Catatan Perjuangan Menuju Negeri Jiran Malaysia
Oleh : Tatang Hidayat*)
Perjalanan ini diawali saat saya mengadakan rihlah ke salah satu tempat sejarah yang ada di kota Bandung, tepatnya di Museum Gedung Sate. Saat itu saya sedang mendengarkan arahan mengapa kita mengadakan rihlah ini dari seorang tokoh pemuda Jawa Barat yang sudah melanglangbuana dalam dunia dakwah kampus dan tentu namanya sudah tidak asing lagi dalam dunia dakwah kampus Jawa Barat bahkan tingkat Nasional.
Di tengah-tengah mendengarkan arahan dari beliau, saya sedikit merenung saat beliau menjelaskan perencanaan study S3 di luar negeri, salah satunya di Malaysia. Saya terharu mendengarnya, bagaimana tidak, bukannya saya tidak mau untuk kuliah di luar negeri, jangankan untuk kuliah di luar negeri, sekedar untuk melanjutkan kuliah ke jenjang berikutnya di luar Jawa Barat-pun saya belum mendapatkan izin dari orang tua, terutama ibu yang sangat saya cintai.
Oleh karena itu, saat saya lulus study jenjang S1 di Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam Universitas Pendidikan Indonesia (IPAI UPI) dan mau melanjutkan study ke jenjang berikutnya, saya tidak mengganti almamater saya sebagai bagian dari Keluarga Besar IPAI UPI.
Namun bukan berarti saya tidak ada keinginan untuk bisa berangkat ke luar negeri, dalam do'a yang saya panjatkan tidak lupa untuk menyertakan semoga Allah SWT mengirim saya ke negeri jauh dalam rangka mencari ilmu.
Benar saja bahwa do'a seorang hamba pasti akan dikabulkan oleh Sang Pencipta, ketika saya mulai berusaha untuk mengikuti berbagai program yang diagendakan di luar negeri, tidak disangka ternyata ada salah satu organisasi pemuda sedang membuka program study comparative di tiga negara (Malaysia, Singapura dan Thailand) dan waktu itu saya baru mengetahuinya dan ternyata tepat hari terakhir ditutup pendaftaran.
Sebelum memutuskan mengikuti agenda tersebut, saya mencoba menghubungi orang tua untuk bermusyawarah dan meminta restu, ternyata orang tua saya memberikan jawaban yang sangat menggembirakan dan merestui anaknya untuk mengikuti agenda tersebut.
Tanpa berfikir lama lagi akhirnya saya memberanikan diri untuk mendaftarkan diri untuk mengikuti agenda tersebut, atas izin Allah SWT ternyata saya bisa menjadi bagian peserta dalam agenda tersebut.
Tentunya dalam mengikuti agenda study comparative ini saya mesti menyiapkan segala sesuatunya, mulai dari perjuangan membuat paspor, membuat proposal market research, meresume buku karya Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia, dan belajar bahasa inggris yang akan digunakan dalam agenda International Class dan Market Research.
Di sisi lain, saya pun harus mengorbankan tidak mengikuti kuliah, mengajar di sekolah, dan beberapa kegiatan yang biasa saya lakukan selama ini.