Kelembaban dan suhu udara bisa mempengaruhi cepat-lambatnya penyebaran virus Corona di udara.
Virus tidak hanya hidup dengan baik di lingkungan kering, namun juga di udara yang lembab.
Untuk mencegah penyebarannya, suhu dan tingkat kelembaban udara harus dijaga tetap ideal.
-
Gunakan alat penyerap dan atau pelembab udara untuk memaksimalkan kerja pembersih udara.Â
Penyakit Covid-19 dapat menyebar dengan cepat karena penularan bukan hanya melalui permukaan (kontak sentuh) namun juga melalui udara, dimana percikan halus yang membawa virus corona, dari batuk, bersin, bahkan pada saat berbicara pun, bisa terbang terbawa angin dan menggantung di udara, memudahkan untuk terhirup dan terinfeksi.
Seberapa lama dan jauh percikan halus pembawa virus corona dapat tetap beterbangan di udara sangat tergantung dengan tingkat kelembaban udara. Pada lingkungan kering yang memiliki tingkat kelembaban rendah (<40% RH), kandungan uap air sangat sedikit, sehingga lebih ringan untuk percikan halus pembawa corona virus untuk beterbangan lebih lama dan jauh membawa virus. Sebab itu, untuk mencegah terhirup virus, orang yang sehat juga dianjurkan menggunakan masker, walau sudah menerapkan jarak aman (physical distancing).
Suhu dan Tingkat Kelembaban Harus Dijaga Tetap pada Kisaran Ideal
 Udara kering juga melemahkan kemampuan daya tubuh untuk menangkal virus. Kelembaban rendah akan mengeringkan lapisan saluran pernafasan, seperti mulut, hidung dan tenggorokan, memudahkan virus dan polutan udara untuk masuk ke dalam saluran pernafasan dan menyebabkan iritasi dan peradangan. Akibatnya imun tubuh menurun, sehingga rentan terinfeksi virus.
Di negara tropis seperti di Indonesia, udara kering biasanya identik dengan penggunaan AC dalam ruangan. Namun patut diperhatikan di masa pandemi saat ini, bahwa suhu dan tingkat kelembaban rendah justru mendukung penyebaran dan keampuhan virus corona.
Studi menemukan bahwa virus corona tidak dapat bertahan lama pada suhu di atas 30°C dan sepatutnya, tingkat kelembaban udara juga dijaga pada kisaran ideal, yaitu 40% hingga 60% RH.
Sama halnya dengan kering, jika kelembaban udara terlampau tinggi (>60% RH), tingkat penularan virus juga tidak baik. Sebagai contoh, salah satu penyebab adanya peningkatan kasus flu setiap musim hujan adalah tingkat kelembaban udara yang tinggi dan diiringi oleh suhu yang relatif lebih rendah saat musim tersebut. Makanya musim hujan sering bergandengan dengan musim flu.
Seperti yang mungkin telah diketahui, penggunaan pembersih udara bisa membantu mengurangi risiko terpapar dari virus, karena virus yang beterbangan akan tersaring oleh filter, ditambah pembersih udara juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh, karena mewujudkan lingkungan bersih bebas polutan yang sangat mendukung kesehatan dan kekebalan tubuh.
Agar udara tetap bersih dan sehat setelah dibersihkan, kelembaban udara juga penting untuk dijaga. Udara lembab memerlukan penyerap lembab agar tingkat kelembaban turun hingga batas ideal. Begitu juga sebaliknya, udara kering memerlukan pelembab agar tingkat kelembaban naik sampai batas idealnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H