Mohon tunggu...
HIJRASIL
HIJRASIL Mohon Tunggu... Administrasi - pemula

menjadi manusia seutuhnya

Selanjutnya

Tutup

Money

Asimetris Kerja Sama Ekonomi Tiongkok-Indonesia

31 Januari 2018   14:24 Diperbarui: 2 Februari 2018   00:15 2831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Soft War Tiongkok

Kerjasama ekonomi yang dibungkus dalam narasi perdagangan bebas tak terlepas dari politik ekonomi Negara-negara besar. Liberalisasi ekonomi adalah tools para konglomerasi-konglomerasi dan Negara dalam melanggengkan kepentingan-kepentingan ekonominya. 

Melanggengkan proses liberalisasi ekonomi di Negara-negara ekspansi capital, Proses deregularisasi menjadi senjata politik untuk mempreteli berbagai bentuk regulasi yang menghambat kepentingan akumulasi capital. Perdagangan bebas yang mulai di perkenalkan pasaca perang dunia II sejatinya adalah bentuk baru dari soft war Negara-negara besar. Sebagai

bentuk soft war, perdagangan bebas adalah ideologisasi dari Negara-negar maju bekerja sama dengan OPEC,WTO, IMF dan World Bank. Lemahnya politik Negara-nagara berkembang dan belum maju pada organisasi-oraganisasi dunia, ikut Menyuburkan proses liberalisasi.

Tiongkok sebagai Negara yang memiliki pengaruh besar bagi ekonomi dan politik dunia tentu menggunakan Pengaruhnya untuk mempengaruhi lembaga internasional guna melanggengkan kepentingan politik ekonominya Negara atau pemerintah sebagai penjaga pintu masuk tentunya menjadi harapan sekaligus banteng terakhir dalam Menjaga masuknya arus capital dari proses perdagangan bebas. 

Konstitusi Negara sebagai pion dalam menjaga Kedaulatan ekonomi bangsa, harus mampu memberikan rasa aman dari konglemerasi-konglemarasi Asing. Kebobolan pada konstitusi Negara akibat kecerobohan perumus kebijakan akan memberikan kemenangan besar Bagi para konglemerasi asing untuk merebut hegemoni ekonomi nasional.

Era globalisasi telah mendorong setiap Negara di dunia termasuk Indonesia untuk masuk dalam system yang Terintegrasi satu sama lain. Kerja sama Negara-negara ASEAN-CHINA (ACFTA) adalah salah satu bentuk Pengintegrasian ekonomi ke dalam sebuah system yang sejatinya bagian dari politik ekonomi. Meskipun begitu Wajah asli dari integrasi ekonomi semata hanyalah bagian dari perebutan pasar potensial dan melanggengkan Kepentingan akumulasi capital dari konglomerasi asing. 

Burmansyah (2014) Secara umum integrasi ekonomi didefinisikan sebagai sebuah proses dimana sekelompok Negara berupaya Untuk meningkatkan tingkat kemakmurannya. Indonesia sebagai Negara yang memiliki jumlah populasi penduduk yang besar dan sumber daya alam tentu Menjadi pasar potensial bagi tiongkok. 

Sebagai Negara yang memiliki kekuatan ekonomi dan politik cina tentu Akan mampu melanggengkan proses kapitalisasi. Lebih lanjut menurut  Krugman (1993) dalam Burmansya, Integrasi ekonomi dapat berdampak pada penurunan kesehjateraan hidup masyarakat apabila terdapat Negara Yang secara ekonomi kuat menerapkan tariff yang tinggi terhadap Negara lain. Adanya kesenjangan ekonomi Antara tiongkok dan Indonesia tentu akan melanggengkan kapitalisasi cina atas Indonesia. 

Mencermati kerja sama yang tidak seimbang hasilnya memberikan suata kesan bahwa hubungan yang di Bangun Cina dengan Indonesia tidak hanya di latarbelakangi kepentingan perdagangan saja tetapi ada narasi Besar yang harus dibongkar agar tidak ada saling eksloitasi antara Negara besar dan kecil.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun