Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Antara Dosen Muhammadiyah, Mahasiswa Syafi'iyyah, Shalat Shubuh, dan Negeri Gajah Putih

30 Maret 2019   16:08 Diperbarui: 30 Maret 2019   16:14 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nampaknya bangunan tersebut seperti bangunan kerajaan, namun saya terkendala untuk membaca sejarah yang ada dikarenakan menggunakan bahasa Thailand. Saat berada di Royal Pagoda tepatnya diatas bukit tersebut, saya mendengar suara iqomah, ternyata di sekitar sana ada masjid dan shalat Jum'at akan didirikan. Sejenak saya merenung dan membayangkan perjuangan baginda Rasulullah Salla Allah 'Alaihi Wa Sallam beserta para sahabat-Nya sehingga cahaya Islam bisa sampai ke Thailand.

Setelah berkeliling di tempat tersebut, tidak berlama-lama saya harus segera turun dan menuju tempat selanjutnya yakni ke Samila Beach.  Untuk menuju Samila Beach tidak memerlukan waktu lama dari Tang Kuan Hill, saat berada di pantai kami gunakan untuk istirahat dan makan siang, sesekali kami selingi dengan bercanda dan diskusi, dan yang kami diskusikan adalah berkaitan dengan ukhuwah, meskipun kami berbeda organisasi perjuangan namun tetap kami adalah bersaudara.

 Setelah makan selesai, kami pun tidak ketinggalan untuk mengabadikan momen kebersamaan itu dengan fhoto bersama di pantai, meskipun kami berbeda organisasi perjuangan namun kami buka baju organisasi kami demi sebuah persatuan. Bersama dalam perbedaan dan berbeda dalam kebersamaan. Semoga Samila Beach menjadi saksi akan persaudaraan ini.

Di Samila Seach ada dua patung yang ramai dijadikan objek dokumentasi, yang pertama adalah patung naga yang mengeluarkan air dari mulutnya dan kedua patung putri duyung. Sepanjang pantai kami berkeliling dan melihat kultur masyarakat sana, ternyata banyak juga orang-orang yang memakai kerudung dan ini menandakan bahwa di Songkhla kaum muslimnya cukup banyak.

Tidak lama kami berada di Samila Beach, berhubung waktu akhirnya kami harus segera pergi lagi ke imigrasi, tidak terasa ternyata perjalanan ini akan segera selesai. Di tengah perjalanan saya merenung akan perjalanan ini, bertafakur atas kekuasaan Sang Pencipta, ternyata persaudaraan ini sangat luas dan melintasi batas negara. Ukhuwah ini perlu dijaga di wariskan kepada generasi-genarasi kita.

Waktu perjalanan kami lewati dengan penuh kegembiraan sehingga tidak terasa saat kami istirahat, akhirnya sampai juga di imigrasi, di sana kami mengambil kesempatan untuk melaksanakan shalat dzuhur jama' takhir dengan qasar dan shalat ashar qashar berjama'ah. Sebagaimana biasa beberapa kawan kembali menunjuk saya menjadi imam, padahal di sana ada kapten Romi, sempat beberapa kali saya menolak namun mereka tetap memaksa saya. Setelah shalat didirikan, sebagaimana biasa saya selalu berdo'a kepada Sang Pencipta supaya setiap tempat yang saya kunjungi bisa melahirkan para pemuda Islam yang akan berjuang dan bergerak dengan penuh kesadaran untuk menghidupkan kembali peradaban Islam.

Tidak disangka, setelah selesai shalat, saya melihat Guide dari Thailand yang bernama 'Marisa' entahlah sebenarnya nama dia itu siapa, dengan penampilan dan gaya sebagaimana lady boy ternyata shalat juga. Dari sana saya merenung, jadi dengan gaya yang ia tampilkan itu apakah benar atau seperti apa ? Terlepas dari beberapa dugaan, tentunya kita jangan melihat orang dari penampilannya, tetapi penampilan juga bisa mencerminkan kepribadian,  dari sana saya berharap mudah-mudahan negeri Thailand ini selalu diberkahi oleh Rahmat-Nya.

Setelah itu akhirnya tidak terasa kami harus berpisah dengan Marisa yang selama dua hari menemani kami, tidak lama kami masuk lagi imigrasi Malaysia dan dari sana perjalanan dilanjutkan menuju Bandara Kuala Lumpur. Saat berada di perjalanan, saya manfaatkan waktu dengan istirahat, dan tidak terasa akhirnya bisa sudah sampai di salah satu rest area yang ada di negeri Jiran. Dari sana kami kembali bisa menikmati makanan khas yang ada di negeri Jiran, setelahnya kami mendirikan shalat Maghrib Jama' Takhir dan Shalat Isya dengan Qasar.

Tidak berlama-lama di tempat tersebut, selanjutnya kami harus segera berangkat lagi menuju bandara, di tengah perjalanan akhirnya kami saling menyampaikan pendapat dan kesan setelah hampir 6 hari bersama, dari sana beberapa kawan mulai menyampaikan pendapatnya, sesekali diwarnai dengan  tetesan air mata, ini mendakan tetesan air mata sebagai symbol akan persaudaraan kami selama ini.

Dari sana saya pun ditunjuk beberapa kawan untuk maju ke depan dan menyampaikan kesannya, akhirnya dengan terpaksa saya-pun mewakili beberapa kawan untuk menyampaikan berapa kesan selama mengikuti kegiatan study comparative, terutama saya merasa beruntung bisa bertemu orang-orang hebat dari berbagai belahan tempat yang ada di bumi pertiwi.

Setelah semuanya menyampaikan beberapa kesan, akhirnya kami pun tertidur sepanjang jalan dikarenakan kelelahan setelah sehari berkeliling di negeri Thailand.  Saat kami beristirahat, tidak terasa menjelang shubuh kami pun sudah tidak di Kuala Lumpur International Airport. Akhirnya waktu perpisahan yang tidak diinginkan pun segera tiba, kami harus berpisah dengan kapten Romi yang selalu setia menemani kami, yang terkadang waktu tidurnya harus tersita karena harus mengantarkan kami ke beberapa tempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun