Aku baru selesai berbuka pada hari terakhir ramadan tahun ini, ketika tiba-tiba aku teringat denganmu. Pikiranku merunut waktu-waktu yang telah berlalu. Ternyata, selama ramadan ini, tidak ada satu pun ucapan "selamat berbuka puasa" untukku darimu seperti tahun-tahun sebelumnya.
Memang, ucapan itu bukanlah sesuatu hal yang penting. Namun, seolah jelas sudah bahwa hubungan kita tidak lagi sama. Berkirim pesan hanya jika perlu, berkabar pun ... entah apakah ada.
Aku bisa mengerti. Ada mimpi yang mesti kamu raih sesegera mungkin. Aku pun sangat mendukung apa yang kamu prioritaskan, meski akibatnya, aku mesti kamu kesampingkan.
Aku merindukanmu. Rindu sekali. Sebagai orang yang telah tahu sisi gelap-terangku selama pertemanan lebih dari setengah dekade, kamu sudah seperti saudaraku sendiri. Menjalani hari-hari tanpa sapamu benar-benar terasa seperti hukuman, padahal kita tidak sedang dalam fase bertengkar.
Haha, aku berlebihan ya. Kamu pasti jadi geli.
Kamu apa kabar?
Ini lebaran keberapa, kamu di tanah perantauan?
Tidak sepertiku yang bisa pulang kampung dan berlebaran di rumah, kamu tetap di tempat indekos, merayakan idulfitri seorang diri, di tengah-tengah gegap gempita suka cita masyarakat kota. Seandainya ada yang mengatakan kamu tegar dan kuat, bisa tahan jauh dari keluarga dan kerabat; aku tahu kamu memendam kerinduan yang teramat sangat. Kerinduan yang kamu sembunyikan dan coba lesakkan dalam-dalam ke lubuk perasaan.
Aku merindukanmu, sejak kemarin-kemarin: ketika aku bahagia, ketika aku sedih dan gelisah, ketika aku selesai berkarya, atau pada saat-saat tertentu yang mengingatkanku padamu. Aku rindu kamu tanyai, apa yang dimasak ibuku sebagai menu berbuka. Aku juga rindu kamu kirimi emoji-emoji beragam makanan ketika azan magrib tiba.
Di dalam doaku, aku berharap mimpimu lekas tercapai, agar kamu bisa kembali seperti biasanya: cepat tanggap terhadap segala ceritaku. Agar kamu bisa lebih ceria dalam senyummu. Dan juga sebenarnya, agar momen penting yang kita tunggu bisa lekas jadi nyata. Kamu tahu itu tentang apa.
Sehat-sehat, ya. Aku tunggu pesanmu, juga balasan-balasan untuk pesanku yang dahulu. Jika tidak kudapati pesanmu muncul pada gawaiku esok hari, aku akan mengirimimu pesan dengan emoji sirene ninuninu agar kamu tahu betapa daruratnya pesan (rindu)ku.
Kota K, 21 April 2023
Catatan: Untuk teman karibku di Kota M.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H