Mohon tunggu...
Hidayatul Ulum
Hidayatul Ulum Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis yang masih perlu banyak belajar

Saya suka jamur, pohon, dan paus. Saya suka menulis apa pun yang terlintas di pikiran dan saya suka menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Haluan dan Buritan

21 Juli 2023   00:52 Diperbarui: 21 Juli 2023   00:57 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bagiku, bertumbuh menjadi orang dewasa, terkadang memperjelas satu hal: ada kalanya harus berteman dengan sepi. Meski ada banyak orang di sekitarku, rasa sepi tak jarang menghampiri. Entah karena pada saat-saat tertentu aku tidak cocok dengan mereka ataukah karena aku merasa tidak terhubung dengan orang-orang yang kuinginkan.

Contoh sederhananya yaitu ketika aku mengikuti suatu tes atau ujian. Aku yang mungkin terlalu percaya diri dan kebetulan merasa lapar, berusaha cepat-cepat menyelesaikan tes atau ujian itu agar bisa segera ke kantin untuk makan. Namun, karena aku telah lebih dulu selesai sementara teman-temanku banyak yang belum, aku merasa kesepian. Alhasil, aku mesti ke kantin sendirian. Dan itu membosankan.

Pada usia dewasa, wujud dari rasa sepi itu makin beragam dan terkadang menyebabkan kegalauan yang makin menjadi-jadi, misalnya ketika banyak temanku lebih dulu mendapatkan pekerjaan atau banyak yang sudah menikah dan berkeluarga. Sering sekali tidak ada kecocokan waktu untuk sekadar bertemu. Saat aku punya banyak waktu luang, mereka sedang sibuk bekerja. Saat aku harus mengurus sesuatu untuk masa depanku, mereka sedang merencanakan liburan. Amboi!

Jika sudah begitu, aku selalu teringat dengan tulisan yang pernah kutulis dalam catatan harianku. Aku tidak tahu tulisan itu termasuk cerpen atau apa. Aku mengarangnya begitu saja. Berikut salinannya:

Haluan dan Buritan

"Aku kira ketika sudah sampai di sini, aku akan bahagia," ucapku sedih.


"Ternyata?" Seseorang menimpali ucapanku.

"Aku merasa hampa. Rasanya sepi sekali. Berada di haluan tidak lebih baik daripada berada di buritan."

"Mengapa?"

"Di sanalah tempat aku dan teman-temanku berkumpul."

"Lalu, kau ingin kembali?"

"Aku tidak berkata begitu. Aku hanya ingin semua teman-temanku ada di haluan ini. Bersamaku. Berada di buritan memang menyenangkan. Aku bisa memandang jejak kapal dan apa-apa saja yang telah kutinggalkan, walau terkadang aku merasa tertinggal."

"Lihat! Bukankah itu teman-temanmu? Mereka tampak sedang menuju kemari."


"Mana? Kau melihatnya?"

"Mereka sedang dalam perjalanan melewati kabin-kabin itu. Bersabarlah. Coba nikmati keadaan di sini. Bayangkan kau bisa melihat dengan jelas tujuanmu pada kaki langit di depan sana. Kau sudah tiba di sini terlebih dahulu untuk melihatnya. Kau hanya perlu menunggu teman-temanmu tiba juga. Dan ingat, berada di buritan bukan berarti kau tertinggal. Haluan dan buritan berada pada kapal yang sama. Keduanya akan merapat di pelabuhan yang sama. Hanya waktunya saja yang sedikit berbeda."

29 Juli 2022

Aku menyadari sesuatu sekarang. Berjalan terlalu cepat dari yang lain mungkin memang memberikan keuntungan. Aku bisa melihat hal-hal yang ada di depan lebih dulu dari siapa pun. Akan tetapi, apalah artinya berhasil jika mesti terasing dari orang-orang yang kusayangi? Apalah artinya meraih kesuksesan jika harus didera sepi?

Aku ingin terhubung dengan orang-orangku. Namun, bagaimana jika kondisi kami terbalik, jika mereka sudah berhasil dan aku belum, apakah mereka akan mengingatku? Apakah mereka menginginkanku?

Aku pun teringat tulisanku lagi. Tulisan berjudul "Haluan dan Buritan", tetapi dengan kondisi terbalik. Aku masih di buritan dan teman-temanku berada di haluan. Rasa-rasanya tetap sama:

Aku merasa hampa. Rasanya sepi sekali. Berada di buritan tidak lebih baik daripada berada di haluan.

Kota K, 21 Juli 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun