Jumlah angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini terjadi karena berbagai macam faktor yang bisa menyebabkan terjadinya kematian ibu dan bayi. Di Indonesia sendiri , berdasarkan data dari Susenas tahun 2015 angka kematian ibu masih cukup tinggi dengan 305 per 100.000 penduduk, sedangkan angka kematian bayi pada tahun 2017 sebesar 24 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2030, dunia mendorong target penurunan angka kematian ibu harus di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk angka kematian bayi dan balita proporsinya diharapkan turun dengan target hingga 12 per 1000 kelahiran hidup
Pemerintah Indonesia merespon baik akan hal ini, termasuk juga pemerintahan di Kabupaten Dharmasraya provinsi Sumatera Barat. Dalam menanggulangi masalah ini pemerintahan Kabutapaten Dharmasraya membuat suatu inovasi baru yakni “BIDADARI KELUARGA” dengan menganalogikan seorang bidadari yang merupakan sosok putri yang cantik, rupawan dan elok tingkah laku serta penolong. Bidadari disini digambarkan seorang bidan sebagai putri yang cantik, elok tingkahlaku dan suka memberikan pertolongan pelayanan kesehatan terutaman kepada ibu, bayi dan anak balita pada keluarga yang ada di Kabupaten Dharmasraya sehingga terwujud keluarga sehat dengan indikator meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya angka kematian ibu dan bayi, dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Dalam hal ini perilaku keluarga merupakan hal yang penting dimana faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan diatas, oleh karena itu diperlukan pendekatan keluarga yang dilakukan dengan pemetaan atas permasalahan dan intervensi secara mandiri melalui pemberdayaan keluarga dalam kesehatan melalui kunjungan rumah.
BIDADARI KELUARGA merupakan singkatan dari (Bidan Datang Dengan Asuhan Mandiri Pada Keluarga) artinya Bidan melakukan kunjungan rumah bersama kader, PKK dan Pemerintahan Nagari untuk memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif, meliputi pelayanan promotif, preventif, pelayanan kuratif serta rehabilitatif dasar, agar keluarga tahu, mau dan mampu mandiri menjadi keluarga sehat. Puseksmas dalam hal ini melakukan pendekatan keluarga yang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung saja, melainkan juga keluar gedung untuk mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya.
Adapun asuhan dilaksanakan Bidadari Keluarga melalui metode:
a.Membaca buku KIA bersama oleh ibu dan keluarga pada hari H-1 yang sudah disepakati untuk dibahas berasama para bidan
b. Presentasi tentang topik/materi yang dibahas oleh para Bidan pada hari H kunjungan
c. Diskusi dan Tanya jawab
d. Demonstrasi dan Praktek
e. Pelayanan kesehatan bumil, ibu bersalin, ibu yang sedang nifas,bayi baru lahir dan balita
f. Evaluasi proses dan hasil kegiatan/pelayanan
Waktu pelaksanaan kunjungan rumah dilaksanakan terjadwal dan rutin1kali per bulan, tanggal pelaksanaan tiap bulan yang sudah disepakati bersama Kepala Keluarga. Setelah inovasi di lakukan, selanjutnya dibuatkan laporan kegiatan Bidadari tentang proses dan output, masalah dan solusinya, serta rencana pertemuan berikutnya dikirim ke Puskesmas dan tembusan ke Kepala Jorong dan Wali Nagari, dari Puskesmas diteruskan ke Dinas Kesehatan. Selanjutnya dibuat Rencana Tindak Lanjut Bidan bersama kader, PKK, perangkat nagari dan lintas sektor menindaklanjuti/mengevaluasi hasil kegitan tiap triwulan dengan melakukan musyawarah masyarakat untuk membahas tentang masalah dalam pelaksanaan Bidadari Keluarga dan kemudian membuat rencana SPM aksi tiga bulan mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H