Mohon tunggu...
Hidayatullah
Hidayatullah Mohon Tunggu... Pengacara - Hidayatullahreform

Praktisi Hukum/Alumni Fakultas Hukum UHO

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Relawan adalah Panggilan Hati untuk Kebaikan dengan Misi Kemanusiaan

8 Februari 2022   01:43 Diperbarui: 8 Februari 2022   02:03 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Hidayatullah*

Beberaapa waktu lalu kita diramaikan dengan gonjang-ganjing di jagat media sosial terutama twitter mengenai ajakan menjadi relawan pada sebuah misi yang dinamakan Ekspedisi Indonesia Baru.

Penulis sendiri tidak tertarik untuk mendalami misi ekspedisi ini dan hal yang sama juga tidak tertarik dengan banyaknya kritikan dari netizen ditengah misi ekspedisinya ternyata belum dimulai hanya baru diumumkan sebagai ajakan menjadi relawan.

Ada yang menonjol dari kritikan itu yang bersifat menghujat dengan klaim penyebutan perbudakan di zaman modern. Tentu saja kritikan yang tajam itu mendapat respon dan tanggapan serius dari pihak penyelenggara ekspedisi ini.

Hanya saja klarifikasi dari pihak penyelenggara juga tidak sepenuhnya meyakinkan apa sebenarnya tujuan kemanusiaan yang ingin dicapai dari ekspedisi tersebut. Atau semulia apa tujuan dari misi ekspedisi Indonesia baru ditengah seluruh bangsa ini sedang merintih dan tertatih menghadapi wabah covid-19 serta pemulihan ekonomi yang belum membaik. Belum lagi situasi politik yang terbelah antara pujian dan cacian silih berganti saling serang (bully) tanpa jeda seharipun di jagat media sosial kita.

Jadi antara pihak penyelenggara ekspedisi dengan kubu para pengkritiknya, penulis tidak menemukan substansi mendasar kedua belah pihak apa sesungguhnya misi kemanusian merekrut relawan, dan apapula makna perbudakan modern bagi para pengkritik?

Secara pribadi penulis harus kembali menziarahi alam kejiwaan sendiri ketika beberapa kali terjun menjadi relawan atau sukarelawan pada misi kemanusian baik itu di kepanduan (pramuka) untuk membantu warga masyarakat yang terdampak banjir, tanah longsor maupun akibat paska bencana lainnya.

Terakhir penulis menjadi relawan ketika bermula dari merebaknya wabah virus corona dibulan maret tahun 2020 lalu.

 Penulis dan beberapa rekan seprofesi terpanggil oleh ajakan Pemerintah kota Kendari (Pemkot) untuk bergabung menjadi relawan cegah covid-19 pada bidang edukasi dan ketahanan pangan. Kebetulan penulis didaulat oleh Pemkot sebagai koordinator relawannya. 

Misi utamanya adalah mengumpulkan donasi berupa dana dan kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako), serta pengadaan ribuan masker kain untuk dibagikan kepada warga kota yang terdampak akibat covid-19.

Kenapa Pemkot mengajak kami kaum profesional untuk menjadi relawan cegah covid-19 disebabkan Pemkot menyadari sepenuhnya tidak dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan warga kota dengan anggaran yang terbatas dari pemerintah. Maka dibutuhkan solidaritas publik untuk saling membantu sesama warga.

Jadi motivasi kami memilih menjadi relawan cegah covid-19 selain karena ajakan Pemkot juga karena adanya ketukan hati dan panggilan jiwa atas derita sebahagian warga kota yang didepan mata terjadi. Menjadi bagian relawan adalah misi kemanusiaan untuk dapat meringankan beban siapa saja yang terdampak baik dari aspek ekonomi maupun keterisolasian karena serangan virus yang mematikan ini.

Untuk memutuskan sebagai relawan juga telah dipertimbangan dengan matang. Bagaimana mengajak rekan seprofesi yang lain dengan perhitungan tidak mengalami kesulitan ekonomi atau sedikit berlebih dengan kebutuhan rumah tangga masing-masing sampai enam bulan kedepan.

Menyadari bahwa menjadi relawan itu harus rela bekerja secara ikhlas dengan hati yang senang, serta rela untuk bersusah-payah dengan tidak mengharapkan imbalan atau upah apapun dan dari siapapun. Misinya hanya satu adalah misi kemanusiaan untuk keberlanjutan hidup bersama.

Tentu saja ada suka dan duka menjadi relawan, tetapi rasa kebahagiaan lebih mendominasi dalam hati dan jiwa kita ketika dengan segenap kemampuan yang maksimal dapat menolong, membantu sesama yang sedang dilanda kesulitan dan serba keterbatasan.

Sejak itulah penulis merasa bersyukur bisa berkenalan dengan manusia-manusia dermawan dan bergabung dengan relawan-relawan yang hatinya tulus membantu sesama. Tanpa meminta imbalan, tapi tetap bekerja secara profesional. 

Memang pilihan menjadi relawan atau volunteri dalam bahasa inggris yang berarti sukarelawan adalah hal yang anomali, dimana kebanyakan orang sibuk memikirkan dirinya sendiri, justru para relawan meluangkan waktunya untuk menolong sesama tanpa meminta imbalan.

Jadi pilihan menjadi relawan atau voluntaire dalam bahasa Prancis yang berarti rela. Maka relawan adalah kumpulan orang-orang yang rela, secara sukarela, dengan kemauan sendiri, dengan rela hati, atas kehendak sendiri bukan karena kepentingan politis atau ajakan orang lain. Tetapi adanya kesamaan visi kebaikan untuk sebuah misi kemanusiaan didalamnya.

Kenapa relawan identik dengan visi kebaikan dan misi kemanusiaan? karena dunia relawan adalah dunia yang dengan rela, tulus ikhlas membantu meringankan beban sesama, serta melakukan kebaikan dengan rasa senang. Rasa senang itu akan hadir di saat melakukan kegiatan menyalurkan bantuan, memberi pertolongan atau sumbangsih kepada yang membutuhkan dan memerlukan uluran tangan.

Jadi relawan itu adalah orang-orang yang berjiwa penolong yang dari hatinya terpanggil untuk rela melakukan kebaikan dengan rasa senang, ikhlas dan tulus dalam membantu sesama.

Hanya saja menolong orang bukanlah hal yang mudah. Setidaknya harus memiliki sesuatu yang berlebih untuk bisa membantu bagi yang membutuhkan. Entah itu waktu, tenaga, materi ataupun pemikiran. Selain itu memiliki keberanian untuk melakukannya, siap berkorban dan menanggung resikonya sendiri.

Tentunya banyak pengalaman dan hal baru ketika terjun di dunia relawan. Kita akan banyak mengenal dan berinteraksi dengan orang-orang baru. Kita bisa ketemu mereka dengan background yang berbeda termaksud cara kerja yang berbeda, tetapi tetap dalam satu misi yang harus diselesaikan. Di relawan pasti akan menemukan bagaimana untuk belajar menjadi ikhlas, sabar, dan belajar merendahkan diri serta bertanggungjawab atas resikonya sendiri.

Pada akhirnya dunia kerelawanan pasti akan selalu mewarnai pribadi setiap orang ketika akan kembali berada dalam dunia profesi masing-masing.

Dan yang pasti dunia relawan bukanlah dunia hura-hura. Dunia relawan adalah dunia kebaikan yang memiliki misi penting untuk kemanusian dalam dimensi ruang dan waktunya sendiri yang hanya dapat diisi oleh orang-orang yang dipenuhi jiwa volunterisme, ikhlas berkorban tanpa mengharapkan imbalan apapun dan dari siapapun.

Tapak jejak mereka ("Relawan") adalah anak-anak bangsa yang peran kebaikannya terukir indah dan dikenang demi sebuah misi untuk bangsanya atas nama kemanusiaan.

Demikian makna dan jiwa relawan yang penulis pahami.


*Penulis; Praktisi Hukum/ex Koordinator Relawan Cegah Covid-19 Bid. Edukasi & Ketahanan Pangan Kota Kendari 2020-2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun