Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resensi Buku Pembuka Hidayah Jilid II: Novel Biografi KH. Choer Affandi

25 November 2021   14:48 Diperbarui: 25 November 2021   15:01 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Setelah ada kabar tertangkapnya pimpinan Darul Islam Indonesia, SM Kartosuwiryo dan beritanya dengan cepat menyebar. Para TII yang berada di hutan-hutan di daerah Bandung, Cianjur, Sumedang dan yang lainnya berbondong-bondong menyerahkan diri. Fauz Noor dengan apik menggambarkan bagaimana saat itu keputusan Choer Affandi untuk turun gunung. Penulis mampu menggambarkan sosok Choer Affandi dalam menentukan segala keputusan layaknya memang seorang ulama yang penuh dengan kehati-hatian.

Choer Affandi digambarkan melaksanakan shalat istikharah terlebih dahulu dan melakukan tirakat. Fauz Noor kembali menyampaikan peristiwa spiritual yang terjadi sebagaimana yang ia angkat di novel pembuka hidayah jilid 1 berhubungan dengan nama Affandi dan sebelum berbaiat kepada SM Kartosuwiryo.

Dalam novel pembuka hidayah jilid 2. Fauz Noor menyampaikan bagaimana peristiwa spiritual itu terjadi yang tak jauh berbeda ketika Choer Affandi akan naik gunung dua belas tahun yang lalu. Satu tulisan membentuk nama dalam gelar bangsawan Kekhalifahan Turki Utrsmani yang akhirnya ia pakai sebagai nama pribadinya.

Berkaitan dengan adanya cahaya yang kemudian membentuk rangkaian kata dalam huruf arab : alif, fa, fa, nun, dal dan ya (tanpa titik di bawah), yang jika dibaca menjadi Affandi. Choer Affandi tak mau menafsirkan sendiri, ia menyuruh anak buahnya untuk menyampaikan surat itu kepada guru suluknya yang dahulu dua belas tahun yang lalu menyuruhnya untuk shalat istikharah ketika hendak naik gunung dan bergabung dengan Darul Islam Indonesia.

Gurunya tiada lain adalah Habib Ali Kwitang Al-Habsyi. Beberapa hari kemudian, anak buahnya kembali dan menyampaikan bahwa cahaya bulan adalah cahaya para ulama yang berasal dari cahaya matahari. Cahaya bulan adalah cahaya ulama yang akan terus menyinari kehidupan umat manusia.

Ulama Warastul Anbiya.

Kurir itu berkata "Choer Affandi adalah seorang UWA, Ulama Warasatul Anbiya."

Terungkaplah sudah mengapa Choer Affandi disebut Uwa Ajengan, ternyata UWA adalah singkatan dari Ulama Warasatul Anbiya.

Ada hal menarik ketika Choer Affandi akan turun gunung, Fauz Noor menggambarkan Choer Affandi dengan beda penampilan. Choer Affandi digambarkan tidak dengan mengenakan pakaian kemeja dan celana panjang seperti sehari-hari pakaian yang dipakai, tetapi saat akan turun gunung ia mengenakan jubah putih yang biasa dipakai shalat dan memakai ighol (ikat kepala) berwarna putih, dan ia pun memaka tongkat. Ini merupakan isyarat bahwa ia akan menjadi pewaris nabi.

Di bagian akhir sub judul novel ini yakni ke Manonjaya, di sinilah titik nol perubahan perjuangan Choer Affandi dari yang awalnya jihad bil qital dengan mengangkat senjata di gunung, sekarang berubah dengan jihad bil fikroh, yakni berperan menjadi seorang Ulama Warasatul Anbiya.

Pertama yang ditemui oleh Choer Affandi setelah turun gunung adalah putra putrinya yang dititipkan kepada orang-orang yang bersedia mengurusnya. Ia ingin membangun keluarga kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun