Mohon tunggu...
Hikmah choliq
Hikmah choliq Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harus kita Ingat Jangan Lupa

14 Juni 2015   19:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Negara Pertiwi mempunyai cita-cita yang sangat sederhana diucapkan akan tetapi sulit di terapkan. Cita-cita bangsa indonesia di sebutkan dalam UUD 1945 yaitu “Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur”. Tapi apakah kita saat ini mersakan cita-cita itu? Apa yang kita rasakan selama 68 tahun merdeka? masih banyak kemiskinan, orang-orang terlantar, orang yang kurang pendidikan, dan masih banyak kehidupan yang diluar kebahagiaan. Tahun 2014 dengan pergantian pemimpin baru, di harapannya bukan pemimpinnya saja yang baru akan tetapi konsep-konsep membangun negara pun harus baru. Dengan menjalankan kembali cita-cita bangsa indonesia yang terdapat di UUD 1945, maka indonesia akan mampu mencapai indonesia emas 2020. Akan tetapi, jika sebaliknya rakyat indonesia tidak bisa menyatukan kembali semangat untuk bersatu, untuk merasakan kemerdekaan yang sebenarnya, dan untuk mencapai kebahagiaan yang di harapkan oleh seluruh rakyat bangsa indonesia, Maka bangsa ndonesia tidak akan dikatakan bangsa “emas” melainkan bangsa yang “bobrok”, bangsa yang rapuh, bangsa yang tidak menyatu, bangsa yang mudah di bodohkan, bangsa yang kecil akan pendidikan, bangsa yang kaya akan kemiskinan dan pstilah maju dengan korupsi. Rakyat yang kaya makin kaya dan yang miskin makin sengsara. Apakah ini yang di inginkan?

            Pastilah banyak rakyat indonesia yang menanyakan kapan negara ini akan menjadi negara emas? Kapan negara ini akan terlepas dari kemiskinan, kebodohan, yang sampai saat ini tidak sedikit rakyat indonesia yang merasakan bahwa negaranya telah berkembang. Meskipun negara ini mulai berkembang akan tetapi hanya di pusat perkotaan saja yang merasakan gelamornya teknologi. Tidak menutup kemungkinan apabila 2015 ini, ada program peduli rakyat terpencil. Memberikan mereka fasilitas-fasilitas yang belum mereka ketahui. Banyak sekali perbedaan anak kota dan anak desa. Jika anak kota lebih mengenal teknologi yang canggih, sedangkan anak desa tidak sedikit yang tidak mengenal teknologi.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun