Mohon tunggu...
Hidayat Syahputra
Hidayat Syahputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Merajut

"Sekali Berati Sudah Itu Mati". "Tindakan Adalah Pelaksanaan Kata-kata". Kata-kata yang keluar dari rahim kandung dua tokoh besar bangsa Indonesia Yaitu Chairil Anwar dan Ws. Rendra ini sangat mengilhami diri saya, bahwa hidup yang hanya sekali ini harus memberi arti/bermanfaat, dan tindakan diri haruslah sesuai dengan kata-kata yang diucapkan dan atau kata-kata harus seusai dengan tindakan yang dilaksanakan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Amir Hamzah: yang Tenggelam Dibenam Sunyi

21 Maret 2019   12:42 Diperbarui: 21 Maret 2019   13:09 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang Raja Pujangga Penyair  Baru Tengku Amir Hamzah putra melayu kelahiran Tanjung Pura pada 28 Februari 1911 sebagai putra Pangeran Muhammad Adil yang bergelar Tengku Bendahara Paduka Kerajaan Langkat dan ibunya bernama Tenggku Mahjiwa.  Amir Hamzah dikenal memiliki minat dalam kesusastraan sejak di sekolah dasar. 

Hal ini dikatakan oleh Saidi Husny teman satu tingkat di atas Amir  sewaktu di Langkatsche School. Saidi yang merupakan Pensiunan Angkatan Kepolisian Republik Indonesia dalam bukunya, Kenangan Masa : Mengenang Pribadi Pudjangga Amir Hamzah yang terbit pada tahun 1969. 

Saidi menulis dalam bukunya tersebut bahwa pada suatu hari ia inggin menggagu Amir. Dia sengaja mengendap-endap di belakang kawannya tersebut. Pada awalnya berniat iseng. Saidi malah terkesima membaca bait yang ditulis Amir temannya. Sangking terpesonanya oleh pantun itu, Saidi mengatakan masih ingat betul isinya sampai sekarang.

Mengail Kepulai Tuntung / Dapat Seekor udang galah / Kalau nasib tidak beruntung / Adapun dibuat jadi salah

Karya-karya sajak Amir menjadi pijakan dasar bagi penulisan sajak modern atau yang kita dengan dengan puisi. Karyanya merupakan mampu mempelopori sastra berbahasa Indonesia disaat teman-teman seanggkatannya masih terjebak dalam penulisan sastra dalam bahasa belanda maupun bahasa dearah namun Amir mampu menyajikan sajak-sajak dengan bahasa Indonesia yang mapan sehingga Dr. H.B Jasin mengelarinya Raja Penyair Pudjanga Baru, sementara itu Prof. Suatan Takdir AliSjabana memberinya gelar Penyair Antara Dua Zaman.

Kehidupan Amir hamzah yang kompleks, namun kebanyakan pengemar dan pemerhati sastra hanya mengenal Amir Hamzah dari satu sisi kehidupannya saja. Para peminat dan pemerhati sastra lebih mengenalnya sebagai penyair besar dengan dua buku kumpulan sajak aslinya saja yaitu: Buah Rindu dan Nyanyian Sunyi yang menghantarkan nama dan kedudukannya dalam sastra Indonesia Modern tidak akan pernah tergoyahkan apalagi terhapuskan; sehingga kebanyakan kita menganggap kehidupannya dihabiskan hanya untuk menulis syair saja.

Namun disisi lain bagi kaum pergerakan dan republiken pada masanya, terutama tokoh-tokoh yang berada di Solo dan Jakarta, mengenal Amir Hamzah sebagai seorang anak muda yang gigih mempersatukan organisasi pemuda yang bercorak kedaerahan yang waktu itu tumbuh subur, semisal Jong Java, Jong Sumatera Bond, Jong Celebes dan lain-lain supaya masuk kedalam Indonesia Muda (Damiri Mahmud : Menafsir Kembali Amir Hamzah). 

Dalam bukunya Damiri juga menyebutkan bahwa karena sangat aktifnya Amir dalam pergerakan sehinggga ia terpilih sebagai ketua delegasi  dalam Kongres Indonesia Muda yang pertama di Solo pada 29 Desember 1930 -  2 Januari 1931. Keaktifannya dalam pergerakan itu jualah yang membuat Belanda yang memiliki kerja sama atau kontrak kerja dengan Kesultanan Langkat menjadi gerah dan memberi peringatan Sultan Mahmud Raja Langkat pada waktu itu untuk memanggil pulang kemanakannya tersebut dan dinikahkan dengan putrinya. Peristiwa ini jualah yang menjadi latar terciptanya puisi Amir Hamzah yang diberinya judul Padamu Jua. 

Amir yang merupakan keponakan sekaligus menantu Sultan Langkat dianggap berkhianat,  meskipun pada waktu itu ia menjabat sebagai perwakilan Republik Indonesia di Sumatera Timur terkhusus Langkat. Ia terhimpit dalam dua kepentingan: Kemerdekaan sepenuhnya dan kewajiban mengadi kepada Kesultanan. Belum genap setahun ai mengemban jabatan tersebut. 

Para Pemuda Sosialis dan anggota-anggota Laskar yang tak sabar dalam upaya mengusir Belanda sebagi upaya mewujudkan kemerdekaan yang sepenuhnya, mengangap Amir sebagai pengkhianat dan menjadi korban yang dalam peristiwa yang dicatat dalam sejarah bangsa Indonesia dengan sebutan Revolusi Sosial pada 20 Maret 1946 atau yang penulis nilai sebagai Tragedi Sosial. 

29 tahun setelah tragedi tersebut  terjadi. Pemerintah Indonesia menganugrahi T. Amir Hamzah sebagai Pahlawan Nasional melalui surat keputusan Presiden Nomor 106 tanggal 3 November 1975 oleh Presiden Soeharto yang diterima langsung Tengku Tahura Alautiah purti semata wayang Amir Hamzah. Namun keputusan tersebut menimbulkan pro dan kontra di masyarakat Langkat.

Namun dalam hal ini penulis tidak ingin mengangkat hal tersebut terlalu dalam pada tulisan ini, sebagai putra kelahiran Langkat, penulis hanya ingin meluncurkan luapan apresiasi terhadap sosok inspirasi yaitu T. Amir Hamzah. Karya-karya Amir Hamzah telah menjadi monumen dasar bagi penyairan modern di Indonesia, meski namanya telah ramai ditulis dan peringati orang-orang namun belum untuk Langkat terkhusus Pemerintah Kabupaten Langkat belum mampu mengapresiasi putra terbaiknya yang monumental secara monumental pula. Selain itu nama Amir Hamzah luput dari pijakan deklarasi Hari Puisi Nasional yang di jatuhkan pada tanggal 26 Juli  yang merupakan tanggal kelahiran Chairil Anwar penyair berdarah Minang asal Sumatera kelahiran Medan pada 26 Juli 1922 yang karya-karya juga terkenal.

Pada 22 November 2012 di Anjungan Idrus Tintin di kota Pekan Baru 40 penyair Indonesia mendeklarasikan dan menetapkan tanggal kelahiran Chairil Anwar sebagai Hari Puisi Indonesia. Bukan dalam maksud menyalahkan deklarasi tersebut namun penulis mempertanyakan mengapa T. Amir Hamzah luput dari pertimbangan pendeklarasian tersebut padahal dapat kita kata bahwa T. Amir Hamzahlah yang memiliki komitmen menggunakan bahasa Indonesia dalam karya sastra dan banyak catatan sejarah yang menuliskan bahwa karya-karyanya menjadi pijakan dasar kesusatraan modern di Indonesia.

Terlepas dari deklarasi tersebut lantas kita bertanya. Di mana bentuk kehadiran Pemerintah Daerah Langkat dalam upaya mengapresiasi sumbangsih Amir Hamzah tersebut. Apakah hanya dengan membangunkan Monumen atau Tugu Amir Hamzah yang kini berdiri di Alun-alun Amir Hamzah di ibu kota Kabupaten Langkat, maka telah selesailah peran Pemerintah Daerah dalam upaya memberikan apresiasi kepadanya, sungguh itu tidaklah cukup. Dua tanggal monumental T. Amir Hamzah yaitu tanggal kelahiran dan wafat beliau luput dari keramaian peringatan. Sosoknya pun hampir dilupakan terutama oleh generasi milenial yang tidak memiliki minat dalam kesusastraan. Dilingkungan pendidikan, sosok beliau jarang sekali diperkenalkan kepada para pelajar.

Sudah saatnya Pemerintah Daerah belajar bagaimana mengapreasisi putra daerah yang mampu mengharumkan nama daerahnya dan menjadi kebanggan Nasional dan Internasional. Jika penyair Indonesia mampu mendeklarasikan Hari Puisi Indonesia dengan mengambil hari Kelahiran Chairil Anwar. Mengapa tidak dengan kita yang juga sebenarnya mampu mendeklarsikan hari lahir T. Amir Hamzah sebagai Hari Puisi Langkat atau Sumatera Utara  sebagai bentuk memperjuangankan Hari Lahir Amir Hamzah sebagai Hari Puisi Nasional. Selain itu sudah saatnya karya-karya Amir Hamzah menjadi rujukan pelajaran sastra di sekolah-sekolah di Sumatera Utara dan terkhusus di sekolah-sekolah yang berada di Kabupaten Langkat dan sejarah kehidupan beliau menjadi pelajaran sejarah yang terus diajarkan di sekolah-sekolah di Kabupaten Langkat. Sosok Amir Hamzah tidaklah cukup hanya dikenalkan lewat sebuah monumen atau tugu saja. (Hidayat Syahputra/Sekretaris Kompak Langkat)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun