- Komponen Bagaimana, menjelajahi metode, proses, atau mekanisme yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Pewawancara mendorong saksi untuk menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi atau bagaimana tindakan spesifik dilakukan. Ini bisa mencakup detail tentang teknik yang digunakan, alat yang digunakan, atau urutan langkah yang diambil. Dengan menyelidiki "bagaimana," CI menggali aspek prosedural dari peristiwa tersebut, memberikan wawasan tentang mekanisme tindakan dan membantu merekonstruksi rangkaian peristiwa secara akurat.
Secara keseluruhan, pemerintah Indonesia kemungkinan melihat teknik-teknik seperti Pendekatan 5W dan 1H dalam CI sebagai alat yang potensial untuk meningkatkan efektivitas penyelidikan dan penegakan hukum. Namun, implementasi dan penerapannya haruslah dilakukan dengan cermat dan sesuai dengan konteks hukum dan budaya yang berlaku di Indonesia untuk memastikan keadilan dan integritas dalam proses hukum, berikut beberapa poin yang dapat dipertimbangkan terkait penggunaan teknik-teknik ini dalam konteks investigatif di Indonesia:
- Pentingnya Akurasi dan Kekuatan Bukti:Â Pemerintah Indonesia, seperti halnya pemerintah negara lainnya, mengutamakan keakuratan dan kekuatan bukti dalam proses penyelidikan dan penegakan hukum. Teknik Pendekatan 5W dan 1H dalam CI dikenal dapat meningkatkan keakuratan kesaksian dan mengurangi kemungkinan kesalahan memori atau bias dalam penyampaian informasi.
- Penerapan dalam Penyidikan Kriminal dan Korupsi:Â Di Indonesia, penegakan hukum sering kali menghadapi tantangan dalam mengumpulkan bukti yang cukup untuk menangani kasus-kasus kriminal dan korupsi. Pendekatan CI, dengan fokusnya pada pengungkapan informasi yang mendalam dan rinci, dapat membantu penyidik untuk menggali informasi yang lebih lengkap dari saksi-saksi dan korban.
- Pelatihan dan Penyadaran:Â Penting bagi pemerintah Indonesia untuk memastikan bahwa penyidik dan petugas penegak hukum dilengkapi dengan pelatihan yang memadai dalam menggunakan teknik-teknik wawancara seperti CI. Ini termasuk memahami cara mengajukan pertanyaan terbuka, menghindari pertanyaan yang mengarah, dan membangun kepercayaan dengan saksi untuk memaksimalkan pengungkapan informasi.
- Keadilan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia:Â Pemerintah Indonesia juga harus memastikan bahwa penggunaan teknik-teknik seperti CI tetap sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan melindungi hak asasi manusia. Hal ini mencakup memastikan bahwa saksi tidak dipaksa untuk memberikan kesaksian yang tidak benar atau disalahgunakan dalam proses hukum.
- Penyesuaian dengan Konteks Budaya dan Hukum Lokal: Dalam menerapkan teknik-teknik CI, pemerintah Indonesia perlu mempertimbangkan konteks budaya dan hukum lokal. Ini termasuk memastikan bahwa teknik-teknik ini dapat diadaptasi dengan baik dalam berbagai kasus, termasuk yang melibatkan masyarakat adat atau kasus-kasus di daerah-daerah dengan karakteristik kultural yang berbeda.
Untuk memberikan contoh kasus korupsi di Indonesia yang melibatkan akuntansi forensik dengan Pendekatan 5W dan 1H serta teknik peningkatan ingatan dari Cognitive Interview (CI), dapat di lihat sebuah skenario yang mungkin terjadi dibeberapa perusahaan yang perna mengalami terjadinya kasus ini, seperti:
Kasus: Dugaan Korupsi dalam Proyek Infrastruktur
What (Apa):
Sebuah proyek infrastruktur besar di Indonesia diduga melibatkan praktik korupsi dalam manajemen keuangan dan pengelolaan anggaran. Auditor forensik ditugaskan untuk menyelidiki dugaan tersebut. Auditor menggunakan pendekatan 5W dan 1H untuk mengidentifikasi secara detail transaksi dan kegiatan yang mencurigakan dalam proyek ini. Dia meneliti dokumen-dokumen seperti kontrak, laporan keuangan, dan catatan pengeluaran untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam setiap tahapan proyek.
Who (Siapa):
Auditor juga mencoba mengidentifikasi siapa-siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan terkait dengan proyek ini. Ini mencakup para pejabat publik, manajer proyek, kontraktor, dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam pembuatan keputusan finansial atau administratif. Identifikasi ini membantu dalam menetapkan peran masing-masing individu dan menelusuri jejak keterlibatan mereka dalam kegiatan yang mencurigakan.
Where (Di mana):
Informasi tentang di mana lokasi fisik dari proyek infrastruktur ini berlangsung penting untuk mengonfirmasi bahwa biaya yang tercatat sesuai dengan realitas lapangan. Auditor memeriksa lokasi fisik proyek, termasuk situs konstruksi dan kantor proyek, untuk memverifikasi bahwa pengeluaran yang dilaporkan berhubungan dengan pekerjaan yang sebenarnya dilakukan.
When (Kapan):
Kapan transaksi atau kegiatan tertentu dalam proyek ini terjadi merupakan fokus penting dalam penyelidikan. Auditor mencari bukti yang mengonfirmasi tanggal-tanggal spesifik ketika pengeluaran dilakukan, keputusan diambil, atau laporan keuangan disusun. Informasi tentang waktu ini membantu dalam membangun kronologi peristiwa yang akurat dan memverifikasi kepatuhan terhadap jadwal dan batas waktu yang ditetapkan.
Why (Mengapa):
Tujuan dari penyelidikan ini adalah untuk mengungkapkan motif di balik tindakan korupsi yang diduga terjadi. Auditor mencoba memahami alasan ekonomis, politis, atau pribadi yang mendasari praktik korupsi yang dilaporkan. Ini melibatkan analisis terhadap insentif yang mungkin ada di balik tindakan-tindakan yang merugikan keuangan publik atau organisasi terlibat dalam proyek tersebut.
How (Bagaimana):
Bagaimana korupsi ini dilakukan merupakan bagian integral dari penyelidikan forensik. Auditor menggunakan CI untuk meneliti proses-proses yang terlibat dalam pengambilan keputusan korupsi, pengelolaan dana proyek, dan pencatatan transaksi. Dengan menggali detail tentang bagaimana uang dipindahkan, keputusan diambil, atau laporan disajikan, auditor dapat mengidentifikasi titik-titik kelemahan dalam sistem pengendalian internal yang memungkinkan terjadinya korupsi.
Dalam kasus ini, auditor forensik menggunakan Pendekatan 5W dan 1H serta teknik peningkatan ingatan dari Cognitive Interview untuk mengumpulkan bukti yang kuat terkait dengan dugaan korupsi dalam proyek infrastruktur di Indonesia. Pendekatan ini membantu auditor untuk menyusun gambaran yang jelas dan komprehensif tentang praktik korupsi yang dilaporkan, mengurangi bias dan memastikan bahwa semua aspek yang relevan dari kasus tersebut diperiksa secara menyeluruh sesuai dengan prinsip-prinsip investigasi forensik yang berlaku.