Mohon tunggu...
Paulus Darma Wicaksono
Paulus Darma Wicaksono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mencoba menjadi mata untuk berita di tiap sudut

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketidaktelitian Mempertaruhkan Intergitas

30 Maret 2014   20:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menghasilkan karya sendiri yang orisinil terutama untuk karya tulis tentunya memiliki kepuasan tersendiri bagi masing-masing orang. Namun, sebuah karya tulis bukanlah suatu hal yang bisa berproses secara instan. Butuh pengembangan pemikiran dari penulis dalam membuat suatu tulisan dan mempertimbangkan referensi yang akan dipakai. Jika ada kesamaan pada ide saat menulis, sangat kecil kemungkinan menghasilkan karya tulis yang sama dari segi konten dan konsepnya.

Penggunaan perspektif yang berbeda akan menjadi ciri khas atau pembeda isi tulisan tersebut sehingga sangat kecil kemungkinan terjadinya plagiarisme (menjiplak yang melanggar hak cipta). Baru-baru ini muncul sebuah kasus dugaan plagiarisme yang menimpa salah satu dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gajah Mada (FEB UGM), Anggito Abimanyu. Dosen yang menuliskan sebuah artikel yang berjudul Gagasan Asuransi Bencana di salah satu harian nasional ini di duga menjiplak tulisan Hotbonar Sinaga dan Munawar Kasan. Dugaan itu muncul dari pengguna akun kompasiana yang menuliskan bahwa Anggito Abimanyu menjiplak tulisan orang. Anggito pun membantah bahwa tulisan yang di publis pada tanggal 10 Februari 2014 tidak menjiplak tulisan orang.

“Ketidaktelitian akan mempertaruhkan intergritas penulis, seorang dosen yang memiliki kapabilitas tinggi dengan memegang banyak tanggung jawab sebagai kalangan akademisi memaksakan diri membuat suatu tulisan maka akan sangat riskan jika terjadi kelalaian,” ungkap Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Dr. MC. Ninik Sri Rejeki, M.Si. di ruang kerjanya. Dosen yang baru dilantik menjadi Dekan pada 3 Februari 2014 lalu ini berpendapat bahwa dirinya tidak setuju dengan plagiarisme yang di duga dilakukan oleh Anggito Abimanyu.

Menurut Ninik, kasus ini masih menjadi polemik, belum ada penjelasan terkait tulisan Anggito. Ia juga melihat seorang Anggito adalah orang yang berkompeten dan mampu bertanggungjawab. Atas kejadian yang menimpa Anggito, Ninik menanggapi kritis terhadap kasus yang melibatkan tulisannya di salah satu harian nasional itu. Jika sedang mengemban banyak tugas dan tanggungjawab yang penting, ada baiknya seorang dosen yang notabene berpendidikan tinggi bijak mengambil keputusan untuk menulis sebuah artikel. “Tulisan akan berbeda kualitasnya ketika penulis tidak berkomitmen dalam mencari sumber, kecermatan dalam mengutip referensi harus diperhatikan agar tidak dianggap mengambil kutipan orang yang memiliki copyright,” tambah wanita kelahiran Surakarta, 4 Oktober 1963 ini.

Ninik menjelaskan, dalam penulisan karya tulis hal penting dan sederhana yang harus diperhatikan demi menghindari indikasi plagiat ialah dengan memperhatikan atura penulisan ilmiah. Plagiarisme tidak akan terjadi jika penulis baik dosen ataupun mahasiswa terutama sebagai calon fresh graduate, memiliki data sekunder dan kutipan yang jelas serta dicantumkan, pahami sumber bacaan dan berusaha menjelaskan kembali suatu materi dengan bahasa penulis. Pendapat serupa juga muncul dari mahasiswa FISIP UAJY angkatan 2012, Hendra Mahdian Noor atau akrab disapa Hendra. “Sejauh ini saya masih berpegang pada asas praduga tak bersalah, karena saya belum mendengar ada keputusan dari para petinggi UGM apakah tulisan itu benar plagiarisme,” ucap mahasiswa kelahiran 10 Maret 1993 ini.

Mahasiswa pindahan Universitas Pembangunan Negeri ‘Veteran’ Yogyakarta ini berpendapat bahwa tindakan plagiat atau meniru karya orang seminimal mungkin harus di hindari. Ia mengaku masih mendapati teman-teman kampusnya yang menggunakan cara instan untuk menyelesaikan karya tulisnya sebagai tugas matakuliah. Akan tetapi, tidak sedikit juga yang menjunjung tinggi hak intelektual. Sebagai kaum pelajar yang memiliki strata atau tingkatan pendidikan yang tinggi, tidak seharusnya menggunakan cara ilegal untuk membuat suatu karya apalagi untuk skripsi. Karya orisinil adalah gamabaran perspektif penulis dengan paradigma yang dipegangnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun