Mohon tunggu...
Michel Irarya
Michel Irarya Mohon Tunggu... Lainnya - IT

Cumi ingin nulis, itu saja!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Gadget yang Gagal di Tahun 2016

19 Januari 2017   17:52 Diperbarui: 19 Januari 2017   19:18 1513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terhitung berapa gadget yang dilepas kepasaran selama 2016 lalu. Persaingan produksi pada industri teknologi amat ketat, perusahaan seperti Xiaomi bahkan bisa melepas 3 smartphone sekaligus dalam sekali waktu. Brand smartphone besar seperti Samsung, Apple, Asus, dan lain-lain tak kalah bersaing meluncurkan produk-produk unggulan di tahun 2016 lalu.

Selalu ada sisi baik dan buruk dalam persaingan. Sisi baiknya adalah setiap pihak yang berkompetisi termotivasi untuk terus berinovasi dengan teknologi terbaru demi memenuhi standar terbaru dan tuntutan pasar. Produk-produk yang diluncurkan dipastikan dibekali teknologi mutakhir demi kebanggaan brand dan kepuasan pengguna.

Buruknya adalah, perusahaan saling mendahului siapa yang akan melepas produk terlebih dulu kepasaran. Dalam hal ini, siapa yang mendapatkan momentum yang tepat, memiliki potensi pasar yang cenderung lebih tinggi. Masing-masing perusahaan tentu ingin menjadi yang pertama dengan produknya. Dampaknya adalah, beberapa produk yang sejatinya belum benar-benar siap diluncurkan, terpaksa harus dilepas lebih awal hanya demi mendapatkan momentum dan memenuhi tuntutan pasar.

Dampak nyata tak butuh waktu lama untuk muncul. Banyak contoh kasus yang bisa kita ambil, Samsung Galaxy Note 7 yang meledak saat di-charge, drone yang tiba-tiba kehilangan tenaga saat terbang, game PokemonGO yang sensasional diawal namun ternyata banyak bug. Dan masih banyak lagi daftar yang akan kita bahas lebih lanjut dibawah.

2016 adalah tahun yang layak dijadikan pelajaran.

Belakangan, brand sering menyajikan kita dengan produk-produk "beta", lalu kita sebagai pengguna harus memberikan mereka masukan untuk pengembangan produk tersebut. Dalam dunia gadget, hal-hal seperti ini umumnya tidak kita sadari, entah karena error minor yang terlalu kecil atau kita terlalu malas untuk berurusan dengan pengembalian produk rusak. Kita cenderung untuk langsung membeli perangkat baru begitu kita menyadari perangkat yang kita gunakan saat ini sudah tidak berfungsi secara normal.

Tahun 2016 kita dihadapkan dengan banyak kasus unfinnish produk yang cukup menarik perhatian. Hal-hal ini sedikit membuat orang untuk berpikir dua kali untuk mempercayai brand tersebut.

Ilustrasi: techcrunch.com
Ilustrasi: techcrunch.com
GoPro misalnya, pabrikan action-cam ini memutuskan untuk terjun ke pasar drone dengan merilis GoPro Karma. Hanya selang beberapa bulan setelah peluncurannya, produk tersebut ditarik kembali dari pasaran. Masalah yang muncul adalah drone kehilangan tiba-tiba power saat terbang. Pertanyaannya adalah, akankah kamu akan tetap percaya terhadap drone dari GoPro ini, atau kamu akan beralih ke merk lain?

Juga berapa lama sampai kamu percaya untuk membeli Samsung Galaxy Note 7 setelah kasus meledaknya baterai smartphone ini? Samsung langsung menarik perangkat ini dan menggantinya dengan perangkat baru. Nyatanya, kasus yang sama ditemukan pada perangkat pengganti tersebut. Apakah kamu akan tetap berminat membeli Galaxy Note 7?

Galaxy Note 7 bukan satu-satunya produk dari Samsung yang ditemukan bermasalah tahun ini. Mesin cuci Samsung juga ditemukan mengalami kerusakan, banyak kasus lepasnya komponen-kompenen mesin saat digunakan.

Dan apakah kamu akan tetap menggunakan Happy Meal gadget dari McDoland setelah fitness tracker tersebut ditemukan menyebabkan iritasi pada kulit penggunya?

Masih kurang?

Bagaimana dengan Tesla Autopilot self-steering pada mobil, setelah kecelakaan fatal yang terjadi Mei lalu?

Akankah kamu mengunduh Apple software update, setelah banyak ditemukan kasus brick pada perangkat Apple?

Masihkah kamu percaya dengan samsung water-resistant smartphone yang pada banyak kasus samsung Galaxy S7 tidak benar-benar water-resistant? Samsung lagi dan lagi.

Kamu bisa mendapatkan banyak pembuktian pada kasus-kasus diatas melalui situs Youtube.

Buruknya produk dan pengalaman yang diberikan kepada customer akan berbanding lurus dengan buruknya reputasi brand tersebut. 2016 bukanlah tahun yang menyenangkan bagi samsung, meski menurut data Nielsen, samsung masih menduduki peringkat pertama untuk brand terbaik di Asia pada tahun 2016. Ada pelajaran penting yang harus diingat oleh samsung dan brand-brand lainnya jika tidak ingin ditinggal customer.

Sangat beralasan bagi GoPro untuk ikut terjun ke pasar drone yang selama ini dikuasai oleh DJI. Action-Cam GoPro umum dipakai pada drone, setidaknya jika GoPro sukses dengan proyek drone tersebut, DJI akan memiliki pesaing berat. Sayangnya, impresi pertama GoPro Karma langsung merusak masa depan GoPro pasar drone.

Apakah produk harus menjalani testing sebelum dilepas kepasaran? Tentu tidak semua, banyak produk yang membutuhkan testing dan feedback pengguna untuk penyempurnaan. Model ini kerap dipakai oleh industri gaming. Banyak game yang melepas versi beta kepasaran sebelum versi fullnya, dan mengharapkan feedback gamers untuk penyempurnaan game tersebut.

Sayangnya model yang sama tidak bisa diterapkan untuk gadget atau perangkat elektronik lainnya. Tidak ada versi beta dari smartphone, drone, ataupun mesin cuci. Kita berbicara soal keselamatan pengguna. Produk-produk seperti ini harus lolos pengujian kelayakan dan keselamatan sebelum dilepas kepasaran. Sudah saatnya brand berhenti bersaing dengan egonya masing-masing dan mulai memikirkan kesalamatan serta kepuasan pengguna. Bukankah dari situ tingkat kesuksesan sebuah brand diukur?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun