Mohon tunggu...
HIKMAH FITRI ASHARI 121211079
HIKMAH FITRI ASHARI 121211079 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Akuntansi di Universitas Dian Nusantara

Accounting student at Dian Nusantara University. Supporting lecturer Prof. Dr. Apollo Daito, M.Sc.Ak, Forensic Accounting Course

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bussines as a Victim, Silverstone, Sheetz

11 Juni 2024   21:41 Diperbarui: 11 Juni 2024   22:04 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penipuan bisnis adalah tindakan curang yang dilakukan untuk menipu atau mengambil keuntungan dari perusahaan atau organisasi lain.  Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam penipuan bisnis, dan metode-metode ini sering kali berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan dalam lingkungan bisnis. Berikut cara umum yang digunakan dalam penipuan bisnis:

  • Manipulasi Laporan Keuangan: memalsukan atau memanipulasi data keuangan perusahaan untuk membuat kinerja perusahaan terlihat lebih baik dari yang sebenarnya, termasuk menginflasi pendapatan, menyembunyikan hutang, atau mengalihkan biaya secara tidak sah.
  • Skema Ponzi: pelaku menjanjikan investor keuntungan yang tinggi namun sebenarnya menggunakan uang dari investor baru untuk membayar investor lama, tanpa adanya investasi yang sebenarnya. Skema Ponzi sering kali berakhir dengan kerugian besar bagi para investor.
  • Penipuan Pembayaran: terjadi ketika pihak ketiga menggunakan informasi palsu atau dicuri untuk mendapatkan pembayaran yang tidak sah dari perusahaan atau individu, termasuk penipuan tagihan dan penipuan cek.
  • Penipuan Kartu Kredit: informasi kartu kredit digunakan tanpa izin untuk melakukan pembelian atau transaksi yang merugikan pemilik kartu. Penipuan kartu kredit dapat terjadi secara online atau melalui skimming di ATM atau terminal pembayaran.
  • Manipulasi Stok: pelaku dapat memanipulasi harga saham dengan cara seperti menyebarkan informasi palsu atau mengatur perdagangan untuk menciptakan kesan permintaan atau penawaran yang palsu.
  • Pemalsuan Dokumen: pembuatan atau pengubahan dokumen secara ilegal untuk mendukung aktivitas penipuan, seperti faktur palsu, kontrak palsu, atau dokumen keuangan palsu.
  • Embezzlement: ketika seseorang yang bertanggung jawab atas aset perusahaan menggunakan aset tersebut untuk keuntungan pribadi tanpa izin, termasuk pencurian kas atau transfer dana yang tidak sah.
  • Phishing dan Penipuan Cyber: pelaku menggunakan metode phishing untuk mendapatkan informasi sensitif dari karyawan atau pelanggan, seperti kata sandi atau informasi kartu kredit. Mereka juga dapat melakukan penipuan melalui email, situs web palsu, atau serangan malware.
  • Korupsi dan Suap: pembayaran atau penerimaan uang atau barang-barang berharga untuk mempengaruhi keputusan bisnis atau memperoleh keuntungan yang tidak sah.

Penting untuk memiliki sistem kontrol internal yang kuat dan memperhatikan tanda-tanda potensial penipuan untuk mencegah dan mendeteksi kejahatan keuangan di perusahaan.

Alasan bisnis menjadi korban
Alasan bisnis menjadi korban

Meskipun perusahaan sering dianggap sebagai pelaku dalam skema penipuan, mereka juga rentan terhadap penipuan dari pihak internal dan eksternal. Ada beberapa alasan mengapa bisnis menjadi korban penipuan, antara lain: 

  • Kurangnya kontrol internal: bisnis yang tidak memiliki kontrol internal yang kuat lebih rentan terhadap penipuan. 
  • Kesalahan individu: kelalaian atau kurangnya pengetahuan, dapat membuat bisnis menjadi korban penipuan. 
  • Teknologi yang canggih: penipu menggunakan teknologi yang semakin canggih untuk melakukan penipuan, sehingga lebih sulit untuk dideteksi. 
  • Tekanan untuk memenuhi target: karyawan yang merasa tertekan untuk memenuhi target mungkin lebih rentan untuk melakukan penipuan.

Tanda-tanda penipuan
Tanda-tanda penipuan

Bisnis dapat mengidentifikasi tanda-tanda penipuan dengan menganalisis akun yang dilalui oleh semua siklus akuntansi. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan:

  • Pahami siklus akuntansi dan akun-akun yang terlibat: mempelajari siklus akuntansi dan akun-akun yang terkait dengan setiap siklus, seperti piutang usaha, hutang usaha, persediaan, dan kas, lalu memahami transaksi dicatat dan diproses dalam setiap siklus akuntansi.
  • Melakukan analisis transaksi: 
    • Bandingkan transaksi dengan periode sebelumnya untuk mencari tren yang tidak biasa dan mengidentifikasi transaksi yang melebihi anggaran.
    • Gunakan teknik analisis data seperti outlier detection dan clustering untuk mengidentifikasi transaksi yang tidak biasa.
  • Melakukan analisis saldo akun:
    • Bandingkan saldo akun dengan periode sebelumnya untuk mencari perubahan saldo akun yang signifikan.
    • Lakukan rekonsiliasi akun secara teratur untuk memastikan bahwa saldo akun akurat.
  • Tetapkan kontrol internal yang kuat:
    • Terapkan pemisahan tugas.
    • Lakukan pengawasan secara teratur terhadap aktivitas keuangan.
    • Dokumentasikan semua transaksi dengan benar.
  • Gunakan teknologi:
    • Gunakan perangkat lunak untuk menganalisis transaksi dan saldo akun dan mengidentifikasi pola transaksi yang mencurigakan.
    • Gunakan solusi pemantauan internal untuk memantau aktivitas karyawan dan sistem komputer.

Mengidentifikasi Jenis Kejahatan yang Berkembang Pesat dan Ancaman Terbaru Bagi Bisnis, untuk mengidentifikasi jenis kejahatan yang berkembang pesat, suatu organisasi/individu dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

  • Pantau sumber berita dan laporan resmi,
  • Ikuti tren di komunitas bisnis,
  • Manfaatkan sumber daya online,
  • Analisis data internal.

Berdasarkan data dan tren terkini, beberapa jenis kejahatan yang berkembang pesat yang perlu diwaspadai oleh bisnis meliputi:

  • Kejahatan siber: phishing, malware, dan ransomware, menjadi semakin canggih dan menimbulkan ancaman signifikan bagi bisnis.
  • Penipuan bisnis: penipuan faktur, penipuan penggajian, dan penipuan kartu kredit adalah beberapa bentuk penipuan umum yang ditargetkan pada bisnis.
  • Pencurian data: data pelanggan, data keuangan, dan rahasia dagang dapat berdampak buruk bagi reputasi dan keuangan bisnis.
  • Kejahatan kerah putih: penyuapan, pencurian uang, dan pelanggaran regulasi adalah contoh kejahatan kerah putih yang dapat dilakukan oleh karyawan atau pihak internal lainnya.

Meskipun tersedia banyak informasi tentang pencegahan dan deteksi penipuan, penipuan masih sering terjadi dan tidak terdeteksi hingga mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Tidak jelas apakah peningkatan kejadian penipuan saat ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penipuan atau peningkatan kemampuan deteksi. Namun, tampaknya konsekuensi dari skema penipuan sebelumnya tidak cukup mencegah terjadinya skema serupa di masa depan. Ini menunjukkan perlunya konsekuensi yang lebih serius untuk mengatasi masalah penipuan yang terus meningkat. Oleh karena itu, fokus pada penyelidikan kejahatan keuangan menjadi penting.

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun