Mohon tunggu...
HIJRASIL
HIJRASIL Mohon Tunggu... Administrasi - pemula

menjadi manusia seutuhnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Para Raksasa di Lingkungan Kampus

30 Mei 2024   14:13 Diperbarui: 30 Mei 2024   14:35 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rial Pangestu, tak disangka-sangka dengan izin Tuhan namanya masuk dalam empat orang yang dinyatakan lulus sebagai dosen di Universitas Harapan Bangsa Ternate. Hatinya bercampuraduk antara bahagia dan sedih karena dia akan meninggalkan orang tua dan dua saudaranya ke Ternate daerah bagian timur Indonesia sebuah tempat dimana dia belum pernah menginjakkan kaki. Selama ini Rial hanya tau Ternate lewat buku-buku sejarah.

Sementara mendengar anak mereka diterima sebagai dosen, orang tua Rial sangat senang serta bangga karena di dalam keluarga Rial di harapkan dapat membantu kedua adiknya. adik-adik Rial masih masih duduk di bangku SMP dan SMA. Ibu dan bapaknya hanyalah petani gurem di daerah Pati Jawa Tengah. Semasa sekolah di bangku sekolah dasar hingga lulus di bangku kuliah Rial dikenal sebagai anak yang pintar. Dibangku SMA dia pernah mewakili sekolahnya ke olimpiade sains tingkat nasional.

Dibangku kuliah Rial mendapat beasiswa prestasi di Universitas Gajah Mada, semasa berkuliah Rial seorang mahasiswa yang dapat dibilang pintar karena selalu mendapat IPK tinggi. Sering dia selalu diminta membantu dosennya, sesekali diminta menjadi asisten dosen dan ikut membantu penelitian. Setelah lulus kuliah Rial diberikan tawaran dari UGM beasiswa untuk lanjut kuliah pascasarjana. Beasiswa ini diberikan karena Rial berprestasi selama kuliah. Kesempatan ini pun tak dilewatkannya.

Tahun 2019 Rial menyelesaikan pendidikan Pascasarjana. Dia memutuskan balik ke daerahnya karena dapat tawaran mengajar di Sekolah Tinggi Islam Pati. Disana Rial mengajar selama dua tahun sebagai dosen Luar biasa. Tahun 2021 ada penerimaan dosen pegawai negeri, Rial memilih melamar di Universitas Harapan Bangsa Ternate. Dia memilih Ternate karena banyak jumlah dosen dibutuhkan disana, selain itu Rial memang selama ini sejak kuliah punya keinginan suatu kali saat ingin mengabdikan ilmunya bagi anak-anak di daerah Timur. Momen ini pun tidak disia-siakan Rial menjemput mimpinya.

Pagi itu sebuah pesan dilayar handpone Rial masuk, dia penasaran dengan pesan masuk itu, kelihatannya pesan itu dari sebuah nomor kontak yang tidak terdaftar dalam handponenya. Saat  membaca isi pesan wajah Rial seperti tenggelam dalam layar handpone. Sebuah pemberitahuan dari bagian kepegawaian Universitas Harapan Bangsa. Rupanya yang dibaca sedari tadi adalah surat panggilan untuk pengambilan SK CPNS yang akan dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2022. Rupanya surat itu sebagai isyarat bila dia akan memulai kehidupan di tempat baru.

Tidak terasa sudah dua tahun Rial mengabdikan diri di kampus, sejak kedatangannya dua tahun lalu. Sebuah kehidupan jauh dari daerah asal, keluarga, teman-teman sekolahnya dulu. Kini di lingkungan tempat kerja yang baru Rial  telah beradaptasi serta merasakan iklim kerja selama dua tahun. Selama itu juga Rial melihat berbagai peristiwa yang menggelikannya, sepanjang masa dalam hidupnya yang tak pernah melihat, mengalami, dan merasakan praktek busuk dalam lingkungan akademik.

Semua itu dimulai saat pertama kalinya Rial melihat adanya praktek pemberian beasiswa yang tidak sesuasi dengan penerimanya, dimana yang berhak menerima beasiswa adalah mahasiswa yang tergolong tidak mampu. Tetapi kenyataannya penerimanya yaitu mahasiswa yang tergolong dari keluarga mampu. Jadi ceritanya di suatu waktu Rial pernah berkenalan dengan seseorang yang dikenali temannya. Namanya Mita, sudah setahun Rial mengenalnya.

Suatu waktu Mita mengajak Rial main ke Rumah, dia menyaanggupi ajakan Mita. Sore pukul 4:00 Rial sudah di depan pintu pagar rumah mita, dia keluar mengajak Rial masuk ke dalam rumah. Percakapan di antara mereka sore itu begitu santai dengan canda, tawa, dan tanya. Kemudia saat asik ngobrol mita mengenalkan adik perempuannya yang juga kuliah di kampus tempat Rial mengajar. Tiba-tiba tanpa  tanya dari Rial keluar tanpa disengaja dan pikir panjang Mita mengatakan kalau adiknya itu juga mendapatkan beasiswa sejak awal masuk hingga kini dia semester tujuh.

Sontak Rial yang mendengar perkataan Mita menjadi heran sekaligus kaget karena melihat kehidupan Mita yang bisa dikatakan masuk sebagai kelas menegah. Saat itu juga Mita bercerita bila dia punya keluarga menjabat sebagai wakil rektor kemudian bertanya kepada Rial apakah mengenalnya. Rial pun menyambut tanya Mita dengan berkata kalau dia mengenal orang yang dimaksud Mita.

Sebulan setelah itu, Rial terlibat dalam sebuah percekcokan dengan pihak akademik di fakutas Psikologi tempat dia mengajar. Malam sebelumnya Rial melihat kembali nilai-nilai mahasiswa, saat membuka halaman nilai. Rial dibuat kaget berubahnya nilai seorang mahasiswa yang tadinya yaitu dapat nilai E tiba-tiba sudah berubah menjadi B. Diketahui rupanya mahasiswa tersebut memiliki kedekatan dengan seorang dosen yang kini juga menjabat wakil dekan. Kedekatan mereka sebenarnya sebagai hubungan antara juniaor dan senior dalam sebuah organisasi mahasiswa.

Sebelumya Rial dihubungi dosen bersangkutan agar mau memberikan kelonggaran agar mahasiswa bersangkutan terhindar dari nilai jelek. Tetapi ditolak oleh Rial dengan alasan mahuaasiswa tersebut hanya dua kali hadir di kelasnya. Merespon penolakan itu sang wakil dekan memakai otoritasnya melakukan tindakan tidak beretika dengan meminta pihak operator akademik mengganti nilai mahasiswa.

Melihat adanya perubahan pada nilai mahasiswa Rial mendatangi dan meminta operator mengembalikan nilai sebelumnya menjadi E, permintaan itu rupanya tidak ditanggapi sang operator. Akhirnya cekcok pun tidak dapat dihindari hingga seluruh civitas akademik menjadi riuh mendengar adanya persengkokolan di dalam kampus mereka. Kasus seperti ini bukan hal baru tetapi karena dianggap kebiasan hingga semua menormalkan tindakan tidak beretika di lingkungan akademik yang harusnya menjadi ladang menanam benih etika sebagai pendidikan akal budi.

Sebuah pengalaman hidup yang mengajarkan Rial melihat lagi ke belakang saat dia pernah meminta nasihat kepada dosen pembimbingnya di waktu berpamitan. Sang dosen meminta Rial kelak nanti bila menjadi seorang dosen agar selalu menjaga kehormatan sebagai dosen. Nasihat sederhana yang selalu di pakukan Rial dalam dirinya. Kini nasihat itu selalu menemani Rial di setiap hari-harinya mengabdikan diri merawat generasi.

Raksa-raksa di lingkungan kampus adalah cerita lama (melegenda) di telinga masyarakat kampus. Cerita-cerita keji sang Raksasa dengan manusia kecil adalah cerita kekuasaan kepada materi hingga seksual.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun