Mohon tunggu...
Hikmah Komariah
Hikmah Komariah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seseorang yang suka mengeluh atas berbagai ketidakidealan dan kerusakan yang ada, mencoba berpikir out of the box dan berusaha menemukan ide yang mencerahkan untuk dunia saat ini dan dunia dimasa mendatang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hadiah dari Emak untuk Si Bungsu

25 Desember 2017   22:07 Diperbarui: 25 Desember 2017   22:29 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbulan-bulan saya bersitegang dengan Emak. Saya kekeuh dengan keinginan saya. Emak juga kekeuh dengan pendapatnya tentang survival skill saya. Dan karena itu juga, saya semakin sadar bahwa saya ini anak Emak. Sifat keras kepalanya diturunkan pada saya juga, anak bungsunya. Saya tidak menyerah, saya berusaha meyakinkan Emak kalau saya sudah besar. Saya mulai mengurus kebutuhan saya sendiri.

Dan ijin yang dinanti-nanti pun akhirnya datang. Yap, Emak akhirnya luluh dan mengijinkan saya merantau ke Surabaya. Saat itu, belum ada rasa percaya memang, tapi lama kelamaan kepercayaan itu juga diberikan oleh Emak. Sampai hari ini. 

Sejak saat itu, Emak bukan lagi jadi ibu yang mengatur setiap pilihan dalam hidup saya. Mulai dari sekolah sampai urusan baju yang harus dipakai. Emak percaya saya bisa memilih apa yang terbaik untuk hidup saya.

Ketika lulus dan memutuskan bekerja di sebuah yayasan sosial, meski bukan pekerjaan yang beliau suka, toh beliau tetap mendukung penuh pilihan saya itu. "Selamat berjuang untuk masyarakat." Itu kalimat yang beliau ucapkan saat saya pamit di hari pertama saya bekerja, masih saya ingat dengan jelas. Dan kalimat itu sukses bikin hati saya berbunga-bunga sepanjang hari. 

Lalu, ketika saya berhenti bekerja dan mulai membangun usaha sendiri pun, Emak tetap mendukung dengan tulus. Beliau percaya pada pilihan saya. Beliau selalu percaya pada kemampuan saya.

Kepercayaan beliau adalah hadiah paling berarti untuk saya sejak saat itu sampai detik ini. Saat saya sendiri ragu dengan kemampuan saya, beliau dengan caranya sendiri meyakinkan saya mampu. Dan kepercayaan Emak jadi semacam sandaran hidup yang membuat saya survivedi tengah kondisi yang serba tidak terduga seperti sekarang.

Dan ternyata menulis tentang hadiah dari Emak ini bikin saya terharu juga. Ah, saya makin sayang Emak. Kalaupun ada kesempatan untuk bertukar Ibu, saya tetap akan memilih Emak sebagai ibu saya. Terimakasih, Mak. Untuk semuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun