Mohon tunggu...
Paulus Darma Wicaksono
Paulus Darma Wicaksono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mencoba menjadi mata untuk berita di tiap sudut

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membina Mental Melalui Ospek

25 Agustus 2013   00:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:51 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengenal Ospek Lebih Dalam

Istilah yang satu ini tentu tak asing ditelinga kita, tiap jenjang pendidikan memiliki hal yang satu ini. Jika di jenjang SD, SMP dan SMA kita mengenalnya dengan istilah Masa Orientasi Sekolah (MOS) maka diperguruan tinggi disebut Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK). Walaupun berbeda istilah, namun keduanya memiliki fungsi yang sama. Mos berfungsi sebagai sarana pengenalan kepada siswa-siswi baik SD, SMP dan SMA untuk mendapat pengetahuan umum akan sekolah yang dipilihnya sebagai tempat belajar. Mengenal bagian-bagian dari Organisasi Intra Sekolah (OSIS) dan kegiatan ekstra kulikuler yang menjadi minat siswa-siswi untuk mengembangkan bakat atau hanya sekedar mencari pengalaman berorganisasi.

Ospek sendiri memiliki fungsi serupa, namun karena di jenjang yang lebih tinggi tentu agak sedikit berbeda dari segi belajar mengajar dan kegiatannya. Sebagai sarana pengenalan akan kampus, ospek lebih membimbing Mahasiswa Baru (MABA) dalam hal prosedur sistem perkuliahan. Sistem perkuliahan tentu akan sangat berbeda dengan sistem belajar mengajar di bangku sekolah. Mahasiswa baru juga dibantu tidak hanya mengenali bagian-bagian dari faklutas dan program studi yang dipilihnya melainkan juga diajak mengenali fakultas dan program studi lain dalam universitas. “Kalau ditempatku disebut dengan Inisiasi, fungsi inisiasi dari saya itu pada dasarnya melatih mental dan personalitas maba agar kita siap menghadapi dunia yang sebenarnya dikampus,” jelas Paulus Daur, panitia inisiasi UAJY. Cowok yang akrab disapa Paul ini menambahkan bahwa sarana inisiasi ini sebaiknya dijalani dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dengan adanya inisiasi ini, akan ditunjukkan bagaimana kehidupan mahasiswa yang sesungguhnya yang berbeda dengan kehidupan dibangku sekolah.

Sering tertanam dalam pikiran kita bahwa ospek/inisiasi itu merupakan ‘penyiksaan’ secara emosional, itu hanya kerjaan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Sikap tegas dan keras dalam inisiasi itu perlu untuk membentuk mental yang kuat, namun jika dimanfaatkan untuk hal yang tidak benar maka yang terjadi adalah pandangan negatif tentang inisiasi. Sebagai panitia Paul menjelaskan bahwa cara yang baik mendampingi maba ialah dengan membina mental agar sejak awal kuliah sudah tertanam pola pikir yang lebih mandiri. Mendampingi maba dalam inisiasi secara spesifik ialah menunjukkan sistem birokrasi kampus serta fungsi-fungsinya. “Di UAJY jika maba telah mendapat penjelasan dalam inisiasi maka maba tidak akan kebingungan lagi, misalnya jika ingin membaya SPP di Kantor Keuangan, jika ingin mendapatkan beasiswa di Kantor Kemahasiswaan, Alumni dan Campus Ministry (KKACM),” tambah mahasiswa Fakultas Ekonomi angkatan 2010 ini.

Ada banyak penilaian orang mengenai hal yang satu ini, tergantung dari kita yang mengalaminya. Agnes Monita Napitupulu, mahasiswa baru ditahun 2013 ini memiliki pandangan yang serupa. Cewek yang akrab disapa Agnes ini tetap menilai inisiasi dari sisi positifnya, karena jika dilihat lebih dalam hal itu akan sangat membantunya kelak. “Inisiasi itu perlu sekali karena mengajak kita untuk disiplin, walaupun dengan cara yang tidak menyenangkan seperti aturan yang berbelit-belit,” ungkap maba Fakultas Ekonomi ini. bagi Agnes, semua ia jalani dengan kesiapan karena awal dari dunia yang sesungguhnya dimulai dari kampus. Untuk yang berpandangan atau bahkan memiliki dougma bahwa inisiasi itu saat ‘penyiksaan’, Agnes berpendapat hal itu memang wajar karena mungkin yang menilai merupakan ‘korban’ dari oknum yang menyalahgunaan sarana inisiasi.

“Dari saya pribadi, manfaat terbesar inisiasi itu mendapat rekan sejawat atau senior yang bisa diajak berinteraksi dan bergaul,” tambahnya lagi. Tanpa inisiasi maba cenderung sulit atau bahkan enggan mencari rekan fakultas dan dalam universitas. Inisiasi membantu mereka untuk bermain dalam sebuah kelompok yang menuntut kerja sama, dari jarak publik itu akan semakin dekat menjadi jarak antar personal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun