Setiap tanggal 25 November di negeri kita selalu di peringati sebagai hari guru nasional, hal itu ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994. Karena pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dan sekolah ditutup sehingga Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas. Namun, semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjadi dasar PGI menggelar Kongres Guru Indonesia pada 24-25 November 1945 di Surakarta (Okezone.com, 24/11/2014).
Didalam kongres ini tepatnya pada 25 November 1945, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan. Maka sebagai penghormatan kepada para guru, pemerintah menetapkan hari lahir PGRI tersebut sebagai Hari Guru Nasional dan diperingati setiap tahun (Okezone.com, 24/11/2014).
Momen Hari Guru Nasional
Salah satu guru kami mengatakan bahwa pintar tidak jadi jaminan, bodoh juga bukan jadi penghalang. Sehingga pintar saja tidak cukup untuk menjamin orang tersebut bisa sukses, begitupun dengan kebodohan jangan sampai menjadi penghalang kita untuk meraih kesuksesan. Ditengah kesuksesan kita saat ini, kita tidak boleh melupakan peran guru kita yang ikhlas dan penuh kesabaran mendidik kita. Mulai dari tidak bisa membaca sampai kita bisa membaca, dari tidak bisa menghitung sampai kita bisa menghitung, dari tidak tahu sampai kita menjadi tahu. Dan itu memerlukan proses kesabaran dalam mendidik.
Di momen Hari Guru Nasional ini, sejenak kita merenung ke belakang, mungkin saja ada beberapa guru yang kita sakiti selama proses pembelajaran dan sampai saat ini kita belum sempat meminta maaf kepada beliau, alangkah baiknya kita berkunjung ke beberapa guru-guru kita, untuk tetap menyambungkan tali silaturahim antara guru dan murid. Karena dalam Islam, hubungan guru dan murid bukan hanya hubungan sekedar menyampaikan ilmu, tetapi ada hubungn batin antara guru dan murid, yaitu ada sambungnya hati antara guru dan murid, sehingga guru mendo’akan murid dan murid mendo’akan guru.
Teruntuk guru-guruku, terima kasih atas semua jasamu, nama-mu tak akan terganti. Maafkan muridmu yang selama ini belum bisa ta’dhim sebagaimana harusnya murid bersikap kepada guru, maafkan muridmu yang selama ini belum bisa membalas jasa-jasamu. Mudah-mudahan engkau selalu diberikan kesehatan, dipanjangkan umurnya, diberkahkan rezekinya dan dimudahkan segala urusannya. Amiin yaa Rabbal ‘Alamiin.
Islam Memuliakan Guru
Tugas sebagai seorang guru merupakan tugas yang sangat mulia, karena melalui wasilah para gurulah ilmu itu bisa tersampaikan. Menjadi seorang guru bukanlah hal yang sangat mudah, tetapi perlu keterampilan yang khusus supaya bisa menjadi guru yang professional.
Dalam pandangan Islam, guru merupakan tugas yang sangat mulia, sebagaimana dijelaskan Zuhri (1974: 103) menjadi guru adalah sangat mulia. Mendidik dan mengajar orang lain walaupun tidak ada sangkut pautnya dengan hubungan family, tujuannya ingin membentuk manusia agar menjadi orang yang baik, berbadan sehat, berilmu dan berakhlak mulia.
Jika kita ingin memperoleh ilmu, salah satu syaratnya kita harus ada bimbingan dari guru, sebagaimana tercantum dalam kitab Ta’lim Muta’allim karya az-Zarnuji (2012: 24) bahwa Ali bin Abi Thalib r.a berkata “ketahuilah, kamu tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan bekal enam perkara, yaitu : cerdas, semangat, bersabar, memiliki bekal, petunjuk atau bimbingan guru, dan waktu yang lama.
Tanpa seorang guru kita tidak akan mendapatkan ilmu apa-apa, karena hakikatnya guru adalah orang yang menjadi wasilah ilmu tersebut sampai. Saking pentingnya posisi guru dalam Islam, dijelaskan oleh Az-Zarnuji (2012: 27) Para pelajar tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya, tanpa mau menghormati ilmu dan guru