Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan suku, budaya dan lain sebagainya. Banyaknya kekayaan yang dimiliki Indonesia menjadikan Indonesia sebagai negara yang unik. Salah satu yang banyak menarik perhatian masyarakat yakni adanya kebudayaan yang beragam. Budaya yang ada diwujudkan dengan banyaknya barang-barang maupun benda yang memiliki nilai tersendiri. Wujud bentuknya diantara lain seperti adanya pakaian baju batik, keris, kendi, selendang, dan lain sebagainya.
Selendang merupakan salah satu barang yang menjadi kebudayaan di Indonesia, dimana selendang ini biasanya digunakan masyarakat pada zaman dahulu untuk dibuat tambahan aksesoris berpakaian, baik untuk bagian atas maupun bagian bawah. Selain itu, selendang juga banyak dibuat untuk penutup kepala, dan dipakai untuk menggendong barang untuk berjualan maupun untuk hal-hal tertentu. Selendang yang digunakan biasanya hanya berupa kain polos panjang dengan bahan yang tipi. Bagi sebagian masyarakat zaman dahulu, selendang memiliki nilai arti tersendiri. Bagi masyarakat selendang merupakan lambang keperkasaan bagi kaum perempuan (Damar, 2014). Selendang yang paling populer biasanya digunakan sebagai tambahan penutup kepala terutama bagi umat muslim.
Penggunaan selendang yang dulunya hanya melekat pada orang tua kini banyak mengalami perubahan. Hal ini dapat dikatakan sesuai dengan konsep Bourdieu, dimana habitus merupakan suatu sistem melalui kombinasi struktur objektif dan adanya sejarah personal, yang dapat berlangsung lama dan dapat berubah-ubah. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa selendang merupakan salah satu barang kebudayaan yang sudah ada sejak zaman dahulu, yang kemudian seiring berkembangnya zaman selendang ini banyak mengalami perubahan, baik dalam konsep model selendangnya maupun pada penggunaannya.
Salah satu konsep Bourdieu yang kemudian diwujudkan dengan persamaan (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik, memberikan banyak pemahaman dan pemaknaan bagi kita.Â
Maksud dari persamaan tersebut yakni kain selendang yang awalnya sebagai habitus atau sesuatu yang berkembang di kalangan masyarakat akan mendapat pengaruh tambahan modal dari beberapa masyarakat lain, dimana modal diwujudkan dengan adanya bentuk pembaharuan pada selendang, yang awalnya selendang hanya berupa kain panjang dan polos namun kini menjadi kain panjang dengan beberapa motif atau corak.Â
Selain itu, saat ini motif kain selendang juga sudah mulai banyak digunakan sebagai model hijab, dimana model hijab selendang banyak dinamai atau disebut sebagai hijab "pasmina". Kemudian perubahan lainnya juga terdapat pada penggunaannya, yang awalnya hanya dipakai oleh orang tua kini juga banyak digunakan oleh anak muda bahkan hampir seluruh kalangan kaum perempuan.
Penggunaan selendang pada saat ini juga tidak hanya sebatas digunakan sebagai kain penutup kepala, dan kain untuk menutup badan saja. Melainkan dapat digunakan sebagai tambahan aksesoris untuk kegiatan tradisi seperti dalam kegiatan sedekah bumi, yang dimana penggunaan selendang ini sebagai penutup makanan atau sebagai alat bantu membawa barang atau perlengkapan untuk sedekah bumi.Â
Selain itu, penggunaan selendang yang saat ini tidak kalah populer yakni digunakan sebagai tambahan aksesoris untuk kegiatan menari, selain dapat membantu mempercantik gerakan selendang juga dapat menambah mempercantik penampilan bagi pemakainya. Kemudian, selendang dalam tarian tidak hanya diletakkan di bagian punggung saja, melainkan juga dapat disampirkan pada bagian bahu sesuai dengan tema atau jenis tarian yang dibawakan.