"Itu sudah kelewatan. Frustasi?"
"Sebaliknya. Perayaan."
Dan tampaknya itulah anugerah segelas kopi: merayakan kesendirian. Kau coba lihat, cuping hidungnya mengembang begitu menghirup kepul pekat dari gelasnya. Matanya terpejam seolah setiap detik akan jadi momen terpenting. Belum lagi mulutnya menyeruput, tapi sepertinya gelombang gothis itu telah menyatakan kabar gembira bagi tubuhnya. Bagaimana lagi cara menggambarkan rasa lega dan kehangatan yang menjalar seperti berkas sinar matahari kepada kebun yang kedinginan?
"Kau lihat Pak Tua barista itu?"
Ya. Aku juga lihat. Aku lihat gurat kebanggaan yang membuatnya tampak bisa mengatasi umur. Pak Tua itu baru saja menunaikan tugasnya: meracik segelas kopi agar seseorang tak perlu takut menatap telepon, ketika duduk di kursi yang satu, sedang kursi di sampingnya kosong.
1 Januari 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H