunting di Indonesia terjadi hampir seluruh wilayah nusantara, kasus terbanyak terjadi diwilayah pulau Sumatra, Sulawesi dan juga NTT. 

Menteri Kesehatan, 2018 menyelenggarakan gerakan pengentasan stunting melalui Tim Nasional Percepatan Pemanggulan Kemiskinan (TNP2K) pada 60 wilayah kabupaten prioritas, guna mencegah dan menyelesaikan permasalahan stunting yang terus meningkat. 

 Komitmen pemerintah dalam pencegahan dan penanggulangan  stunting  telah  dimulai  dari program  percepatan  perbaikan  gizi  melalui Gerakan Nasional (Gernas)  Percepatan  Gizi tahun 2013,  melihat data diatas dapat kita ketahui bahwa prevalensi kasus stunting dapat turun secara signifikan.

 

Permasalahan stunting bisa dicegah dengan cara: 

  • Memasuki usia remaja, khususnya remaja putri perlu adanya skrining anemia dan konsumsi tablet tambah darah.
  • Memasuki masa kehamilan, rutin memeriksakan kondisi kehamilan kepada dokter, disertai dengan asupan nutrisi yang baik, dengan terpenuhnya asupan makanan yang sehat dan mineral seperti zat besi, asam folat, dan yodium harus tercukupi dengan baik 
  • Anak memasuki usia balita, segerakan untuk menerapkan Inisiasi Menyusui Dini, teratur mengikuti jadwal imunisasi, memberikan anak Asi eksklusif selama 6 bulan setelah kelahiran dan teruskan dengan MPASI yang bergizi dan sehat
  • Biasakan untuk gaya hidup sehat dan besih, seperti mencuci tangan saat akan makan, memastikan air yang akan diminum merupakan air yang bersih, sanitasi sehat, lingkungan yang bersih dsb.

Bagaimana jika anak memiliki tanda-tanda permasalahan gizi?

  • Periksa ke posyandu atau puskesmas terdekat, agar anak dapat di observasi lebih lanjut mengenai kekurangan gizi
  • Mengunjungi pihak-pihak terkait dengan tumbuh kembang anak seperti Sp.A atau Sp.AK atu dengan mendatangi klinik tumbuh kembang anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun