Pernahkah kalian melihat anak yang begitu cekatan, tangkas, cepat, dan cerdik dalam kurun waktu yang singkat. Saat melalukan suatu hal, entah kegiatan sederhana seperti meletakkan kembali mainan yang sudah di pakai di tempatnya.Â
Begitu juga ketika kita memperlibatkan anak ke dalam percakapan sederhana atau keputusan sederhana seperti mau makan apa hari ini?, anak akan dengan cepat akan menjawab makanan yang ia mau makan.Â
Kemudian melihat anak lain yang begitu lamban, lelet, dan enggan melakukan apapun, saat melakukan pekerjaannya pun waktu yang di habiskan bisa saja lebih lama dari tenggat waktu yang seharusnya di berikan. Saat terlibat dalam percakapan pun, anak akan memproses lebih lama dalam menjawab pertanyaan yang di ajukan. Â Sedangkan anak yang tangkas akan memakan waktu yang lebih cepat.Â
Salah satu faktor yang menyebabkan anak bersikap seperti itu adalah taraf intelegensi dari anak tersebut yang berbeda-beda. Sebutan intelegensi sudah tidak asing di kehidupan masyarakat umum, namun mereka menyebutnya dengan arti kecerdasan, kepandaian, serta kepintaran. Dan yang paling umum ialah menyebut dengan istilah kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah.Â
Di lingkup pendidikan definisi intelegensi seringkali di pakai, di karenakan adanya tes psikologi yang kerap di laksanakan saat tes masuk sekolah, sehingga para guru dapat memprediksi sejauh mana keberhasilan belajar siswa.Â
Di lingkungan masyarakat umum yang mengangap bahwa intelegensi adalah suatu kecerdasan yang di miliki anak, maka mereka memandang  dengan pemikiran semakin tinggi taraf intelegensinya, maka semakin cerdas pula anaknya.
Tak lepas juga dalam lingkup dunia kerja, di mana intelegensi menjadi indakator keberhasilan dalam dunia kerja. Semakin tinggi taraf intelegensi seseorang, maka semakin sukses pula orang tersebut dalam dunia kerja. Sedangkan seseorang yang mempunyai taraf intelegensi yang rendah, maka akan di prediksi kurang berhasil dalam bekerja.Â
Kita bisa mengetahui taraf intelegensi melalui serangkaian tes IQ (Intelligence Quotient). Tes ini pertama kali di beritahukan pada tahun 1912 oleh seorang ahli psikolog asal jerman yang bernama William Stern. Tes intelegensi di sekolah biasanya menghadirkan 2 macam tes IQ yaitu tes intelegensi umum dan tes intelegensi khusus.
Pada tes intelegensi umum menyajikan berbagai soal yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, mengimplementasikan bahasa, bilangan dan pengamaatan ruang. Sedangkan tes intelegensi khusus yang bertujuan untuk mengetahui bakat - bakat anak dalam suatu bidang tertentu, misalnya di bidang musik, bidang matematika, bidang bahasa, bidang seni dsb.Â
Adapun faktor yang di sibak dalam tes psikologi ialah:
- Kemampuan anak dalam memahami masalah
- Mengetahui dan memhami dengan baik ruang lingkup pembelajaran
- Pengetahuan bahasa
- Kemampuan menghitung
- Keahlian analisis dan sintesis
- Kecapakan dalam mengingat