[caption caption="sumber foto: www.cekricek.co.id"][/caption]
Tulisan ini bukan bermaksud mendukung Nikita Mirzani, yang katanya melakukan kegiatan prostitusi seharga puluhan juta, tapi menyorot bagaimana media menjadikan Nikita Mirzani (NM) sebagai object sirkus demi mendulang rating.
Yang saya sayangkan adalah mengapa media di Indonesia masih belum bisa lepas dari kesan latah dan lebay dalam memberitakan sesuatu, apalagi menyangkut selebritis. Kenapa dalam kasus prostitusi kali ini hanya Nikita Mirzani yang diberitakan secara massive, bukankah ada lawan mainnya juga saat itu. Seakan-akan Nikita Mirzani adalah orang yang paling bersalah, paling nista, paling rendah. Parahnya penonton diajak untuk ikut menghakimi Nikita Mirzani seorang saja.
Jika selama ini media berkoar-koar mendukung emansipasi wanita, yang terjadi disini malah kebalikannya. Sadar atau tidak mereka sedang menjilat ludah sendiri, dimana secara tidak langsung sedang merendahkan kaum wanita melalui pemberitaan NM. Saya bukan bermaksud menyebut kaum wanita seperti profesi NM. Tapi jika kita melihat gambaran besarnya, yang namanya prostitusi, ya pasti ada lawan main, semua orang tahu. Sangat tidak berimbang jika dalam dunia prostitusi wanita dijadikan object penderita, alias biang kesalahan!
Dalam kasus NM, media bersikap sangat deskriminatif dengan menggempur habis-habisan NM. Kalaupun ada pemberitaan mengenai lawan main NM, itu hanya sekedar saja. Sehingga dianggap angin lalu oleh penonton. Yang kemudian menggelitik saya untuk bertanya, mengapa lawan main NM, yang katanya pejabat itu tidak dibongkar identitasnya oleh media?
Mungkin media merasa, menyudutkan seorang artis cantik, seksi, dan kontrovesial lebih sedikit resikonya namun lebih banyak untungnya daripada menyudutkan pejabat. Apalagi kalau sudah bawa-bawa nama partai, beuhh bisa terjadi perang dingin politik, yang ujung-ujungnya tiba dalam perdebatan dimeja pengadilan ILC atau Mata Najwa. Atau jangan-jangan ini adalah upaya pengalihan isu “Papa Minta Saham”? Oke cukup, Saya tidak mau berasumsi terlalu jauh.
Lanjut..
Jika memang media menganggap Nikita Mirzani bersalah, harusnya media menjelaskan dengan berimbang dimana letak kesalahannya dan penonton juga harusnya diarahkan untuk beripikir secara cerdas. Jangan gunakan ilmu Aji Mumpung, mumpung ada selebritis terjerat kasus, semua ikut-ikutan lebay pemberitaan. Dimana saya yakin media hanya memanfaatkannya sebagai lahan rating, tanpa memperdulikan esensi berita.
Lagipula bisnis prostitusi masih difasilitasi pemerintah kok, lah wong belum ada UU yang mengatur tentang prostitusi, yang ada baru UU pornografi. Kalau mau dijerat pakai Pasal 506 KUHP, ya cukup mucikarinya saja, ngapain NM ikut dibawa-bawa. Soal siapa yang mau berprofesi seperti itu adalah hak orang, mau berapa puluh milyar tarif yang dipasang suka-suka dia, toh masih ada yang sanggup bayar. Emang situ sanggup menghidupi Nikita kalau dia nganggur, hah?
Aparat Kepolisian juga lucu. Kalau mau membasmi bisnis prostitusi, kenapa tebang pilih? Apa perlu disebutkan disini daerah-daerah pusat prostitusi pak, kan bapak sudah hapal? Atau memang mau ikut-ikutan ngejar rating demi nama baik Kepolisian Negara Republik Indonesia? Cih. Murahan sekali..
Dan untuk anda korban media yang ikut-ikutan menghakimi Nikita Mirzani, tanyakan lagi pada diri anda sendiri, seberapa bersih diri anda dari kesalahan dan kenistaan, kok berani-beraninya menghakimi Nikita seakan-akan dia adalah orang paling najis!
Tapi sampai saat ini saya masih belum ketemu letak kesalahan dari NM, ada yang tahu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H