Mohon tunggu...
Hidayatul Murni
Hidayatul Murni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Semarang

Saya adalah seorang mahasiswi Universitas Negeri Semarang yang sedang menempuh pendidikan S1 Prodi Ekonomi Pembangunan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengalami Lonjakan Tertinggi, Mampukah Program SPHP Beras Menjadi Solusi?

19 Maret 2024   12:20 Diperbarui: 19 Maret 2024   12:30 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditulis oleh :

Ahmad Firdaus, Hidayatul Murni, Maylawati Arum Puspita

Kebutuhan masyarakat akan bahan pangan terus mengalami peningkatan. Tidak heran karena pangan merupakan kebutuhan pokok dan juga merupakan alat untuk bertahan hidup bagi manusia. 

Beras merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia sejak pertama kali digalakkan pada masa orde baru. Kebutuhan bahan pangan seperti beras terus meningkat seiring juga dengan peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa beras merupakan komoditas terpenting dan harus selalu tersedia bagi masyarakat. Namun, pengadaan bahan pangan selalu menghadapi permasalahan rumit, mulai dari kelangkaan, ketersediaan lahan pertanian yang menurun hingga perubahan iklim yang mempengaruhi kegiatan pertanian.

Mengingat betapa pentingnya beras sebagai bahan pangan utama masyarakat, tingkat permintaan masyarakat terhadap komoditas beras sangat tinggi. Demand suatu komoditas tanpa dibarengi dengan supply yang optimal menciptakan permasalahan-permasalahan seperti kelangkaan, kenaikan harga, hingga krisis suatu komoditas. Begitupun juga dengan beras sebagai komoditas utama bagi masyarakat Indonesia, permintaan masyarakat terhadap beras sangat tinggi, namun seringkali tingkat ketersediaannya kurang mencukupi. 

Maka tidak heran jika harga beras terus meningkat setiap tahun bahkan pemerintah rela melakukan impor beras demi memastikan ketersediaan beras tetap terjaga dan memenuhi permintaan masyarakat terhadap beras. Beras merupakan jenis komoditas non elastis sempurna, artinya berapapun harga yang ditawarkan tidak akan mempengaruhi tingkat permintaannya.

Fenomena kenaikan harga beras terjadi setiap tahun, tercatat harga beras per Februari 2024 yaitu sebesar Rp 15.157 per kilogram di tingkat eceran. Harga tersebut dinilai tidak wajar mengingat beras yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat sudah seharusnya dijual dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat. Angka tersebut merupakan angka tertinggi sejak 2022 dan akan terus mengalami kenaikkan jika tidak ada antisipasi dari pemerintah. Lonjakan harga beras tersebut dapat memberikan dampak yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat. Bukan tidak mungkin jika kenaikan harga beras tersebut menyebabkan peningkatan kelaparan hingga krisis pangan.

Dengan adanya permasalahan yang kompleks seperti di atas, terbitlah Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan disingkat SPHP yaitu program pemerintah yang bertujuan untuk  melindungi daya beli dan keterjangkauan harga pangan bagi konsumen yang diatur dalam Peraturan Badan Pangan Nasional Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2022. 

Program Subsidi Beras untuk Masyarakat Miskin (SPHP) dapat memberikan bantuan segera kepada mereka yang terkena dampak lonjakan tersebut. Pertama, program ini dapat memberikan beras gratis kepada masyarakat tidak mampu. Hal ini dapat membantu meringankan beban langsung kenaikan harga beras yang menimpa keluarga berpendapatan rendah. Kedua, program ini dapat membantu mengurangi kelaparan di daerah yang terkena dampak. Hal ini dapat berdampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraan mereka yang rawan pangan. Terakhir, program ini dapat membantu menstabilkan harga beras di daerah yang terkena dampak. Dengan menyediakan permintaan beras yang stabil, program ini dapat membantu mencegah fluktuasi harga yang dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi lebih lanjut.

SPHP mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Pertama, program ini mungkin bergantung pada pendanaan sementara yang pada akhirnya akan habis. Hal ini dapat membuat keluarga berpendapatan rendah kembali rentan terhadap fluktuasi harga beras. Kedua, program ini mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan semua pihak yang membutuhkan bantuan. 

Hal ini dapat menyebabkan situasi di mana beberapa keluarga menerima bantuan sementara yang lainnya tidak, sehingga menyebabkan ketimpangan lebih lanjut. Terakhir, program ini mungkin tidak mengatasi akar penyebab kemiskinan dan kelaparan. Tanpa mengatasi akar permasalahan ini, program ini tidak akan mampu mencapai pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan.

SPHP juga dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi pengentasan kemiskinan. Pertama, program ini dapat meningkatkan ketahanan pangan bagi masyarakat miskin. Hal ini dapat berdampak positif terhadap kesehatan dan gizi keluarga berpenghasilan rendah. Kedua, program ini dapat membantu meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat miskin. Hal ini dapat menghasilkan hasil pendidikan yang lebih baik dan peluang ekonomi yang lebih baik. Yang terakhir, program ini dapat membantu mengurangi pemicu stres terkait kemiskinan yang berdampak negatif, seperti kekerasan dalam rumah tangga dan penyalahgunaan narkoba.

SPHP secara jangka panjang berperan dalam menjaga laju inflasi, melalui penanganan yang tepat dan cepat. Pertama, melalui program ini daya beli masyarakat akan tetap terjaga, karena terdapat stabilitas pasokan beras. Kedua, program ini memastikan tersedianya beras dengan keterjangkauan harga. Hal ini dapat menekan besarnya pengeluaran rumah tangga secara mikro yang akan berpengaruh terhadap pengendalian inflasi daerah. Terakhir, program ini akan memperkuat sinergi dan integrasi dari hilir ke hulu, untuk memastikan terjaganya ketersedian dan stabilitas pangan.

SPHP mungkin mempunyai konsekuensi yang tidak diinginkan. Pertama, program ini dapat menyebabkan distorsi pasar yang dapat merugikan petani. Dengan memberikan beras gratis kepada keluarga berpenghasilan rendah, program ini dapat mengurangi permintaan beras, sehingga menurunkan harga beras bagi petani. Kedua, program ini dapat menyebabkan ketergantungan pada bantuan pemerintah. 

Hal ini dapat membuat keluarga berpenghasilan rendah enggan mencari peluang ekonomi dan menciptakan budaya ketergantungan. Karena hal tersebut, omset yang didapatkan pedagang beras dipasar mengalami penurunan yang mengakibatkan tersisa stock beras berlebih. Dimana masyarakat cenderung membeli beras melalui program SPHP. Terakhir, program ini mungkin tidak efektif dalam mengurangi kemiskinan dalam jangka panjang. Tanpa mengatasi akar penyebab kemiskinan, program ini mungkin hanya memberikan bantuan sementara dan bukan solusi jangka panjang.

SPHP dapat menjadi solusi hemat biaya. Pertama, program ini dapat dilaksanakan dengan relatif cepat dan biaya rendah. Hal ini dapat memberikan bantuan segera kepada mereka yang terkena dampak lonjakan tersebut. Kedua, program ini dapat ditujukan kepada mereka yang paling membutuhkan. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa program ini efektif dalam mengurangi kemiskinan dan kelaparan. Terakhir, program ini dapat membantu mencegah perlunya intervensi yang lebih mahal di masa depan. Dengan mengurangi kemiskinan dan kelaparan, program ini dapat membantu mencegah dampak sosial negatif yang dapat berdampak negatif pada masyarakat.

Kesimpulannya, Program Subsidi Beras untuk Masyarakat Miskin (SPHP) mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai solusi terhadap lonjakan harga beras. Meskipun program ini dapat memberikan bantuan langsung kepada mereka yang terkena dampak lonjakan tersebut dan memiliki manfaat jangka panjang dalam pengentasan kemiskinan, program ini juga dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan seperti distorsi pasar dan ketergantungan pada bantuan pemerintah. 

Meskipun demikian, SPHP dapat menjadi solusi hemat biaya yang dapat mencegah perlunya intervensi yang lebih mahal di masa depan. Pada akhirnya, implementasi program ini harus dipertimbangkan secara hati-hati untuk memastikan efektivitasnya dalam mengatasi kemiskinan dan kelaparan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun