Mohon tunggu...
Hijrah Saputra
Hijrah Saputra Mohon Tunggu... wiraswasta -

seorang perencana yang ingin membangun pariwisata melalui desain grafis dan tulisan. Sekarang fokus membuat sejarah sendiri di Piyoh Design (Sekenang kedar-kedaran dari Sabang)dan Mr.Piyoh (Berbagi Aceh dimana Aja)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tolak Angin Meningkatkan Daya Tahan Tubuh di Mana Saja

29 Juli 2018   01:22 Diperbarui: 29 Juli 2018   02:06 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang Indonesia pasti pernah ngalamin yang namanya masuk angin, bisa jadi karena perubahan cuaca atau juga karena daya tahan tubuh jadi rendah karena kecapekan. Semakin bertambah usia makin rasanya gampang capek, alhasil kerjaan jadi lebih banyak ditunda dan malas mau pergi kemana-mana. Kadang saya suka iri dengan anak kecil yang masih bisa wara-wiri sana-sini tanpa takut masuk angin.

Pengalaman saya ketika ikut program pertukaran pemuda ke Amerika Serikat pada musim gugur tahun lalu. Saya mendapat penempatan kerja di Boston, Massachussets. Cuaca di sana dingin luar biasa, awalnya saya senang ketika diberitahu cuaca di sana akan dingin, karena saya termasuk orang yang suka dengan dingin, tetapi ternyata dinginnya lebih dingin dari cuaca yang ada di Indonesia, suhunya bisa mencapai minus lima derajat celsius bahkan lebih.

Untuk orang yang berasal dari daerah tropis seperti Indonesia yang dinginnya hanya sampai 15 derajat celsius, ini jadi cobaan yang bukan main. Perubahan cuaca ekstrim ini yang membuat badan saya jadi tidak stabil. Baju hangat saja ternyata tidak cukup, muka saya jadi pucat karena udara dingin, tenggorokan mulai kering dan gatal, badan mulai nyeri-nyeri dan akhirnya saya tumbang, demam.


Kemudian saya teringat kalau saya dibawakan Tolak Angin oleh orang tua saya, katanya untuk jaga-jaga kalau ada perubahan cuaca di sana. Awalnya saya termasuk orang yang tidak suka dengan minuman herbal tradisional apalagi obat, karena rasanya yang kurang ramah lingkungan. Karena kondisi saya sudah tidak jelas dan saya tidak ingin menghabiskan program saya di Amerika dengan tidur di rumah saja, akhirnya saya mencoba Tolak Angin. 

Tapi ternyata obat yang dibuat oleh Ibu Rachmat Sulistyo sejak Tahun 1930 ini tidak seperti yang saya bayangkan, rasanya termasuk enak untuk sebuah obat, paduan jahe dan cengkeh membuat tenggorokan saya jadi hangat, ditambah lagi daun mint dan madu, jadi kombinasi yang seru. Setelah saya meneguk dua sachet Tolak Angin dan segelas air hangat kemudian saya tidur.

Keesokan harinya tenggorokan saya jadi nyaman dan badan saya jadi lebih ringan seperti biasa tidak gampang capek walaupun saya harus menempuh perjalanan jauh dari rumah ke kantor. Akhirnya saya mengonsumsi Tolak Angin hampir setiap hari, karena stok yang dibawakan banyak dan saya jadi lebih percaya diri ke mana saja tanpa takut masuk angin dan juga kelelahan, tidak terlalu bermasalah lagi dengan udara yang dingin di sana.

Ternyata tidak saya saja yang bermasalah dengan cuaca, teman-teman saya yang ikut program yang sama berasal dari negara ASEAN lainnya juga mengalami kasus yang sama, mereka mengeluh kalau tubuh mereka terganggu selama di sana. Saya dengan pedenya akhirnya merekomendasikan Tolak Angin kepada mereka, bangga juga sebagai orang Indonesia yang punya produk yang bias membantu banyak orang,terimakasih Tolak Angin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun