Pendahuluan
Teori Fenomenologi Edmund Husserl secara singkat yaitu teori tentang pengalaman hidup seseorang atau metode untuk mempelajari bagaimana individu secara subjektif merasakan pengalaman dan memberikan makna dari fenomena tersebut. Adapun contoh kasus yang ingin saya angkat yaitu dari suatu kasus G 30S PKI dan fenomena yang ada dimuseum A.H. Nasution.
Sebagai Fenomenologi ini mengambil tokoh dari sang Jendral Besar A.H. Nasution. Oleh karena itu focus yang akan diangkat terkait fenomena dan fenomologi yang terjadi pada Peristiwa G 30S PKI dengan meneliti pula yang sudah saya kunjungi pada Museum A.H. Nasution.
Isi
Peristiwa G 30S PKI, yang terjadi pada 30 September 1965, merupakan kejadian tragis yang memiliki dampak mendalam pada sejarah Indonesia. Berdasarkan informasi dari Museum Jenderal Besar Dr. Abdul Haris Nasution, peristiwa ini melibatkan upaya penculikan dan pembunuhan terhadap Jenderal Abdul Haris Nasution oleh Pasukan Cakrabirawa yang didalangi PKI.
Menerapkan teori fenomenologis dalam sosiologi komunikasi, kita dapat menganalisis peristiwa ini yang ada di Museum menjadi tempat banyak makna peristiwa G 30S PKI dinegosiasikan antara pengunjung dan narasi yang disajikan. Interaksi antara pengunjung dengan koleksi museum dan informasi yang disediakan menciptakan pemahaman bersama tentang peristiwa tersebut. Hal tersebut saya rasa memberikan kita pemahaman akan hal-hal yang ada dimuseum lewat informasi yang diberikan.
Berbagai elemen museum, seperti patung, diorama, dan benda-benda peninggalan, membantu pengunjung membentuk makna personal tentang peristiwa G 30S PKI. Misalnya, patung Ibu Nas menggendong Ade Irma Suryani yang terluka memberikan makna emosional pada tragedi tersebut.Â
Hal itu bisa diselaraskan dengan Epoch (Pengurungan) yang menjadi konsep Husserl tentang "mengurung" asumsi dan prasangka kita. Sehingga menjadikan kita diajak untuk melihat peristiwa G30S PKI melalui sudut pandang A.H. Nasution dan keluarganya, terlepas dari pandangan politik atau historis yang mungkin mereka miliki sebelumnya.Â
Kita diperlihatkan bagaimana Fenomenologi sebagai Ade Irma dan Ibu Nas pada latar dan kejadian tersebut. Pada narasi yang telah disajikan di museum mempengaruhi bagaimana peristiwa G 30S PKI dikomunikasikan dan dipahami oleh kita yang berada dimuseum. Museum menjadi sarana komunikasi sejarah yang membentuk persepsi publik tentang peristiwa tersebut.
Dalam Teori Fenomenologi  Edmund Husserl, ada suatu kasus yang dinamakan oleh Husserl yaitu "Lifeworld" atau "Dunia Kehidupan" yang mana dapat dikatakan bahwa alam semesta dari apa yang sudah jelas atau diberikan, sebuah dunia yang dapat dialami bersama oleh subjek.Â
Artinya suatu fenomena yang terjadi pada G 30S PKI dapat kita rasakan Bersama, begitu pula dengan apapun yang ada di Museum ini menjadi bagian dari 'lifeworld' masyarakat Indonesia, mempengaruhi pemahaman mereka tentang sejarah nasional dan peran tokoh-tokoh seperti Jenderal Nasution dalam peristiwa tersebut.
Kesimpulan
Museum ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan artefak sejarah, tetapi juga sebagai sarana informasi, inspirasi, edukasi, dan rekreasi. Dalam konteks teori fenomenologis, museum ini berperan dalam membentuk dan memperkuat narasi tertentu tentang peristiwa G 30S PKI, yang pada gilirannya mempengaruhi bagaimana masyarakat memahami dan mengkomunikasikan peristiwa tersebut.
Penting untuk dicatat bahwa pendekatan fenomenologis mengajak kita untuk mempertimbangkan bahwa interpretasi yang disajikan di museum ini adalah salah satu dari berbagai perspektif yang mungkin ada tentang peristiwa G 30S PKI. Teori ini mendorong kita untuk menyadari bahwa pemahaman kita tentang peristiwa sejarah dibentuk oleh berbagai faktor, termasuk bagaimana peristiwa tersebut direpresentasikan dan dikomunikasikan melalui institusi seperti museum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H