Setelah melakukan sesi pembelajaran ruang kolaborasi sesi 1 pada modul ini, terdapat banyak hal baru yang bisa saya peroleh sebagai hasil belajar. Modul ini mengajak saya untuk menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir dengan memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Kita diarahkan untuk mengubah paradigma/pola pikir kita yang cenderung menggunakan pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit Based Thinking) menjadi paradigma yang menggunakan pendekatan berbasis asset (Asset Based Thingking)
Dalam modul ini, CGP juga belajar tentang keberadaan sekolah sebagai ekosistem yaitu sebagai bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) yakni  murid, guru, kepala sekolah, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orangtua murid/wali, dan masyarakat sekitar sekolah.  Dan faktor abiotik ( unsur yang tidak hidup)  yakni keuangan, sarana dan prasarana.
Dalam kegiatan pembelajaran modul ini juga memberi kesempatan untuk dapat membedakan 7 aset utama yang dimiliki oleh lingkungan sekolah meliputi modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik dan modal agama dan budaya. Dengan mengetahui aset-aset dalam komunitas, maka diharapkan pendidik memiliki strategi dalam pemanfaatannya sehingga pada akhirnya memiliki karakteristik komunitas yang sehat dan resilen.
4. Penerapan (Future)
Setelah memahami modul ini harapan saya sebagai CGP agar dapat menerapkan pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset (Asset-Based Community Development/ABCD) dengan ditandai adany perubahan pola pikir (mindset) dan sikap positif sebagai langkah awal. Penerapan modul ini akan dapat membantu sekolah dalam membangun ekosistem yang mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan murid demi terwujudnya Profil Pelajar Pancasila
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H