Mohon tunggu...
Hidayatullah
Hidayatullah Mohon Tunggu... Pengacara - Hidayatullahreform

Praktisi Hukum/Alumni Fakultas Hukum UHO

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pembajak Reformasi dan Ilusi Tiga Periode

6 April 2022   11:31 Diperbarui: 6 April 2022   11:38 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya penulis sama dengan suasana kebatinan sebagian besar rakyat dan juga para pakar, praktisi, dan politisi dan kalangan prodemokrasi yang sungguh menyayangkan telah tercabutnya rasa malu dan anti konstitusi yang dipertontonkan oleh mereka kaum terpelajar dan para pejabat pemerintahan.

Ilusi dan halusinasi apa yang membuat kepongahan dan kesombongan kekuasaan elit ini sampai dengan tega mengencingi kecerdasan intelektual bangsa kita akan kepatuhan terhadap kostitusi dan amanat perjuangan reformasi dan penderitaan rakyat?

Pembajak Reformasi Para Penumpang Gelap

Seolah-olah mereka tampak mulia atas nama ekonomi, investasi dan tanpa beban sejarah menempatkan konstitusi bagai barang yang tak punya nilai kesucian yang seolah-olah berada ditelapak kaki mereka.

Lupa? bahwa capaian konstitusi yang saat ini sedang mereka jalankan bersumber dari sumpah/janji jabatan ketika menduduki posisi jabatan negara atau pemerintahan.

Bukankah para elit pejabat negara dan pejabat pemerintahan ini ketika memangku jabatan akan terlegitimate setelah diambil sumpah/janji dengan kewajiban tanpa syarat agar taat, tunduk dan patuh pada konstitusi UUD 1945,  negara dan peraturan per-UU yang berlaku?

Mari kita liat lafaz sumpah/janji, yang diucapkan para menteri/pejabat pemerintahan;

"Demi Allah, saya bersumpah bahwa saya, akan setia kepada UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya demi darma bakti saya kepada bangsa dan negara"
"Bahwa saya dalam menjalankan tugas tugas dan jabatan akan menjunjung tinggi etika jabatan, bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan penuh penuh rasa tanggung jawab."

Bukankah lafaz sumpah/janji yang diucapkan diatas tidak hanya dihadapan manusia tetapi dihadapan Tuhan Yang Maha Esa, disaksikan atas jaminan kitab suci bagi yang muslim ("Alquran") dijunjung diatas kepala, dan yang non muslim berjanji dengan memegang kitab sucinya.

Lalu atas dasar apa mengatakan Konstitusi bukanlah kitab suci kenegaraan dan bukanlah barang haram mengubahnya setiap saat semudah membuat martabak telor? lalu yang saudara-saudara mensucikan waktu diambil sumpah/janji dengan kita suci itu untuk mensucikan apa?

Pada akhirnya kita menyadari bahwa ada penumpang gelap digerbong kereta reformasi ini. Gerbong reformasi dengan tujuan cita-cita mulia demokrasi ini masih diperjalanan, belum mencapai tujuan mulianya diganggu oleh para pembajak (penumpang gelap).

Dalam situasi seperti ini, apakah kita akan memberhentikan gerbong reformasi ditengah perjalanannya? Ataukah kita sama-sama membunuh demokrasi ini dengan sekalian menghancur-leburkan gerbong reformasi ini? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun