Mohon tunggu...
Michel Irarya
Michel Irarya Mohon Tunggu... Lainnya - IT

Cumi ingin nulis, itu saja!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Punk dan Anarkisme. Sebuah Ideologi

3 September 2015   02:08 Diperbarui: 3 September 2015   02:08 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Punk lahir didaratan inggris sebagai sebuah subkultur pada masa itu. Seiring berjalannya waktu, gerakan ini semakin luas mencakup genre music dan ideology. Punk menjadi sebuah gerakan perlawanan yang berdasar pada keyakinan We Can do it Our Self. Menyindir penguasa dengan lirik-lirik lagunya yang sederhana namun kadang sedikit kasar.

Pada awalnya music-musik punk berkembang sebagai bentuk kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industry music saat itu yang dikuasai oleh nama-nama besar seperti Rolling Stones, The Beatle, dll. Musik yang dimainkan pun sangat berbeda, punk tidak memainkan nada-nada dengan teknik tinggi dan lirik yang indah. Liriknya cenderung menceritakan rasa frustrasi, kejenuhan, dan kemarahan. Akibatnya punk dianggap sebagai music rock aliran kiri.

---

Ideologi anarkisme muncul sebagai pilihan terakhir bagi kaum punk karena telah kehilangan rasa kepercayaan terhadap penguasa. Sayangnya di Indonesia Anarkisme diartikan sebagai suatu tindakan Pengrusakan, perkelahian, atau kekerasan. Padahal menurut para pencetusnya William Godwin, Piere-Joseph Proudhon, dan Mikhail Bakunin, Anarkisme adalah sebuah ideology yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa Negara, dengan asumsi bahwa Negara adalah sebuah bentuk kediktatoran.

Do It Your Self, sebuah etika Kaum Punk yang memaknai anarkisme dalam kehidupan mereka sehari-hari yang berarti tanpa kekangan, anti kemapanan, terbebas dari aturan-aturan masyarakat ataupun penguasa, mereka menciptakan aturan hidup mereka sendiri. Mereka bahkan menciptakan fashion mereka sendiri, Rambut Mohawk, Rantai spike, sepatu boots, celana jeans ketat, baju lusuh. Gaya berpakaian yang mencerminkan Anti Kemapanan dan Anti Sosial.

---

Disisi lain, kita sangat familiar dengan anak-anak beratribut punk di kota-kota besar, atau yang biasa kita kenal sebagai punk gembel. Kondisi punk seperti ini sangat memprihatinkan, mereka menjadikan jalanan hanya sebagai tempat nongkrong dan mabuk-mabukan. Mencari uang dengan mengamen, lalu hasilnya dipakai untuk membeli obat-obatan dan minuman beralkohol. Kebanyakan dari mereka masih berusia belasan tahun. Menjadikan punk sebagai tempat pelarian dari kesumpekan rumah, lari dari tanggung jawab, ingin hidup bebas semaunya sendiri tanpa ada yang mengatur.

Fenomena punk seperti ini sangat rawan terhadap tindak criminal, dan memang sudah sering terjadi, di jakarta  khususnya, pelecehan seksual oleh sekelompok orang yang beratribut punk. Punk seperti ini yang kemudian merusak citra punk yang sesungguhnya. Sekelompok berandalan yang menggunakan atribut punk, nongkrong dan mabuk-mabukan, lalu melakukan tindak criminal. Mereka bukan Punk.

Punk adalah ideology hidup yang mencakup social dan politik. Menentang kediktatoran dalam masyarakat, industry dan pemerintahan. Meneriakan rasa frustrasi dan kemarahan terhadap ketidakadilan. Punk adalah kaum kelas pekerja, bukan pengangguran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun