belajar mengajar sering kali terabaikan. Banyak guru terlalu fokus menyampaikan materi tanpa memberikan motivasi yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh murid. Akibatnya, murid kehilangan semangat belajar, kurang fokus, dan merasa tidak percaya diri. Hal ini menghambat pencapaian prestasi dan perkembangan mereka.
Kurangnya motivasi dalam prosesWilliam James (1890) menyebut motivasi sebagai "energi yang mendorong seseorang untuk bergerak dan beraksi." Ketika murid kehilangan motivasi, dampaknya terlihat jelas pada penurunan prestasi, hilangnya minat belajar, dan terhambatnya potensi mereka. Fenomena ini terjadi di berbagai sekolah di Indonesia, menunjukkan bahwa masalah ini tidak terbatas pada lokasi tertentu.
Selain akademik, kurangnya motivasi juga memengaruhi kondisi emosional murid. Mereka menjadi lebih mudah merasa cemas, tertekan, dan kehilangan rasa percaya diri. Proses belajar yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi beban. Dari sisi sosial, mereka cenderung kurang berinteraksi dengan teman, sulit bekerja sama, dan kehilangan peluang untuk berkembang di lingkungan sekitarnya.
Peran guru sangat penting dalam memotivasi murid. Guru tidak hanya bertugas mengajar, tetapi juga membantu murid menemukan semangat belajar melalui apresiasi dan hubungan positif. Namun, murid juga harus berinisiatif memotivasi diri sendiri dengan menetapkan tujuan, mencari inspirasi, menghargai pencapaian kecil, dan terus berusaha.
Dengan kerja sama antara guru yang inspiratif dan murid yang proaktif, kurangnya motivasi dapat diatasi. Hal ini akan membuka peluang bagi murid untuk menemukan potensi terbaik mereka dan mencapai kesuksesan di berbagai aspek kehidupan.
Penulis : Muhammad Amir Kulal
Editor : Muhammad A'lal Hikam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H