Mohon tunggu...
Hidayatul Ilyas
Hidayatul Ilyas Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Pasukan tidak perlu Banyak Cukup Strategi yang paling penting

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pentingnya Iman dalam Jiwa

15 Agustus 2020   00:11 Diperbarui: 7 Juni 2021   10:35 18972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pentingnya Iman Dalam Jiwa

Oleh : Hidayatul Ilyas
Prodi : Aqidah & Filsafat Islam
Mahasisiwa : UINSU

Sebagai seorang Muslim, kita harus tahu apa itu Iman. Iman adalah Tashdiq bil Qalbi waikrar Billisan Amalu bil Arkan artinya pembenaran atau pengakuan Hati dan pengakuan dengan Lidah/ Ucapan dan mengamalkan dengan anggota tubuh.

Tasdiqu bil Qolbi ialah potensi dalam setiap jiwa manusia dalam pengakuan kebenaran didalam Hati,  dan begitu juga Ikrar Billisan ialah mengakui kebenaran seiringan dengan Hati tentang ucapan kebenaran iman yang tidak perlu diragukan lagi dalam ucapan,  dan Amalu bil Arkan ialah melaksanakan dengan yakin atas apa yang diakui dalam perintah iman yang berkaitan dengan Hati dan Ucapan dalam tubuh untuk melaksanakan perintah yang maha kuasa.

Rukun Iman terdiri dari Enam, didalam Hadis Rasulullah Saw: qala an tu'mina billahi wa malaikatih warasulih walyaumil akhir watu'mina bilqadri khairih wasarrih.(HR. Bukhari & Muslim) artinya: Egkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikatnya, kepada Kitab kitabnya, kepada Rasulnya, kepada hari kiamat, dan Taqdir baik dan buruk.

Baca juga: Menjejak Iman dan Takwa Selepas Lebaran

Dimasa Pandemi ini seorang muslim harus menguatkan keimanan, sebagai mana firman Allah dalam Alquran: Hai orang-orang Beriman, Bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetap bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Allah supaya kalian beruntung. (QS. Ali Imran: 200).

Semuanya sudah diatur, yakin dan percayalah kepada Rukun Iman yang Sudah Diatur dan Allahlah pemilik semuanya tanpa perlu keraguan.

Dan tetap mawas diri sehingga tidak melakukan kesalahan atau perbuatan sia-sia dimasa pandemi ini, dan tetap patuhi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Protokol Kesehatan. Jangan gegabah turuti fatwa ulama sebagai pewaris dalam perjuangan umat islam dan tetap taati fatwa ulama, sebagaimana firman Allah dalam Alquran yang artinya: hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan Ulil Amri Diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. Qnnisa':59).

Baca juga: Mari Evaluasi Iman Kita Sebelum dan Sesudah Puasa

Jiwa adalah sesuatu yang mengantarkan kepada keinginan, dan keimanan menuntun jiwa yang terarah kepada jasad melalui fikiran dan hati. Didalam jiwa pentingnya iman yang mengatur kendali atau tatacara hidup yang berkualitas dan melaksanakan timbangan baik atau burunya. Sehingga jiwa terarah sampai kepada ketenangan yang dicapai melalui jiwa yang terarah melalui tuntunan iman.

Sangatlah penting Iman dalam ketenangan Jiwa. Iman, sesuatu tanpa perlu ada keraguan untuk melangkah atau berbuat baik yang diridhoi oleh Allah Swt. Jiwa melakukan dengan Niat yang menjadi tolak ukur keinginan jiwa yang tercapai, hadis nabi Saw yaitu Inama'amalu bin niat wainnama likulli amriin Manawa (HR. Bukhari & Muslim), artinya: Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat, setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niat kan.

Niat secara bahasa berarti keinginan (al qashd). Secara istilah mengerjakan sesuatu dengan ikhlas dalam melaksanakan ibadah karena Allah. Kalimat "Sesungguhnya setiap sesuatu tergantung niat", yaitu tentang amalan yang diperbuat, sedangkan kalimat  "Setiap orang mendapat apa yang ia niatkan", yaitu kepada siapa amalan itu ditujukan, apakah ikhlas karena Allah atau yang lainnya. Disinilah sifat jiwa tergantung pada niat. Didalam alquran kalimat jiwa sangatlah banyak disebut dengan al aqal, al nafs, al qalbu, al Fuad, al Lubab, dan Ruh.

Baca juga: Isra Mikraj Itu (Harusnya) Masuk Akal dan Bukan Sekadar Perkara Iman

Jiwa sangatlah banyak dibahas baik itu tokoh Agama dan tokoh filsafat, begitupulalah islam, Annaf al-ammarah bi as-su',yaitu dorongan jiwa untuk berbuat buruk. Annaf al-lawwamah yaitu jiwa menyesal berbuat maksiat, annaf al-mutmainnah yaitu jiwa yang mendapat ketenangan, annafs al-mulhamah yaitu jiwa yang diilhami.

Alkindi pemikiran tentang Jiwa dipandang sebagai inisiator dari manusia, menurut alkindi Jiwa atau Roh tidak tersusun, tetapi mempunyai arti penting, sempurna dan mulia.

Ibn Sina berpendapat bahwa jiwa wujud Rohani (imateri) yang berada dalam tubuh. Wujud imateri yang tidak berada dalam atau tidak langsung mengendalikan tubuh disebut akal, akan tetapi, apabila mengendalikan secara lansung disebut jiwa.
Dengan niat ada jiwa yang mantap, sehingga tercapainya keinginan yang sangat diniatkan melalui perbuatan perbuatan yang menghasilkan pahala dari peran Jiwa. Menghasilkan suatu pahala terdiri dari perbuatan melalui jiwa dan niat dengan iman yang kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun