Mohon tunggu...
Hidayatullah
Hidayatullah Mohon Tunggu... Pengacara - Hidayatullahreform

Praktisi Hukum/Alumni Fakultas Hukum UHO

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kemungkinan Perang Dunia Ketiga Terjadi, Dampaknya terhadap Indonesia?

7 Maret 2022   17:25 Diperbarui: 7 Maret 2022   18:27 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

oleh; Hidayatullah*

Sepertinya hari-hari kedepan ini semakin berat melihat realita invasi Rusia ke Ukraina belum ada tanda-tanda menuju perundingan dan genjatan senjata. Malah semakin runyam, meninggi dan meluas eskalasi konfliknya. Tentu tanda ini akan mengarah atau menuju dipicunya perang dunia ketiga (PD3) tak akan terelakan.

Dalam konflik yang sedang berlangsung ini, China mengumumkan ambil bagian dengan memberi dukungan pada Rusia. Langkah China sebagai sekutu Rusia seolah ditegaskan melalui pertemuan Presiden Vladimir Putin dengan Xi Jinping, tepat sebelum upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin. Secara signifikan, China untuk pertama kalinya menentang ekspansi NATO, mendukung Rusia terhadap invasinya ke Ukraina.

Ditambah lagi sikap NATO yang terus bandel menyelundupkan tentara bayaran masuk di Ukraina dan segala bantuan perang lainya untuk menghadapi invasi Rusia.

Sama hal bandelnya aliansi NATO lainnya seperti Amerika Serikat (AS) terus saja memprovokasi dengan menyalurkan bantuan amunisi, perlengkapan persenjataan, dan pasokan kebutuhan militer lainnya.

Bahkan pesawat AS terbang memutar-mutar disekitar Ukraina seolah-olah memperlihatkan sikap pengabaiannya terhadap peringatan Presiden Putin untuk tidak boleh ada negara lain ikut campur dalam invasi militernya ke Ukraina.

NATO dan AS bukan malah melunak justru melakukan perlawanan dengan cara klasiknya adalah berkoar-koar dan menjatuhkan embargo ekonomi. Ditambah lagi cara curang dengan mempolitisasi Rusia melalui framming sampai sabotase bahkan dibidang olahraga sekalipun.

Lalu kondisi ini apabila benar China backup Rusia dan tentu mengajak aliansi lainnya untuk bersekutu. Seperti diketahui Rusia memimpin aliansi militer sejumlah negara yang benama Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif atau CSTO. 

Organisasi ini adalah aliansi militer yang menaungi Rusia dan beberapa sekutunya. Organisasi ini dibuat salah satunya untuk menyaingi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Eropa. 

Beberapa negara yang tergabung dalam CSTO di antaranya Armenia, Kazakhstan, Kirgizstan, Rusia, Tajikistan, Uzbekistan, Azerbaijan, Georgia dan Belarus, Iran, Kuba, China, dan Korea Utara.

Sementara NATO (North Atlantic Treaty Organizarion) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara adalah sebuah organisasi aliansi militer antar banyak negara yang terdiri dari 2 negara di Amerika Utara, 27 negara Eropa, dan 1 negara Eurasia yang bertujuan untuk keamanan bersama yang didirikan pada Tahun 1949. Dan Amerika Serikat adalah anggota NATO yang paling menonjol perannya karena sebagai negara adidaya bahkan sampai belahan dunia eropa.

Melihat fakta kekuatan aliansi masing-masing apabila ada benturan dampak invasi Rusia ke Ukraina maka kemungkinanr sulit dielakkan perang besar atau perang dunia ketiga sebagai peristiwa yang akan mengubah dunia selamanya dan yang akan menjadi yang terbesar sejak perang dunia kedua. Ditambah dengan kedua belah pihak memiliki senjata pemusnah massal yakni nuklir.

Saat ini dapat kita melihat bagaimana dunia barat yang dipimpin NATO dan AS dengan segala macam cara mempengaruhi dunia bahwa keputusan Rusia melakukan invasi ke Ukraina adalah sebuah invasi perang dan kejahatan kemanusian. Padahal ini urusan keamanan dalam negeri Rusia yang disebabkan oleh NATO dan AS itu sendiri.

Dari berbagai sumber sebenarnya dunia juga mengetahui bagaimana Presiden Rusia Putin terus saja memberikan protes kepada NATO, dan protes Putin terus mendapat pengabaian oleh NATO dan AS. 

Akibatnya terus terjadi ketegangan di Ukraina yang semakin membara. Presiden Rusia Putin selalu merasa bahwa NATO tidak memperdulikan tuntutan yang ia berikan terkait keamanan utama Moskow. Belum lagi Presiden AS, Joe Biden, justru memberikan perintah penambahan pasukannya di Ukraina, alih-alih menanggapi tuntutan Putin.

Padahal tuntutan Presiden Rusia Putin menyangkut keamanan nasional Rusia agar Ukraina jangan bergabung menjadi bagian aliansi NATO untuk menghindari ekspansi NATO, tidak menyebarkan senjata ofensif di dekat perbatasan Rusia, dan mengembalikan kemampuan dan infrastruktur militer NATO seperti sebelum negara-negara Pakta Warsawa di Eropa Timur bergabung dengan aliansi tersebut.

Semua tuntutan Presiden Putin ini tidak digrubris oleh NATO dan AS sehingga tidak ada jaminan Ukraina dapat secara permanen keluar dan tak bergabung dengan NATO. Maka Presiden Putin mengeluarkan keputusan invasi militer ke Ukraina sampai saat ini terus bergolak.

Kondisi ini tentu saja Indonesia tidak ada pilihan. Kendatipun konsitusi kita mengatur politik international bebas aktif dituntut netral (non blok), tetapi kondisi krisis Rusia vs Ukraina ini secara realitas tidak bisa. Kecuali NATO dan AS harus mengalah dan tidak mengabaikan protes Presiden Putin serta tidak ikut campur dalam invasi Rusia ke Ukraina.

Hanya saja sampai saat ini tanda-tanda kesana tidak ada. Rusia melalui pernyataan Presiden Putin akhirnya semakin mengeras pula bahwa tak ada negosiasi karena merasa dicurangi, dibohongi dan diabaikan oleh NATO dan AS. Maka tanda terang menuju PD3 sudah didepan mata.

Dampaknya Terhadap Indonesia Apabila Terjadi PD3?

Tentu Indonesia secara otomatis akan terlibat dalam konflik perebutan kawasan. Indonesia akan menjadi rebutan pangkalan militer, Cina atau AS dan aliansinya di kawasan (Jepang dan Aussie). Dalam situasi ini kita Indonesia ikut yg mana? sudah pasti netral sungguh sulit dan pasti harus bersikap dan berpihak.

Dari politik kawasan dibidang militer selama ini AS sejak oktober 2020 lalu sudah ditolak oleh Presiden Jokowi atas permintaan AS untuk jadikan Indonesia sebagai pangkalan Militer P-8 Poseidon. Lantas bagaimana dengan China ketika suatu saat menjadi sekutu Rusia ketika terjadi PD3 dan meminta Indonesia sebagai  pangkalan Militer?

Bagaimana dengan sikap militer (TNI) kita? Tentu menunggu sikap Presiden Jokowi dan persetujuan DPR sebagai pemegang otoritas yang memiliki kewenangan memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang ataupun membuat perdamaian dengan negara lain.

Bagaimana dengan sikap masyarakat sipil (rakyat)? maka secara konstitusi tugas itu sudah terwakili melalui kewenangan DPR. Suara masyarakat sipil tentu didengarkan hanya tidak punya otoritas lagi dalam situasi konflik perang yang telah menjadi kewenangan politik negara dan militer.

PD3 Memicu Krisis Ekonomi

Sudah barang tentu ketika China bantu Rusia, maka China pasti menjalankan diplomasi menekan dengan minta kepada Indonesia untuk dapat dijadikan pangkalan militer. Posisi Indonesia tentu dilematis. Apalagi dari aspek investasi selama ini China-lah terbesar di Indonesia.

Ketika Indonesia tidak mengizinkan sebagai pangkalan militer China dan Rusia beserta sekutunya melawan Barat (NATO) karena Indonesia masih bersifat netral umpamanya, maka investasi China di Indonesia dipastikan akan terkoreksi, bahkan bisa terhenti. Dampaknya mempengaruhi seluruh proyeksi APBN, dan ekonomi Indonesia seketika bisa lumpuh (runtuh).

Pun tanpa terlibat Indonesia tetap terdampak imbas dari PD3 dimana akan mempengaruhi sentimen ekonomi yang paling pokok yaitu mempengaruhi beban subsidi yang akan meningkat melebihi asumsi APBN untuk tahun 2022 ini.

Aspek ekonomi lainnya akan terjadi naiknya harga minyak mentah dunia akan memicu pula kenaikan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP). 

Tidak hanya harga minyak, tapi juga harga LPG. Selain itu, kenaikan ICP juga memberikan dampak terhadap subsidi dan kompensasi listrik, mengingat masih terdapat penggunaan BBM dalam pembangkit listrik.

Begitupula stok pangan yang berbahan dasar gandum akan menjadi barang langka karena Indonesia adalah penyuplai terbesar 75 persen impor sereal termaksud gandum dari Ukraina. Tentu akan berdampak pada produksi mi instan, tepung, roti, dan mi ayam. Harga bahan makanan dari gandum akan pasti melonjak.

Selain itu juga besi setengah jadi dan besi sanai untuk keperluan kebutuhan pembangunan gedung, rumah dan infrastruktur lainnya yang pasokannya juga diimpor dari Ukraina.

Aspek lain terkait pendapatan APBN Salah satu sumbernya dari pajak kendaraan. Karena perang, maka cargo pengiriman kendaraan melalui jalur laut dari belahan dunia eropa pasti terhenti. 

Tidak akan ada jaminan keamanan karena bisa saja tertembak oleh rudal balistik atau torpedo kapal selam yang nyasar ataupun bisa saja sengaja sebagai sabotase. 

Dalam situasi perang itu bukan pelanggaran hukum perang. Akibatnya dalam jangka waktu tertentu pembelian kendaraan terhenti, pemasukan negara sebagai sumber APBN menjadi berkurang dari pajak kendaraan.

Penutup

Karena apapun konflik Rusia dan Ukraina ini dinilai akan berdampak signifikan juga pada belahan Asia sehingga negara-negara di dalamnya termaksud Indonesia harus mengerahkan upaya terbaik supaya tidak terjebak di dalam perang yang bukan tidak mungkin akan terjadi.

Lalu siapa yang akan menghentikan perang ini? sampai saat ini belum ada satu negara pun sebagai nominator untuk mediator kedua belah pihak.

Walau hakikat perang itu selalu mengadu orang yang tidak saling kenal, demi kepentingan orang yang saling mengenal.

"Sebab perang dimulai dari hati manusia, maka perdamaian harus dimulai dari hati manusia."

(adopsi dari statemen UNESCO)

Wallahu a'lam bish-shawab,

*Penulis : Pratisi Hukum/Ketua Presidium JaDI Sultra

Catatan: Referensi dari berbagai sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun