Mohon tunggu...
Hifdzi Ulil Azmi
Hifdzi Ulil Azmi Mohon Tunggu... PNS -

seorang Apoteker muslim, penulis lepas di surat kabar, bekerja untuk negeri. Tim Penyusun Laporan Kinerja dan Renstra Instansi Pemerintah. more info at hifdziua.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lulus Penelitian Tugas Akhir dengan Beasiswa Riset

25 Mei 2016   18:06 Diperbarui: 25 Mei 2016   18:24 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wisuda program sarjana farmasi ui (dokpri)

Siapa yang tidak kenal dengan Vitamin A ? Ketika anak-anak ditanya vitamin A, mereka mungkin akan serentak menjawab vitamin untuk kesehatan mata. Betul. Ketika ditanya sumbernya dari mana, mereka juga akan seragam menjawab wortel. Juga betul.

Wanita sebagai pengguna kosmetik rutin tentu juga memiliki jawaban lain seputar vitamin A. Kebanyakan dari kaum hawa mengetahui bahwa vitamin A juga terdapat dalam dalam kosmetik yang berguna untuk mencerahkan wajah dan meminimalisir jerawat. Ini Betul. Lalu apa bedanya dengan vitamin A pada wortel ?

Vitamin A dalam ilmu kimia memiliki berbagai struktur kimia. Klasifikasi vitamin A setidaknya terdiri dari tiga golongan besar, asam retinoat, retinol dan retinaldehid. Vitamin A pada wortel merupakan golongan retinol yang muncul dari senyawa oranye beta karoten dalam wortel yang dicerna dalam system pencernaan manusia. Sedangkan pada kosmetik, jenis vitamin A yang digunakan adalah golongan retinoat yang lebih cocok jika diaplikasikan pada kosmetik untuk mendapatkan efek brightening. Adapun pada minyak goreng, terkandung vitamin A golongan retinol. Perbedaan rumus kimia inilah yang membuat perbedaan penggunaan vitamin A sesuai dengan penggolongannya.

Vitamin A yang tidak stabil

Vitamin A, khususnya golongan retinoat pada kosmetik, ternyata memiliki sifat yang tidak stabil. Berdasarkan jurnal ilmiah yang pernah saya baca, vitamin A tidak stabil terhadap cahaya. Hasil dari paparan cahaya terhadap vitamin A adalah menghasilkan zat-zat lain yang sebenarnya masih turunan (menyerupai) vitamin A. Turunan vitamin A memiliki rumus struktur yang mirip dengan vitamin A. Namun, beberapa turunan ini tidak memiliki efek serupa vitamin A sehingga mampu mengurangi aktivitas mencerahkan pada kulit. Selain itu, senyawa hasil sampingan vitamin A ini bersifat lebih iritatif (mudah mengiritasi) kulit dan bahkan bersifat karsinogenik atau pemicu tumor atau kanker sehingga memiliki potensi bahaya dalam penggunaan jangka sedang hingga panjang. Inilah yang membuat saya tertarik mengambil penelitian skripsi seputar vitamin A dalam bentuk asam retinoat (tretinoin) enam tahun lalu (tahun 2010) sebagai syarat memperoleh gelar sarjana Farmasi dari Universitas Indonesia. 

Besarnya Biaya Riset

Skripsi atas dasar hasil observasi, terutama riset ilmiah / penelitian tentu memiliki biaya yang jauh lebih besar dibandingkan skripsi yang dihasilkan hanya atas dasar survey, tinjauan pustaka, dan pengamatan. Selain itu, waktu yang digunakan untuk menyusun skripsi juga menjadi lebih lama. Inilah yang saya alami ketika hendak memulai penelitian. Biaya yang harus dikeluarkan hanya untuk penelitiannya saja sudah di atas delapan juta rupiah. Belum ditambah dengan biaya cetak skripsi yang mencapai lima rangkap dengan sampul hardcover. Jumlah yang lumayan besar untuk ukuran mahasiswa atas biaya sendiri, bukan atas penelitian yang didukung proyek kampus atau swasta.

Pada penelitian tersebut, setidaknya saya harus membeli bahan baku pembanding murni vitamin A bersertifikat dengan harga yang jauh lebih mahal dari bahan baku vitamin A biasa. Sebagai informasi, untuk tujuan riset, tidak bisa menggunakan bahan baku biasa karena tidak memiliki spesifikasi yang dapat dijadikan sebagai pembanding atau standar. Penggunaan bahan baku biasa hanya akan memberikan data yang tidak valid dan memiliki tingkat akurasi (ketepatan) yang rendah. Tidak sampai disitu, oleh karena penelitian ini mencakup senyawa turunan vitamin A, maka saya pun juga harus membeli bahan baku pembanding murni turunan vitamin A tersebut. Ada dua bahan yang harus saya adakan agar penelitian ini menghasilkan data yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan, yakni alitretinoin dan isotretinoin. Bahan-bahan ini rupanya belum ada di Indonesia karena merupakan suatu zat hasil sampingan dari vitamin A yang tidak stabil sehingga untuk memproduksi atau mensintesisnya lebih sulit dan butuh biaya yang tinggi. Total dana yang saya habiskan untuk membeli ketiga baku murni ini sebanyak 5,5 juta rupiah. Tentu ini adalah jumlah yang fantastis untuk penelitian skripsi mahasiswa.

Selain bahan baku pembanding, saya juga memerlukan reagensia khusus yang digunakan untuk melarutkan vitamin A dan turunannya. Merujuk pada pustaka Farmakope Indonesia edisi IV saat itu, vitamin ini tidak larut dalam air, sehingga perlu dicari pelarut yang mampu melarutkan seluruh zat tersebut. Dengan berbagai pertimbangan, saya memilih pelarut organik methanol dan asetonitril sebagai reagensia yang harus diadakan. Jumlah yang terpakai untuk penelitian ini mencapai 2,5 juta rupiah.

Mencari beasiswa Penelitian/riset

Tingginya biaya yang perlu dikeluarkan saat itu membuat saya harus memutar otak untuk meringankan biaya penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dan sidang sarjana. Apalagi Pilihan judul ini sudah mantap mengingat saat itu belum ada penelitian serupa dalam mencari metode pemisahan vitamin A dengan turunannya di Indonesia. Saat itu, saya hanya bisa bermimpi agar penelitian ini bisa dicover oleh beasiswa.

Dengan keyakinan yang telah kuat, saya tetap melanjutkan penelitian ini dengan sambil mencari beasiswa penelitian skripsi. Beasiswa jenis ini jumlahnya tidak sebanyak beasiswa prestasi atau beasiswa untuk kalangan kurang mampu untuk menutupi biaya operasional dan semester sehingga untuk menemukannya agak sulit dan harus terus memantau mading beasiswa di bagian kemahasiswaan. Selain itu, untuk mendapatkannya pun juga sangat sulit karena harus bersaing dengan peminat beasiswa penelitian skripsi lainnya, terlebih dari sesama mahasiswa tingkat akhir.

Saat penelitian saya tengah berlangsung, beasiswa PoscoTJ Park Foundation muncul menghiasi madding gedung dekanat bagian kemahasiswaan FMIPA UI. Salah satu persyaratannya adalah sedang dalam masa tugas akhir dan saat itu tidak sedang mendapatkan beasiswa lain. Walaupun lingkup jumlah pendaftar telah terbatasi oleh mahasiswa tingkat akhir, namun rupanya mahasiswa yang mendaftar cukup banyak. Dan yang lebih sulit adalah satu Fakultas hanya boleh mengirim dua (2) orang nama untuk diajukan ke rektorat.

Ketatnya persaingan dalam memperoleh beasiswa ini membuat saya termotivasi untuk melakukan penelitian secara gigih dan menyusun skripsi dengan baik berdasarkan atas olah data yang lengkap dengan tetap mengutamakan perolehan sumber data yang akurat dan penyajian data yang menarik dan menyeluruh. Ini merupakan tantangan sekaligus keuntungan tersendiri karena saat itu saya harus dapat memotivasi diri selain untuk dapat lulus dengan predikat yang baik, juga untuk berkompetisi mendapatkan beasiswa penelitian.

Sering Menginap di kampus untuk Penelitian

Saat-saat menginap di kampus bersama teman-teman dalam rangka penelitian (dokpri)
Saat-saat menginap di kampus bersama teman-teman dalam rangka penelitian (dokpri)
Rupanya, penelitian yang saya lakukan enam tahun lalu tidaklah mudah. Kompleksnya lingkup penelitian yang meliputi 3 zat murni ditambah satu zat hasil peruraian vitamin A lainnya membuat penelitian yang dilakukan memerlukan waktu yang cukup lama. Belum lagi ditambah adanya perlakuan khusus untuk menguraikan vitamin tersebut agar menghasilkan zat-zat lain untuk dianalisis.

Untuk mendapatkan hasil penelitian sebelum tenggat waktu yang ditetapkan (Awal Juni 2010), saya harus rela menginap beberapa hari di kampus untuk bekerja lembur melakukan penelitian. Sulitnya observasi yang dilakukan terkadang juga membuat aktivitas menginap saya di kampus kadang tidak manghasilkan apa-apa. Namun berbekal kesulitan-kesulitan itulah, saya menjadi banyak belajar untuk mendapatkan metode yang cocok dalam memisahkan vitamin A dan senyawa turunannya.

Bergantian Alat dengan teman penelitian satu bidang

Seperangkat alat HPLC yang digunakan saat penelitian tugas akhir (skripsi tugas akhir)
Seperangkat alat HPLC yang digunakan saat penelitian tugas akhir (skripsi tugas akhir)
Selain menginap, dalam melakukan penelitian, tentu menggunakan instrument atau peralatan Laboratorium untuk mendapatkan hasil yang lebih sensitive dan akurat. Penelitian yang saya lakukan menggunakan seperangkat instrument canggih yang sangat mahal bernama High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Dengan menggunakan alat seharga 1 milyar untuk saat ini, pemisahan antar beberapa zat untuk ditetapkan kadarnya masing-masing dapat dilakukan. Namun, harus melalui observasi yang cukup panjang untuk mendapatkan metode yang tepat agar pemisahan yang dihasilkan mampu memberikan nilai kadar yang valid dan dapat dipercaya. Selain itu, butuh bahan baku pembanding murni dan reagensia yang mahal agar hasil yang diperoleh valid.

Canggihnya alat ini disertai dengan peminat yang tinggi membuat saya harus bergantian menggunakannya dengan teman-teman satu bidang penelitian. Setidaknya, pada alat yang saya gunakan terdapat tiga orang yang harus saling bergantian. Faktor inilah yang mendorong saya juga harus bekerja secara efektif dan efisien agar diperoleh hasil untuk segera diolah. Namun kenyataannya, saya pun juga tetap harus sering menginap karena singkatnya jatah waktu penelitian akibat penggunaan alat yang bersama-sama.

Dan sidang skripsi pun dimulai …

Senin, 5 Juli 2010, merupakan hari yang bersejarah bagi saya. Hari itu merupakan hari pertama serangkaian sidang skripsi dilaksanakan untuk satu angkatan program S1 Farmasi angkatan 2006. Saya menjadi orang ketiga dari 70 orang yang maju lebih awal menghadapi penguji dalam sidang tugas akhir.

Alhamdulillah, sidang skripsi berjalan lancer dan saya mampu mempertahankan hasil riset saya di hadapan penguji. Hal lain yang membuat saya senang saat itu adalah diberikannya Predikat Nilai A atas skripsi dan sidang akhir.

Pengumuman Beasiswa Riset Posco TJ Park Foundation

Tidak lama setelah pelaksanaan sidang skripsi, saya mendapatkan kabar bahwa saya adalah peraih beasiswa Posco tingkat Fakultas. Rasa syukur bercampur haru menyelimuti diri saya kala itu. Betapa tidak, biaya yang dihabiskan untuk riset telah lebih dari delapan juta rupiah. Besaran beasiswa yang mencapai 5,5 juta rupiah saat itu memang tidak mampu menutup seluruh biaya penelitian yang dikeluarkan. Namun setidaknya, saya telah meringankan beban kedua orang tua atas hasil beasiswa.

Penyerahan sertifikat beasiswa Posco di Gedung Rektorat UI, 12 Agustus 2010 (https://www.postf.org/en/news/photo/view.do)
Penyerahan sertifikat beasiswa Posco di Gedung Rektorat UI, 12 Agustus 2010 (https://www.postf.org/en/news/photo/view.do)
Penutup

Beasiswa Posco TJ Park Foundation secara langsung telah mendorong saya melakukan tugas akhir secara maksimal. Inilah mimpi saya saat itu, meraih predikat sarjana dengan tugas akhir yang berkualitas atas hasil beasiswa. Tingginya biaya penelitian justru membuat saya semakin giat mencari hikmah di balik penelitian yang saya lakukan. Atas dasar inilah, saya mendapatkan banyak informasi hasil skripsi saya yang rasanya tidak lengkap jika tidak dibagikan kepada pembaca. Berikut diantaranya :

  • Vitamin A dalam kosmetik merupakan zat yang secara ilmiah/ natural memang tidak stabil terhadap cahaya. Penelitian saya membuktikan bahwa paparan cahaya pada krim bervitamin A mampu menguraikan zat tersebut menjadi 3 hingga 4 macam. Bukan hanya mengurangi efektivitas vitamin A dalam mencerahkan dan melawan jerawat, hal ini juga dapat memicu terjadinya resiko kanker jika digunakan dalam jangka panjang.
  • Masih berkaitan dengan No 1 di atas, disarankan agar penggunaan krim vitamin A tidak dilakukan di siang hari. Penggunaan krim vitamin A lebih tepat dilakukan di malam hari. Selain lebih stabil, malam hari merupakan waktu yang pas untuk regenerasi sel kulit wajah
  • Disarankan agar konsumen membeli krim vitamin A yang memiliki no izin edar resmi Badan Pengawas Obat dan Makanan. Krim yang memiliki legalitas izin edar Badan POM (Kode NA) telah melalui penilaian yang panjang sebelum memiliki izin edar di Indonesia. Selain itu, proses produksi yang tepat dengan meminimalisir paparan cahaya juga telah diterapkan dalam proses pembuatannya. Inilah yang menjadikan produk yang dihasilkan tidak mengandung hasil urai vitamin A yang mampu mengurangi efektivitas vitamin A itu sendiri

Demikian cerita saya dalam mewujudkan gelar sarjana atas tugas akhir hasil beasiswa. Hikmah yang bisa diambil dalam mewujudkan mimpi ini adalah pantang menyerah. Karena bisa jadi, saat kita menyerah, jarak terhadap keberhasilan tinggal sekian cm saja. Tetaplah bermimpi. Pantang untuk menyerah. Dan wujudkan mimpi itu menjadi nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun