Zaman internet boleh saja berkembang. Zaman internet boleh saja mendukung pendapatan pengetahuan. Namun bagi muslim, pengetahuan adalah sesuatu yang selalu direalisasikan. Apakah kamu tatkala shalat akan membaca teks lewat petunjuk internet? Pastilah kamu harus hapalan. Pasti.
Hafalan. Bagi umat muslim adalah keharusan, Taufik. Kamu beribadah tidak bisa nyonto dari orang lain. Karena kamu ibadah adalah teruntuk dirimu sendiri. Oleh karenanya, kamu harus belajar tentang shalat.
Kenalilah, yang saya sampaikan adalah hal sederhana, yang telah berlalu dan tentu akan tetap berlaku.
Shalat, sampai kapan pun, akan selalu seperti itu. Sekali pun zamannya era-internet, era virtual-tambahan, atau apa-pun itu. Shalat bakal selalu seperti itu.
Tapi entahlah, mungkin kelak ada hukum shalat pada era meledaknya virtual-tambahan.
Andaikata telah ada masanya, dengan teknologi, maka saya tinggal klik, lalu muncul sesuatu yang lain, dan sesuatu yang lain itu ditunjukan untuk melakukan shalat. Tubuh kita terdiam, namun pikiran kita melaksanakan sesuatu yang disebut shalat. Membaca teks-shalat. Melakukan gerakan-gerakan sholat
Bisa-bisa saja zamannya seperti itu kan. Apa yang tidak bisa? Tunggu saja zamannya, kalau memang zaman seperti kelak akan ada.
Sekarang saja, apa yang dilakukan dunia sains: apakah kamu turut mengikuti kemajuan sains, tentang gadget, tentang handphone saja. Sekarang, telah ada sambungan lewat tulang. Bayangkan: network lewat tulang manusia? Bukankah manusia itu sarat menggunakan akalnya. Dan pasti, mereka masih mempunyai cara lain untuk mengembangkan sains tersebut. Kalau bisa menyimpan kartu di dalam diri manusia. Kalau bisa telepati yang rasional. Kalau bisa: mungkin saja mereka mempunyai pemikiran seperti itu.
Namun, hiduplah dalam kenyataan. Apa itu kenyataan? Saat ini. Jangan begitu mengandaikan tentang sesuatu yang tidak jelas, apalagi tentang sains-shalat. Memang, ada kemungkinan: gabungan shalat dan sains.
Jadi orang shalat tidak perlu jengkang-jengking, namun tinggal bebaringan, lalu keluarlah jasad yang baru, yang itu adalah duplikasi tubuh kita. Dan kita mengerjakannya. Semacam film Avatar atau The Matrix itu.
Jika keadaan telah seperti itu, maka ulama pasti menentukan hukumnya. Namun itu pengandaian. Tapi itu bisa saja sekarang terjadi. Bisa saja, Film The Matrik itu terjadi, atau mungkin sedang berlangsungnya penelitian tentang hal itu. jadi, sekarang, ada juga manusia-manusia yang bukan manusia.