Suatu saat diantara mereka menjadi pejabat baik di birokrasi atau diposisi politik dan kekuasaan. Semua kader melihatnya dengan bangga dari bawah panggung mengatakan "dia adalah kader HMI" yang kemudian paten dipanggil "Abang atau Kanda" atau "Yunda" untuk senior HMI wati.
Itulah sekelumit kenyataan karena HMI begitu melegenda dan mengidelogis ditengah pergulatan bangsa, pergaualan anak-anak muda terutama Mahasiswa.
Bagaimana dengan saya pribadi ? Suatu saat rekan se-komisariat katakanlah setingkat diatas saya, sebut saja namanya "La Karim". Dialah yang menganugerahkan jabatan bergengsi saya pertama di HMI sebagai "Kortag"(Kordianator Rumah Tangga) di Komisariat Faperta Unhalu pada saat itu berada di Perumnas blok c. Saya baru sebulan selesai pembasisan pada basic training di HMI Cabang Kendari yang bermarkas di belakang gedung film (Hollywood siniplex dulu) dan tepatnya bersebelahan separit dengan rumah Bapaknya enop.
Abang La Karim sebelum mendaulat saya sebagai "Kortag" bertanya dan meminta satu alasan 'mengapa masuk HMI' ? Kaget saya, pertanyaan singkat dan sesederhana itu hampir saja tak bisa saya menjawabnya. Saya terpikir hanya jawaban apologis yang bisa mengelabui yang penting saya rebut jabatan Kortag.
Seketika saya jawab ingin menjadi seperti bang Laode Kaimuddin (Gubernur Sultra), dan seperti bang Mahmud Hamundu (Rektor Unhalu). Apologi saya rangkai dengan narasi bahwa agar orang Muna tidak hanya dikenal sebagai petani ulet dan produk kamekonya, tapi bisa menjadi Gubernur dan Rektor terlebih mereka dua tokoh kader HMI.
Jawaban saya membuat abang La Karim mengangguk kaku dan tersenyum dengan mimik yang kering. Mungkin saja dia juga bangga, tapi sekaligus tidak yakin dengan jawaban saya yang apologi. Tapi sebagai kakak La Karim menyemangati bahwa mengkader diri di HMI bisa menjadi orang besar seperti mereka sekarang. Maka harus patuh sama petuah dan arahan senior.
Dan kau Hidayatullah harus memiliki spirit HMI dengan tradisi membaca, diskusi, berdebat dan keterampilan berorganisasi. Dan disinilah di HMI tidak mengenal istilah identitas suku maupun golongan. Sepanjang engkau Mahasiswa muslim dan warga negara Indonesia engkau bisa mengkader diri di HMI. Ternyata tak disangka abang La Karim mengetahui kalau jawaban saya apologi
Semenjak itulah saya tidak terlalu larut untuk menziarahi cerita-cerita masa lalu HMI yang begitu heroik. Karena kitalah sendiri sebagai kader harus memahami Khittah Perjuangan yang begitu inklusif sebagai insan cita yang harus mengarahkan, menggerakkan bagian dari dua tujuan asasi HMI "Terbinanya Insan Akademis Pencipta Pengabdi yang bernafaskan Islam dan Bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat Adil Makmur yang di Ridhoi Allah SWT"
Kembali ke 5 februari 1947 silam HMI di deklarasikan oleh Lafran Pane beserta 14 kawan-kawannya sebagai organisasi ke mahasiswaan. 74 tahun sudah dilalui HMI membuktikan kesetiaannya dalam mengawal kemerdekaan Indonesia. Peran HMI dalam menanamkan nilai-nilai keumatan dan kebangsaan sudah tidak diragukan lagi.
HMI, dan juga alumninya, terlahirkan dengan semangat yang bertumpu pada umat dan bangsa. Setelah fase sebagai kader, maka sepenuhnya menjadi kader umat dan bangsa. Bukan lagi bagian eksklusif milik HMI atau milik alumni yang berkumpul di KAHMi.
Kerja-kerja keumatan dan kebangsaan yang akan menjadi orientasi sekaligus sebagai wawasan. Pada dua itu jika tetap kukuh, HMI akan menjadi salah satu pilar keindonesiaan yang kokoh.