Syaikh Prof. Dr. Abdussalam Al-Majidy, Lc., M.A. menjelaskan bahwa metodologi yang digunakan Nabi Muhammad Shallalhu 'Alaihi Wa Sallam dalam mengajarkan Al-Quran ada dua, yaitu dengan menjelaskan makna lafadz Al-Quran dan tafsirnya,
"Manhaj Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dalam mengajarkan Al-Quran ada dua, yaitu mengajarkan lafadz Al-Quran dan mengajarkan tafsirnya," ungkapnya.
Pembicara internasional dan nasional yang hadir antara lain: Prof. Dr. Mohammad Lamatt Achinqity dari Mauritania memaparkan Perkembangan Tafsir di Dunia Islam (Negara Chinguetti, Mauritania adalah sebuah model). Dr. Nabil Ahmed Tarmom, Lc., M.A. Doktor lulusan Universitas Al-Azhar Cairo memaparkan peran ulama Indonesia dalam bidang Qiro'at. Dr. Saeed Abdullah Al-Katiry, Lc., M.A., Doktor lulusan Unviersitas Aden Yaman memaparkan peran ulama Indonesia dalam bidang Tajwid. Dr. Ammar Al-Gumaei, Lc., M.A., Doktor lulusan Universitas Islam Madinah memaparkan peran ulama Indonesia dalam bidang tafsir. Dr. Abdulkhaleq Al-Maswary, Lc., M.A., Doktor lulusan University of The Holy Qur'an and Islamic Science memaparkan studi manuskrip tafsir di Indonesia, Dr. Lira Erlina, Lc., M. Pd. Doktor lulusan Universitas PTIQ Jakarta memaparkan Tafsir Mukhtasar di Indonesia dan Dr. (C) Adha Saputra, Lc., M.E kanditat Doktor Universitas PTIQ Jakarta memaparkan Peran STIQ ZAD dalam Membumikan Studi Ilmu Al-Qur'an di Indonesia.
Syaikh Dr. Ammar Al-Gumaei, Lc., M.A melaporkan data bahwa kitab tafsir yang pertama kali ditulis oleh ulama Indonesia lengkap 30 juz adalah Tafsir Turjmanul Al-Mustafid karya Syaikh Abdurrauf As-Singkili. Kitab tersebut ditulis dengan bahasa melayu dan menggunakan tulisan arab pegon.
"Kitab tafsir yang paling awal memuat seluruh surat Al-Quran di Indonesia adalah Turjuman Al-Mustafid karya Syaikh Abdurrauf Al-Fansuri As-Singkili. Kitab ini ditulis dengan bahasa melayu dengan tulisan arab  pegon," tuturnya.
"Diantara kitab tafsir yang paling indah dan mendalam dari karya tafsir ulama Indonesia adalah Tafsir Marah Labid karya Muhammad bin Umar Nawawi Al-Jawi," imbuhnya.
Kemudian beliau menjelaskan kenapa kitab-kitab tafsir ulama Indonesia tidak banyak dikenal di dunia Islam. Sebabnya adalah karena kebanyakan kitab tersebut ditulis dengan selain bahasa arab, sehingga hanya terbatas untuk bangsa Indonesia.
Acara seminar inti diakhiri dengan pemaparan pembicara terakhir yaitu Dr (c) Adha Saputra, Lc., M.E. tentang peran STIQ ZAD dalam membumikan studi ilmu Al-Quran di Indonesia.
"STIQ ZAD didirikan dalam rangka mencetak kader-kader ahli tafsir yang hafal 30 juz Al-Quran. Para mahasiswanya ditargetkan mempelajari Kitab Tafsir Al-Mukhtashor 30 juz dalam 3 tahun dengan pengantar Bahasa arab. Selain itu STIQ ZAD juga menerbitkan jurnal ilmiah Bernama Zad Al-Mufassirin yang berfokus tentang kajian Al-Quran yang telah terakreditasi Sinta 4. Beliau juga menambahkan bahwa STIQ ZAD berusaha meningkatkan mutu Pendidikan dengan menjalin Kerja sama baik lingkup nasional maupun internasional, salah satunya dengan Akademi Tafsir yang bermarkas di Arab Saudi," ungkapnya.
Seminar Parallel dibagi menjadi 7 kelas. 1 kelas diselenggarakan secara online, dan 6 kelas diselenggarakan secara offline. Adapun dalam seminar parallel dipresentasikan hasil penelitian dari para akademisi yang berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Indraprasta PGRI, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, IAIN Langsa, UIN Raden Mas Said Surakarta, STIBA Ar Raayah Sukabumi, STDI Imam Syafi'i Jember, Universitas Darussalam Gontor, Universitas PTIQ Jakarta, UIN Syarif Kasim Riau, Universitas Pelita Bangsa dan para mahasiswa tingkat akhir dari STIQ ZAD Cianjur.
Para presenter dan peserta seminar internasional ini memberikan apresiasi kepada terselenggaranya seminar internasional ini.
"Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada STIQ ZAD Cianjur atas diselenggarakannya seminar yang luar biasa ini. Saya berharap agar kegiatan ini diselenggarakan setiap tahun. Insya Allah, Kami dari Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor akan mengambil banyak manfaat pada tahun yang akan datang," ujar Muhammad Anwar Aditya yang merupakan Ketua BEM UNIDA Gontor.