Mohon tunggu...
Hidayat Raharja
Hidayat Raharja Mohon Tunggu... pegawai negeri -

hidayat raharja berminat terhadap permasalahan pendidikan dan kebudayaan. esaihidayatraharja.blogspot.com hidayatraharja.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Awas, Anak-anak Kita Bermesumria di Warnet!

18 Juni 2012   14:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:49 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warung internet salah satu fasilitas yang memungkinkan bagi pengguna untuk mempergunakan internet diluar rumah. Keberadaan warung internet telah banyak membantu merekayang tidak mempunyai jaringan internet di rumah untuk bisa mengaksesberbagai informasi, mengirim file, ataupun sekedar untuk bertukar informasi dengan sahabat yang memiliki akun facebook atau jejaring sosial lainnya.

Meningkatnya kebutuhan akses informasi melalui jaringan internet telah memicu bisnis warnet untuk memenuhi tuntutan kebutuhan tersebut. Di Sumenep, kotaku yang tak terlalu besar bisnis warnet ini cukup ramai. Rata-rata setiap warnet ramai oleh pengunjung sampai malam hari, bahkan ada warnet yang buka selama 24 jam. Aktivitas yang mereka lakukan umumnya main Game Online dan facebook-an.

Ketatnya persaingan bisnis antar warnet, maka setiap warnetmemberikan layanan yang menarik bagi pelanggannya, di antaranya harga sewa yang murah, tersedia kafe, dan juga ada diantaranya yang memberikan fasilitas ruang warnet yang sangat privacy (tertutup) bagi setiap pengguna. Celakanya fasilitas terakhir ini,kadang ruang warnet dipergunakan pulauntuk berpacaran oleh pasangan muda-mudi,bahkan di antaranya ada yang tertangkap oleh penjaga warnet melakukan hubungan yang tak pantas dilakukan di depan umum.

Penyalahgunaan warnet oleh remaja merupakan sebuah realitas baru yang hadir di hadapan para orangtua dan guru. Kebebasan mengakses informasi melalaui jejaring internet tersebut telah dimanfaatkan oleh mereka untuk mengakses pelbagai informasi yang seharusnya tidak mereka konsumsi. Celakanya, karena persaingan bisnis antar warnet, beberapa warnet tidak memblokir situs porno dan dapat diakses oleh semua pengguna tanpa ada batasan umur.

Jika penjaganya masih peduli terhadappengguna, seperti yang pernah diceritakan anak tetanggga yang menjadi penjaga warnet,dia akan segera memutus akses pada komputer yang terhubung dengan situs porno. Namun bagi mereka yang hanya mengutamakan keuntungan ekonomi tanpa berpikir untuk menyelamatkan anak-anak dan remaja yang mengakses situs porno. Realitas ini meminta perhatian bersama untuk memberikan pemahaman mengenai akibat buruk dari pornografi. Sebuah permasalahan yang menjadi tanggungjaab orangtua, guru (sekolah), dan masyarakat.

Suatu ketika di kelas yang saya ampu saya sodorkan permasalahan, “Apa penyebabkan terjadinya kehamilan di luar perniakahan yang terjadi pada remaja?” dan,” Bgaimana jalan keluarnya?” Sebagian besar siswa mengatakan salah satu penyebab mereka melakukan hubungan seks di luar pernikahan karena pengaruh dari bacaan atau situs porno, pergaulan yang salah, keluarga broken home sehingga mencari kasih sayang diluar rumah, dan rendahnya “keimanan” mereka. Suatu diskusi yang sangat menarik. Mereka berbicara mengenai permasalahan yang menyangkut pada teman sebaya mereka.

Lalu apa jawaban mereka untuk menanggulangi kejadian tersebut? sebagian besar dari mereka mengatakan memperkuat “keimanan dan ketakwaan”. Sesuatu yang mudah diucapkan namun sulit untuk dilakukan. Bagaimana menanamkan keimanan dan ketakwaan ketika anak-anakkita berada dalamlingkungan yang diberondong oelh sikap-sikap hedonis dan memisahkan agama dalam kehidupan mereka. Agama yang hanya diukur dengan angka-angka dalam lembaran kertas rapor yang mengukur kemampuan kognitif mereka mengenai pengetahuan agama yang diberikan didalam ruang kelas.

Menyelamatkan anak-anak kita dari perbuatan mesum di dalam warnet, pertama, tidak lepas dari perhatian orangtua di rumah untuk bisa menemani anak-anaknya belajar atau mencari informasi. Orangtua sebagai teman akan memudahkan anak bersifat terbuka untuk mengemukakan permasalahannya. Di antara mereka berpacaran di warnet, karena dilarang orangtuanya di rumah. Sehingga mencarikesempoatan diluar rumah yang justru tidak terawasi oleh orangtua.

Kedua,pemberian pemahaman mengenai pacaran- bahwa pacaran bukan berpegangan tangan, berciuman dan semacamya yang diajarkan dalam sinetron.Tetapibagaimana menjalin hubungan persahabatan dengan teman lawan jenis yang dapat membangun semangat untuk mencapai keberhasilan. Hubungan yang bisa saling memicu prestasi, berbagai informasi,sehingga menjadi hubungan yang positif. Berat memang untuk melakukan hal semacam ini, karena ajaran yang berkembang di dalam televisi dan sinetronnya sangat jauh berbeda.Pacaran selalu digambarkan berpegangan tangan, berciuman dan dilakukan mereka saat memakai seragam sekolah.Tak ada sinetron yang menayangkan bagaimana layaknya sekolah tetapi diajarkan bagaiaman berpacaran di saat sekolah.

Ketiga, membiasakan hidup berdasarkan kepada norma-norma agama di dalam rumah. Ya,di dalam rumah sebab di sini kehidupan dan karakter serta perilaku anak awalnya terbentuk.Memberikan pemahaman mana hubungan antar lawan jenis yang boleh,dan tidak boleh dilakuka’. Mengapa tidak boleh dilakukan? Penyampaiannya dapat dilakukandengan cara komunikatif. Sebab,dengan melihat perkembangan teknologi dan informasi pemahaman mengenai pengatahuan agama tidak bisa lagi dilakukan dengan cara dogmatis tetapi dengan cara yang lebih komunikatif dan interaktif.

Keempat, sudah saatnya pemerintah di daerah melakukan penertiban terhadap usaha warnet,supaya mereka terkontrol dan anak-anak dan remaja sebagai pengguna bisa terselamatkan dari bahaya pornografi, dan tindakan amoral lainnya.*****HR.

Sumenep, 18 Juni 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun