Mohon tunggu...
Hidayatul Maqhfiroh
Hidayatul Maqhfiroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - (Mahasiswa Pendidikan Matematika Unissula)

Gagal itu wajar, yang nggak wajar itu nyerahnya SEMANGAT!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Hambatan Praktis Dalam Kurikulum Merdeka dan Cara Mengatasinya

16 Juli 2023   22:54 Diperbarui: 16 Juli 2023   22:56 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidayatul Maqhfiroh (34202100006), Dr. Imam Kusmaryono, M.Pd.

Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 

Universitas Islam Sultan Agung Semarang 

Jl. Kaligawe Raya No.Km.4, Kota Semarang, Jawa Tengah 50112

Hidayatulmaqhfiroh11@std.unissula.ac.id

kusmaryono@unissula.ac.id

      Munculnya pandemi Covid-19 beberapa tahun yang lalu membuat sistem dan operasional pendidikan di Indonesia cukup berantakan. Pembelajaran yang semula dilakukan secara tatap muka, namun saat pandemi muncul pembelajaran harus dilakukan secara daring atau online. Banyak dampak buruk yang dirasakan dari penerapan pembelajaran jarak jauh ini misalnya adalah learning loss. Menurut survei yang dilakukan oleh Kemendikbud pada tahun 2020, ditemukan bahwa 24,7% guru mengalami kesulitan dalam memberikan pengajaran yang optimal saat kegiatan belajar dilakukan dari rumah. Sementara itu, hasil survei yang dilakukan oleh KPAI pada tahun 2021 menunjukkan bahwa sebanyak 76,7% siswa menyatakan ketidakpuasan dan kejenuhan dalam menjalani pembelajaran jarak jauh. Rasa jenuh yang dirasakan oleh siswa dapat menurunkan minat belajar mereka, hal inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya learning loss. Learning loss sendiri adalah kondisi dimana siswa mengalami penurunan pengetahuan dan keterampilan pada proses pembelajaran akibat kondisi tertentu (Meinck et al, 2022). Selain learning loss, dampak buruk lain yang muncul adalah kesulitan dalam mengimplementasikan pendidikan karakter selama pembelajaran jarak jauh. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa penerapan pendidikan karakter umumnya membutuhkan interaksi fisik atau pengawasan langsung antara guru dan siswa, agar guru dapat mengukur tingkat keberhasilan pendidikan karakter yang telah diterapkan dan dapat mengevaluasinya. Salah satu indikasi hilangnya pendidikan karakter siswa adalah ketidakpatuhan siswa terhadap disiplin, kurangnya rasa saling peduli dan tolong menolong antar sesama, serta kurangnya sikap sopan terhadap orangtua, guru, dan orang lain. Penurunan moral siswa ini dapat disebabkan oleh kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua, pemahaman yang minim mengenai nilai-nilai agama, serta pengaruh negatif dari lingkungan sekitar.

     Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Indonesia, Nadiem Anwar Makarim, telah menyoroti masalah learning loss dan penurunan pendidikan karakter siswa selama pandemi. Dalam upaya untuk mengatasi masalah tersebut, Nadiem memperkenalkan kurikulum merdeka yang bertujuan untuk efektivitas mitigasi ketertinggalan pembelajaran selama pandemi Covid-19. Kurikulum ini menawarkan beberapa keunggulan, di antaranya fleksibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kurikulum 2013, dengan penentuan jam pelajaran yang dilakukan setiap tahun sehingga memberikan kebebasan kepada guru dan sekolah. Kurikulum merdeka juga menekankan pembelajaran pada materi-materi esensial. Pada kelas 10 SMA, pilihan kejuruan atau peminatan dihapuskan, namun siswa dapat memilih mata pelajaran sesuai minat mereka di kelas 11 dan 12 SMA. Kurikulum ini mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran berbasis Proyek (Project Based Learning), di mana mereka diberi kesempatan untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual baik secara individu maupun dalam kelompok.

     Sebagai bagian dari upaya memperbaiki pendidikan karakter, kurikulum merdeka juga melibatkan program P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Program ini bertujuan untuk membentuk generasi muda yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang ideologi Pancasila dan memiliki kemampuan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sejak diperkenalkan pada tahun 2022, lebih dari 140 ribu sekolah telah menerapkan kurikulum merdeka. Dalam jumlah tersebut, ada sebanyak 2.500 sekolah dari 111 kabupaten kota terpilih untuk menjalankan Program Sekolah Penggerak. Program ini difokuskan pada pengembangan pembelajaran yang holistik bagi siswa, termasuk aspek kompetensi kognitif (literasi dan numerasi) serta non-kognitif (karakter) dengan tujuan untuk membentuk profil pelajar pancasila.

     Disamping kurikulum merdeka yang memiliki banyak keunggulan, terdapat juga beberapa hambatan yang dihadapi oleh para guru saat mengimplementasikannya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aisyah Dwita Puspasari dkk. di SDN Unggul Lampeuneurut Aceh Besar, ada beberapa kendala yang dirasakan oleh para guru antara lain: 

1) Banyaknya perubahan yang menekankan aspek tertentu, sehingga tidak semua perubahan berjalan dengan lancar di dalam kelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun