[caption id="attachment_300479" align="alignleft" width="300" caption="salah seorang peserta tengah menulis puisi"][/caption]
Oleh: Hidayat Raharja
Membaca karya-karya yang dihasilkan dalam Lomba Cipta Puisi Siswa SMA tahun 2014 di Sumenep. sungguh menyenangkan. Tak ada yang menarik dalam sebuah lomba cipta puisi? Tidak juga. Semua karya sangat menarik dengan kesungguhan kerja yang luar biasa. jika hasilnya belum maksimalbarangkali,karena faktor kebiasaan atauhabit. Dapat dipastikan para peserta lomba cipta puisi jarang membaca karya-kara atau buku puisi yang bagus. Buku bacaan mereka sangatterbatas, sehingga puisi-puisi yang mereka hasilkan sangat sederhana. Pada saat akan mengungkap mengenaikarakter bangsa, makabermunculan kata-katapahlawan, bangsa, pejuang, pengorbanan.kata-kata yang mengungkung dan membuatnya tidak berani mencari alternatif.
Menulis puisi adalahsebuah kebutuhan,pembiasaan yang harus dilakukan secara kontinyu sehingga terampil dalam pilihan diksi dan konstruksi puisi. Kebiasaan membaca, akan memperkaya pengalaman literer. Pengalaman yang akan memperkayawawasan kepada karya.
Judul adalahhal pertama yang akan mengajak pembaca untukmenikmati puisi. Judul laksana bungkus yang mencerminkan isitulisan. Ternyata takmudah. Betapa susah membuat judul puisi. Jika dibandingkan dengan judul lagu,masih banyak yang lebih menarik judul lagu.Hanya ada beberapa karya yang mencoba mengangkat local genius.
Senandung Kampung Cakalan
Karya:
Dimas Candra Sugiarto
Aku tandai waktu,
Yang kutoreh di atas pasir pantai
Kau sampaikan syair pada ujung daun
Bsiikan tembangpada kulit pohon yang mengelupas
Senandung kampong cakalan,
Tepuk tangan bocah rimba,
Jauh dari bising tape dan televise
Aku tandai waktu
Pada busa ombak
Bercerita moral bocah garam
Yang luput gelombang bencana,
Tertutup hutan dan ladang jagung
Abadi bersama batu karang
OJUNG
Karya:
Erika MeidiniWidya Agustin
Aku lihat anak nelayan kemarin petang
Sehabis bergulat lumpihkan angin dan gelombang
Mendayung sepike bibir pantai
Kaki terbalut pasir gontai
Di matanya mencicir garam
Di bopong punggung bawah sesajen harap rindu
Sebab darahnya moral sisa jaman batu menggumpal beku
Menolak kabur demi selamatkan anak cucu
Rokatitanah,dulu iamasih memerah kulitnya
Berbondong mengawal senja hari kelima
Membelai asta-asta kakek mereka
Usirkan cumbu canda bala bencana yang buta
Terbangkan ribu janji mesrabuat Sang Pencipta
Aku meronta di atas sajadah lusuh
Pada hamparan langit tak berbatas
Hutan-hutan tundukkan kepala
Mengamini lontaran mantra Tuhan orang desa
Sodorkan hadiah setalam jajan rupawan
Bukan aroma sengit televisizaman sekarang
Atau bahkan bisik lantunan tape usang
Tarian topeng hibur nisan di bukit keramat
Berjingkrak kalahkan lawan
Dicacah!
Berdarah!
Bersembahyang dekat eyang-eyang kita
Betapa kaya budaya yang kita miliki; budaya agraris, pesisir, perkawinan, ritual keagamaan, kelahiran, kematian, selamatan bumi, petik laut,mauludan, syawalan,dan masih banyak yang lain. Hamparan bahan baku kreatifitas untukdiolah menjadi bahan puisi yang akan kita bangun.Maka keterlibatan dalamkehidupan yang nyata, adalah pengalaman yang sangat bermakna untukmemperkaya batin serta memperkaya wawasan kebudayaan yang akan mewarna hidupdan karya.
Semburan peristiwa di sekitar adalah pernik-pernik yang berletupan ke dalam benak dankadang memantik api kreatifitas menyala dan membakar semangat. Kreatifitas yangmeletupdalam ruang dan waktuseabgaipercik-percik peradaban yang menaburi keragaman karyaditengah gempuran gaung globalisasi yang berwarna-warni dan membutakan mata batin pada keunikan dan kekanekaan di sekeliling.
Puisi adalah persitiwa yang diciptakan penyair dalam sebuah raung kreatifitas yang dibuatnya nyata. Sebuah ruang ideal bagi dunia yang kacau. Sebuah penyeimbang bagi hidup yang timpang. Tidak ada tugas semuliapuisi untuk memulikan hidupdan manusianya, alam dan seisinya. Hanyadengan memuliakan puisi akan mampu menggerakkan semesta tubuh, semesta batin yang merangkum jagad raya.
Maka puisi akan beriring dengan waktu. Dia akan menandai perputaran setiap peradaban dan bahkan tak tertutup kemungkinan melapuinya. Puisi-puisi kekalyang dihasilkan orang-orang pilihan. Adalah puisi-puisi yang merekammasla lalu dan masa kini namun juga masih memiliki aktualitas dan utilitasnya di masa yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H