Mohon tunggu...
Hidayat Tf
Hidayat Tf Mohon Tunggu... -

Pejalan (yang berjalan) menuju ke-abadian. dan sekarang, sering bersinggah di http://hidayattfaf.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tentang Realitas Muslim di Zaman Postmodern

8 Januari 2017   22:53 Diperbarui: 8 Januari 2017   23:50 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Zaman internet boleh saja berkembang. Zaman internet boleh saja mendukung pendapatan pengetahuan. Namun bagi muslim, pengetahuan adalah sesuatu yang selalu direalisasikan. Apakah kamu tatkala shalat akan membaca teks lewat petunjuk internet? Pastilah kamu harus hapalan. Pasti.

Hafalan. Bagi umat muslim adalah keharusan, Taufik. Kamu beribadah tidak bisa nyonto dari orang lain. Karena kamu ibadah adalah teruntuk dirimu sendiri. Oleh karenanya, kamu harus belajar tentang shalat.

Kenalilah, yang saya sampaikan adalah hal sederhana, yang telah berlalu dan tentu akan tetap berlaku.

Shalat, sampai kapan pun, akan selalu seperti itu. Sekali pun zamannya era-internet, era virtual-tambahan, atau apa-pun itu. Shalat bakal selalu seperti itu.

Tapi entahlah, mungkin kelak ada hukum shalat pada era meledaknya virtual-tambahan.

Andaikata telah ada masanya, dengan teknologi, maka saya tinggal klik, lalu muncul sesuatu yang lain, dan sesuatu yang lain itu ditunjukan untuk melakukan shalat. Tubuh kita terdiam, namun pikiran kita melaksanakan sesuatu yang disebut shalat. Membaca teks-shalat. Melakukan gerakan-gerakan sholat

Bisa-bisa saja zamannya seperti itu kan. Apa yang tidak bisa? Tunggu saja zamannya, kalau memang zaman seperti kelak akan ada.

Sekarang saja, apa yang dilakukan dunia sains: apakah kamu turut mengikuti kemajuan sains, tentang gadget, tentang handphone saja. Sekarang, telah ada sambungan lewat tulang. Bayangkan: network lewat tulang manusia? Bukankah manusia itu sarat menggunakan akalnya. Dan pasti, mereka masih mempunyai cara lain untuk mengembangkan sains tersebut. Kalau bisa menyimpan kartu di dalam diri manusia. Kalau bisa telepati yang rasional. Kalau bisa: mungkin saja mereka mempunyai pemikiran seperti itu.

Namun, hiduplah dalam kenyataan. Apa itu kenyataan? Saat ini. Jangan begitu mengandaikan tentang sesuatu yang tidak jelas, apalagi tentang sains-shalat. Memang, ada kemungkinan: gabungan shalat dan sains.

Jadi orang shalat tidak perlu jengkang-jengking, namun tinggal bebaringan, lalu keluarlah jasad yang baru, yang itu adalah duplikasi tubuh kita. Dan kita mengerjakannya. Semacam film Avatar atau The Matrix itu.

Jika keadaan telah seperti itu, maka ulama pasti menentukan hukumnya. Namun itu pengandaian. Tapi itu bisa saja sekarang terjadi. Bisa saja, Film The Matrik itu terjadi, atau mungkin sedang berlangsungnya penelitian tentang hal itu. jadi, sekarang, ada juga manusia-manusia yang bukan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun