Mohon tunggu...
HIDAYAT
HIDAYAT Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

"Saya merupakan seorang praktisi pendidikan Selain itu, saya juga berperan aktif dalam berbagai lembaga dan organisasi Islam di Kabupaten Bandung, berkomitmen dalam mengembangkan dan memperkuat komunitas melalui pendidikan dan kegiatan sosial."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi Kebahagian Pasca Sidang Munaqosyah

31 Agustus 2024   16:44 Diperbarui: 31 Agustus 2024   16:46 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Refleksi Kebahagiaan Pasca Sidang Munaqosyah: Hikmah dari Khutbah Jumat
Oleh:Hidayat

Pada tanggal 29 Agustus 2024, mahasiswa Pascasarjana UIN Bandung yang mengikuti program Manajemen Pendidikan Islam (MPI) menghadapi salah satu momen penting dalam perjalanan akademiknya, yaitu sidang munaqosyah. Bagi para mahasiswa, sidang ini bukan hanya penilaian akhir terhadap tesis yang telah dikerjakan dengan penuh dedikasi, tetapi juga simbol dari perjuangan panjang yang telah dilalui. Setelah sidang berakhir, kebahagiaan yang dirasakan tentu sangat besar, karena berhasil melewati salah satu tahap penting dalam meraih gelar akademik.


Kebahagiaan tersebut selaras dengan pelajaran yang disampaikan dalam artikel khutbah Jumat yang disampaikan oleh Guru Besar UIN Suanna Gunung Djati Bandung Prof.Dr.A Rusdiana  https://a.rusdiana.id/2024/08/29/khutbah-jumat-30-agustus-2024-merawat-optimis-mesti-kehidupan-kadang-tak-pasti/, di mana kebahagiaan seseorang harus disikapi dengan rasa syukur kepada Allah SWT. Syukur menjadi kunci utama dalam menjaga kebahagiaan agar tetap berbuah positif. Dalam khutbah disebutkan bahwa syukur mencakup tiga aspek: syukur dengan hati, syukur dengan lidah, dan syukur dengan perbuatan. Ketiga aspek ini mengajarkan bahwa kebahagiaan yang dirasakan setelah sidang munaqosyah tidak hanya harus diakui dan dirasakan dalam hati, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan nyata yang membawa manfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Dalam konteks akademik, syukur ini bisa diwujudkan dengan berbagi ilmu yang telah diperoleh kepada orang lain, baik melalui pengajaran, penulisan, atau bahkan diskusi ilmiah. Mahasiswa yang baru saja menyelesaikan sidang munaqosyah dapat menjadikan kebahagiaan ini sebagai motivasi untuk terus berkarya dan memberikan kontribusi nyata dalam bidang ilmu yang mereka geluti.

Khutbah Jumat juga mengingatkan tentang pentingnya sabar, terutama ketika seseorang sedang menghadapi musibah atau kesulitan. Meskipun sidang munaqosyah mungkin tidak selalu berjalan mulus dan dapat menjadi sumber stres bagi sebagian mahasiswa, mereka diajarkan untuk bersabar dan tetap tabah. Kesabaran dalam menghadapi tantangan akademik ini mencerminkan kesabaran yang lebih besar dalam menghadapi ujian hidup yang lain.

Dalam situasi di mana hasil sidang mungkin tidak sesuai harapan, sabar menjadi pelajaran berharga yang dapat diambil. Mengingat kembali makna sabar yang diajarkan dalam khutbah, mahasiswa diajak untuk tetap teguh dan percaya bahwa setiap kesulitan yang dihadapi pasti ada hikmahnya. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT menekankan pentingnya bersabar hingga kata "sabar" disebutkan sebanyak 101 kali, lebih banyak daripada "syukur" yang disebutkan 44 kali. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sabar dalam menghadapi berbagai dinamika kehidupan, termasuk dalam dunia akademik.

Selain syukur dan sabar, khutbah juga menekankan pentingnya berdoa dengan penuh optimisme. Dalam proses sidang, doa menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Doa memberikan kekuatan batin bagi mahasiswa untuk menghadapi penguji dengan tenang dan percaya diri. Keyakinan bahwa Allah SWT akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya, meskipun hasilnya mungkin tidak selalu sesuai harapan, adalah bentuk optimisme yang harus selalu dijaga.

Optimisme ini mencerminkan sikap positif yang juga harus dimiliki oleh mahasiswa pasca-sidang. Khutbah menyebutkan bahwa sikap optimis mampu membuat seseorang keluar dari masalah dengan cepat, karena adanya keyakinan bahwa setiap orang memiliki keberuntungan masing-masing. Sikap ini perlu dipertahankan, terutama dalam menghadapi dunia setelah lulus, di mana tantangan dan peluang akan semakin kompleks.

Husnudzan, atau prasangka baik kepada Allah SWT, juga menjadi salah satu pelajaran penting dari khutbah ini. Berprasangka baik bahwa apa pun hasil sidang adalah yang terbaik yang Allah SWT berikan, dapat memberikan ketenangan batin dan mengurangi rasa cemas. Prasangka baik ini juga akan membantu mahasiswa untuk tetap bersemangat dan tidak mudah menyerah dalam meraih cita-cita yang lebih tinggi setelah lulus.

Pada penutup materi khutbah   Jumat  mengajarkan bahwa kebahagiaan yang dirasakan setelah menyelesaikan sidang munaqosyah harus diiringi dengan syukur, kesabaran, optimisme, dan husnudzan. Keempat hal ini menjadi landasan kuat bagi setiap individu untuk menjalani kehidupan dengan penuh keberkahan, baik dalam suka maupun duka. Semoga pelajaran dari khutbah ini dapat menginspirasi para mahasiswa untuk terus berproses dan berprestasi di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun