Mohon tunggu...
Hifdzi Ulil Azmi
Hifdzi Ulil Azmi Mohon Tunggu... PNS -

seorang Apoteker muslim, penulis lepas di surat kabar, bekerja untuk negeri. Tim Penyusun Laporan Kinerja dan Renstra Instansi Pemerintah. more info at hifdziua.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Narkoba: Serba-serbi Sejarah, Bahaya, dan Pencegahannya

15 Agustus 2013   09:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:17 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahap ketergantungan ini yang sangat berbahaya. Tahap ini meliputi ketergantungan psikis dan fisik. Jika telah mencapai ketergantungan fisik, ini lebih berbahaya lagi. Pada tahap ini pengguna sangat sulit untuk bisa berhenti dari obat. Jika dilepas begitu saja, akibat yang muncul adalah rasa sakau yang amat sakit. Namun apabila diteruskan, fungsi fisiologis tubuh juga semakin rusak dan peluang mendekati ajal semakin dekat. Jalan utamanya ialah tiada lain dengan memberikan obat tersebut terus menerus dengan penurunan dosis berkala untuk menghilangkan rasa sakaunya.

Sayangnya, di Indonesia sendiri pengguna narkoba sudah sangat banyak. Para pelajar SMA bahkan SMP rawan akan hal ini. Si pengedar narkoba sudah berani menjual barang yang disalahgunakan ini di sekitar sekolah dan kampus. Namun, tetap saja polisi masih kesulitan meringkusnya karena teknik yang dilakukan antara pengedar dan pengguna tergolong professional!

Inilah yang menyebabkan jumlah pemakai narkoba di Indonesia sesungguhnya ibarat fenomena gunung es (ice berg). Jumlah pengguna, pengedar, dan bandar yang tampak di permukaan hanya sebagian kecil dibandingkan yang tidak tampak di permukaan. Jumlah ini bahkan bisa mencapai sepuluh kali lipatnya.

Bahaya narkoba

Bahaya awal yang mudah teridentifikasi dari banyaknya orang yang mengalami ketergantungan terhadap narkoba ialah meningkatnya tindak asusila. Hal ini disebabkan narkoba akan menyebabkan penurunan self controlling bagi pengguna yang pada akhirnya akan menghasilkan kehilangan kendali (lost control), layaknya suatu kendaraan dengan rem yang sudah blong. Inilah yang menyebabkan banyak dari pengguna pada akhirnya berbuat tindak asusila seperti memerkosa, membunuh, mencuri, dan lain-lain.

Bahaya lain dari dari masalah narkoba ialah hilangnya asset bangsa yang sesungguhnya bila dikembangkan akan bermanfaat. Bayangkan, negara ini tiap tahun harus kehilangan ratusan ribu orang usia muda yang mati akibat narkoba. Sungguh miris, karena kaum muda lah yang nantinya akan memikul tanggung jawab sebagai penerus bangsa. Tak hanya itu, kerugian materil yang harus ditanggung negara kita per tahunnya selalu mencapai satuan triliun. Pada tahun 2008 saja, kerugian yang kita alami mencapai 15,37 triliun (BNN,2009). Adapun tiap tahunnya rata-rata 380 miliar habis hanya untuk transaksi narkoba antara pengedar dan pengguna. Jumlah ini tentu akan terus melonjak pada tahun 2009 ini mengingat masih banyaknya pengguna narkoba yang belum terjamah.

Inilah bahaya nasional yang menimpa negeri kita. Secara langsung narkoba telah mengakibatkan krisis moral yang sebagian besar menghinggapi kaum usia muda. Apabila masalah ini tidak ditangani secara serius, kita akan kehilangan generasi penerus bangsa yang berdaya saing!

Pemecahannya

Tidak dapat dipungkiri, pintu dari semua keburukan ini tiada lain adalah karena coba-coba. Sekitar 73% para pengguna narkoba mengaku memakainya karena alasan coba-coba atau sekedar ingin tahu (BNN,2003). Oleh sebab itu, peran orang tua sangatlah penting dalam mencerdaskan anak sejak kecil terhadap bahaya yang akan ditimbulkan akibat narkoba. Kondisi keluarga yang tidak baik dengan orang tua yang tidak mampu menjadi panutan akan menyebabkan anaknya memiliki resiko 7,9 kali untuk menyalahgunakan obat (Hawari,1990).

Mengenal keburukan narkotik, ganja, dan obat terlarang lainnya bukan untuk dicoba sekedar supaya tahu, tetapi untuk dibasmi dan ditinggalkan. Dengan anggaran pendidikan yang mencapai 20% ini, kiranya pemerintah dapat memasukkan bahaya mengonsumsi narkotik ke dalam kurikulum sekolah. Atau dari sekolahnya sendiri diwajibkan aktif untuk mengadakan pencerdasan kepada siswa-siswinya terhadap masalah ini, salah satunya dengan mengadakan kunjungan ke panti rehabilitasi korban narkotika. Dengan begini, para pelajar bisa  melihat secara langsung betapa buruknya keadaan korban pengguna narkotik yang sesungguhnya.

Sama seperti Cina, Indonesia adalah negeri yang besar dengan jumlah penduduk yang besar pula. Tingginya jumlah penduduk ini bisa berpotensi mengarah kepada kemajuan atau kemunduran. Semua itu tergantung perlakuannya. Maka, perlu dicari perlakuan yang tepat dalam menangani masalah narkoba ini. Perlakuan yang tepat tentu melibatkan semua pihak, mulai dari kesadaran individu, orang tua, institusi pendidikan, hingga pemerintah yang di dalamnnya mencakup aparat penegak hukum. Jangan sampai bahaya nasional akibat narkoba ini semakin tak terkendali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun