Setelah napak tilas di Masjid Agung Demak dan Komplek Makam Raden Fatah serta Komplek Makam Sunan Kalijaga, atas dasar cinta, ta'zhim dan penasaran siang terik kala itu saya melanjutkan perjalanan ke arah timur Kota Demak. Atas izin Allah Subhanahu Wa Ta'ala, siang itu saya diberikan kesempatan yang mulia dan berharga bisa napak tilas di kota Kudus serta berziarah ke makam sang Qadhi dan Panglima Perang Kesultanan Demak yakni Sunan Kudus.
Selanjutnya saya melakukan shalat di Masjid Al-Aqsha Manarat Qudus yang dibangun oleh Sunan Kudus, shalat di Masjid Al-Aqsha Manarat Qudus setidaknya bisa sedikit mengobati kerinduan saya yang belum bisa bersujud di Masjid Al-Aqsha Baitul Maqdis.
Berolah-alih dengan suasana komplek makam Sayyid Ja'far Shadiq (Sunan Kudus) dan Masjid Al-Aqsha Manarat Qudus dengan melibatkan perasaan seolah saya dibawa menembus ruang dan waktu layaknya sedang berolah-alih di Masjid Al-Aqsha Baitul Maqdis, Palestina. Dengan napak tilas, kerinduan dan kecintaan saya yang belum bisa bersujud di Masjid Al-Aqsha, Baitul Maqdis setidaknya sedikit terobati.
Hadirnya Sunan Kudus di tanah Jawa, Nusantara yang sekarang bernama Indonesia adalah bukti cinta dan hubungan mesra antara Indonesia dan Palestina yang sudah terbangun jauh hari, bahkan sebelum Indonesia lahir.
Masjid Al-Aqsha Manarat Qudus adalah monumen kerinduan tentang Masjid Al-Aqsha Baitul Maqdis. Menara Kudus adalah monumen persaudaraan Indonesia dan Palestina. Kota Kudus adalah monumen hubungan mesra Indonesia dan Palestina. Oleh karena itu, bangsa Indonesia memiliki hutang sejarah dan hutang budi kepada Palestina. Hutang sejarah dan hutang budi ini harus dibayar sampai anak cucu kita kelak selama penjajah zionisme Israel masih merampas bumi Palestina.
Saat ini Palestina sedang merana dan dinista bagaikan anak ayam yang tidak memiliki induknya, sangat ironis jika kita umat Islam Indonesia membiarkan tanah Palestina dirampas oleh Zionisme Israel dan bangsa Palestina dihinakan oleh Zionisme Israel. Sangat ironis jika ada Muslim membiarkan Muslim yang lain dalam kondisi tertindas, terlebih lagi dia penguasa yang memiliki kemampuan untuk menolong saudaranya. Dan yang lebih sangat ironis, bila ada penguasa Muslim bersekutu dengan para penindas saudaranya.
Palestina adalah persoalan kita bersama. Masalah utama mereka adalah penjajahan. Bukan kelaparan, kemiskinan atau kesehatan. Maka, masalah ini akan selesai manakalah penjajah diusir dari wilayah tersebut. Ini adalah akar masalahnya. Selama Zionisme Israel ada, Palestina akan terus terhina.
Tapi, tanpa negara yang melindungi Palestina khususnya dan umat Islam pada umumnya, sanggupkan tanah suci kaum muslim dibebaskan ? Tidak.
Negara harus dilawan dengan negara. Tak boleh ada kompromi. Dan itu hanya bisa dilakukan oleh negara yang menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Karena itu, inilah urgensi kaum muslim bersatu dan mengangkat pemimpin sejati sebagai junnah (pelindung) umat Islam sebagaimana dulu zaman Khulafaur Rasyidin, mengikuti manhaj kenabian.
Kita perlu terus mendorong para penguasa muslim, karena mereka memiliki kekuatan nyata, untuk menolong Palestina. Mengusir zionisme Israel dari bumi Palestina. Jika mereka punya tentara, kirim tentara kesana. Inilah wujud ukhuwah sesama muslim dan kecintaan sejati kepada Islam. Wallohu'alam bi al-Shawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H