Mohon tunggu...
Hidayat Syahputra
Hidayat Syahputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Merajut

"Sekali Berati Sudah Itu Mati". "Tindakan Adalah Pelaksanaan Kata-kata". Kata-kata yang keluar dari rahim kandung dua tokoh besar bangsa Indonesia Yaitu Chairil Anwar dan Ws. Rendra ini sangat mengilhami diri saya, bahwa hidup yang hanya sekali ini harus memberi arti/bermanfaat, dan tindakan diri haruslah sesuai dengan kata-kata yang diucapkan dan atau kata-kata harus seusai dengan tindakan yang dilaksanakan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Hidupkanlah Lagi

7 November 2018   21:00 Diperbarui: 8 November 2018   18:34 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MA...

Aku ingin  disampingmu.

Taukah kau kini aku merindu, rindu akan nyanyian akan rasa gembira kita, dan dengan bangga ku menyanyikan lagu memujamu. Masihkah kau ingat masa itu? Atau kau sudah melupakannya? Membiarkannya hanyut bersama air sungai membiarkannya hanyut sampai kelaut dan tenggelam didasarnya?

MA,,,

Aku mohon ceritakan lagi cerita-cerita indah bangsa ini. Bangsa yang diciptakan Tuhan Ia tersenyum. Aku ingat sekali cerita yang kau ceritakan ini. Kau selalu menceritakannya saat menghantarkan tidurku. Aku ingin mendengar cerita itu lagi. Kau menceritakan betapa bangsa ini dianugrahi oleh sang maha pencipta rasa saling mengasihi, dimana hati dipenuh akan cinta. Namun  saat ini aku melihat kenyataan bangsa ini tak seindah cerita mu dulu.  Dimana hati saling terpaut dalam bingkai persaudaraan yang ramah.

MA.. taukah kini kau?

Kini kami saling bertikai, kebenaran saling kami tengkarkan. Perebutan kekuasaan bertopeng keindahan, dengan memperjual belikan kenikmatan nirwana. Hati kami  menjadi keras, sekeras batu. Atau ini adalah kisah yang juga kau ceritakan tentang kisah perang Baratayuda, perang saudara antara Pendawa dan Kurawa, perang yang dipupuk oleh bibit-bibit peselisihan yang seperti sengaja diciptakan.  

Entah kemana hilangnya kini rasa haru dan iba, kini berganti amarah dan maraknya rasa tega. Kami saling melemparkan dengki dan dendam. Saling menjatuhkan dan menghinakan. Seolah-olah kamilah pemilik kebenaran. Walau sebenarnya kami hanya sebijih jarah yang amat kecil yang tak memili daya dan upaya. Namun nafsu memberangus kalbu, rasa kemanusiaan kami telah mati.

Oh Maha Raja ku

Pujaan yang bertahta dihidupku, hidupkanlah lagi rasa kemanusian kami yang telah mati, agar kami yang menyakinimu, berbuat banyak kebaikan selalu. Terimalah pinta dengan rasa kasih sayangmu, wahai kekasih pujaan ku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun